21. Cukup

7 1 1
                                    

Soal kedua.

Gas ideal dalam ruang tertutup mempunyai suhu dan tekanan awal masing-masing 27°C dan 2 atm. Jika gas dipanaskan sampai suhu 227°C, tekanannya menjadi 3 atm, maka perbandingan antara volume awal dan akhir adalah?

Kali ini rupanya cukup sulit dan lama untuk ditaklukan. Mengorek kertas dengan berbagai rumus juga sudah dilakukan sedari tadi, tetapi belum mendapatkan jawabannya. Bagaimana ini, apa aku kurang teliti dalam mengerjakannya ataukah rumus yang digunakan belum tepat.

Untungnya aku sudah mendapatkan nilai tambahan dari soal pertama tadi. Jadi tak perlu takut hari ini tidak dapat kesempatan. Memang seharusnya mengambil kesempatan untuk melaju, kan.

"Kenapa sulit sekali!?" keluh seseorang di sampingku.

Nisa rupanya sudah mulai frustasi dengan soal yang belum ia temukan jawabannya. Mungkinkah soal ini akan dijawab oleh pak guru sendiri karena tidak ada yang bisa menemukan jawabannya ataukah ada yang lain.

"Saya, pak!"

Suara seorang lelaki memecahkan keheningan dalam kelas. Mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan yang ada di papan tulis. Serentak seisi kelas menoleh ke arah sang sumber suara, ingin mengetahui siapakah orang yang telah mendahului mereka dalam menyelesaikan pencarian jawaban kedua ini.

"Baik, silakan ke depan, Kamio!"

Perlahan Kamio berjalan ke arah depan diiringi tatapan kami yang beragam. Seperti Nisa yang tengah menatap kesal Kamio karena telah mendahuluinya dalam menjawab pertanyaan dan mendapatkan nilai tambahan kalau jawabannya benar. Seperti aku yang menatap Kamio dengan heran, kukira ia tidak begitu aktif dalam hal maju untuk menjawab soal seperti sebelum-sebelumnya. Ia begitu pasif dan hanya melaksanakan apa yang memang menjadi kewajiban saja. Mungkin sekarang ia tengah mendapatkan semangat untuk mengubah konsepnya menjadi si anak pendiam yang brilian. Oh, atau mungkin juga anak pendiam yang pintar. Hn, bisa juga hal itu terjadi. Mengingat persaingan ketat di kelas ini dalam menunjukkan bahwa dirinya yang terbaik. Mungkin harus sedikit beradaptasi supaya tidak terlalu ketinggalan dengan yang lain. Kecuali jika memang sudah tidak ada niat sedikitpun untuk bergerak.

"Uh, coba saja aku yang menjawabnya!" protes Nisa tak terima kesempatannya sudah hilang dalam sekejap.

Mengalihkan perhatian dari Kamio yang tengah menuliskan penyelesaian jawaban ke arah Nisa yang tengah bersungut-sungut karena hari ini ia tak mendapatkan kesempatan untuk menjawab soal fisika untuk nilai tambahan. Aku hanya memajukan kepala melihat kertas coretannya yang tampak seperti senar jaring yang  terkait dengan ranting-ranting kecil di area danau. Kusut. Aku sendiri bahkan sudah tidak bisa membedakan mana yang baru saja ia selesaikan. Bahkan angka-angkanya sudah tidak tahu lagi di mana tempat mereka seharusnya berdiam diri.

"Memangnya yang mana jawabanmu?" tanyaku memastikan.

Nisa menunjuk salah satu bagian pojok kanan dari kertas yang sudah di lingkarinya, menandai bagian itu tergabung menjadi satu bagian penyelesaian.

Wah, lumayan panjang penyelesaiannya. Namun, bukankah °C itu harus ditambah 273 biar bisa menjalankan operasinya. Baiklah, kurasa cukup untuk dijelaskan di papan saja.

Kamio sudah menyelesaikan jawaban kemudian menjelaskannya dengan tenang di depan sambil menunjuk-nunjuk tulisannya di papan tulis. Nisa yang semula menyakini bahwa seharusnya ia yang maju, sudah tersenyum kecut. Menyadari bahwa ia belum menambahkan 273. Aku cukup mengerti karena ia juga sama seperti yang lain, yang ingin mendapatkan nilai tambahan.

Aku juga cukup tahu bahwa setiap orang punya sisi tersendiri yang tersembunyi dan belum ingin ditunjukkannya kepada orang lain.

Mungkin (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang