25. Mulai

6 2 1
                                    

Pelajaran berlangsung dengan damai. Aku juga sudah memfokuskan diri agar terhanyut dengan pelajaran yang ada. Menghindarkan diri untuk memikirkan apakah akan menghindari Koji setelah ini. Memangnya apa yang akan kulakukan setelah meluapkan emosi padanya, baiklah sepertinya itu hal yang keterlaluan. Mungkin. Sebaiknya aku minta maaf saja sebelum semuanya bertambah rumit dan semakin parah nantinya. Setidaknya berusaha memperbaiki masalah kali ini dengan dingin. Jangan sampai hubungan tetangga dan pertemanan kami rusak hanya gara-gara kejadian seperti ini. Aku juga tidak ingin menjadi orang yang egois. Tidak. Itu tak akan terjadi, akan kukembalikan keadaan seperti semula. Bersikap seperti permasalahan bukanlah hal yang besar.

Menatap guru di depan yang tengah menjelaskan kenapa kita sering membuang sampah sembarangan padahal ada banyak tempat sampah dan banyak cara untuk memusnahkan sampah tersebut tanpa membuangnya sembarangan. Benar. Aku juga bingung dengan orang yang sering sekali membuang sampahnya sembarangan. Tidakkah dia peduli dengan lingkungan. Mungkin menurutnya itu bukan urusannya. Tidak ada hubungan dengannya sama sekali. Padahal banyak akibat dari pembuangan sampah sembarangan karenanya. Tentu saja beragam bencana akan datang dengan murka karena mengganggu ketentraman mereka. Kalau sudah begitu, siapa yang akan dimintai pertanggungjawaban. Tentu saja mereka dengan mudah berkelit bahwa mereka tidaklah seperti yang diperkirakan orang-orang. Selalu mencari alasan dan alasan. Memuakkan.

"Jadi, jika kalian melihat sampah tergeletak sembarangan. Tolong segera buang ke tempatnya! Ataupun jika kalian melihat orang yang membuang sampah sembarangan, silakan kalian nasehati agar tidak melakukan hal demikian." Petuah pak guru dengan berapi-api.

Anggukan dari seluruh penghuni kelas tampak serempak mendengar nasehat yang disampaikan dengan semangatnya.

"Bagaimana jika mereka tak mempan dinasehati, pak? Apa yang harus kita lakukan?" tanyaku setelah mengangkat tangan untuk bertanya.

Serempak lagi penghuni kelas mengangguk setuju dengan pertanyaanku. Mereka memang sangat bisa diandalkan dalam kekompakkan. Tentu saja beberapa diantaranya mungkin mulai memunculkan pertanyaan setelah mendengar jawaban dari guru untuk menyelesaikan rasa penasaran mereka.

"Kalau tidak bisa dinasehati. Buat saja dia sadar bahwa perilakunya itu dapat merugikan orang lain dan bahkan dirinya sekalipun."

Tampaknya sesi tanya-jawab ini tak akan selesai sebelum bel tanda berganti pelajaran akan berganti. Akan ada banyak pertanyaan yang menyerbu dengan kencangnya. Mungkinkah akan selesai menjawabnya pada pertemuan kali ini atau mungkin akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

"Bagaimana jika mereka juga tidak sadar diri, pak? Malah jika mereka menentang kita bagaimana?"

"Bagaimana jika mereka malah memarahi kita karena sudah menegurnya pak? Setiap orang berbeda pak, ada yang bisa dinasehati dan ada yang tidak dapat dinasehati."

"Bagaimana jika mereka malah menyerang kita, pak? Bisa saja mereka marah dan tersinggung lalu menyerang kita."

"Bagaimana cara membuat mereka jera membuang sampah sembarangan, pak?"

Lihatlah. Itu baru sebagian dari yang biasanya. Manusia di kelas ini memang penuh dengan rasa penasaran yang tinggi jika menyangkut pelajaran. Apapun yang membuat mereka penasaran akan mereka cari tahu sampai dapat jawabannya.

"Jika memungkinkan, kalian bisa rekam atau foto, videokan perbuatan mereka. Kemudian adukan pada kuasa yang menanganinya. Contoh kecil saja, pada sekolah ini! Kalian lihat, kan? Sudah hampir bersih sekolah ini dari sampah-sampah yang dibuang sembarangan, kecuali sampah dedaunan yang gugur itu. Mungkin cukup ini dulu yang bapak beritahukan karena bel pergantian jam sudah berbunyi. Pertemuan selanjutnya akan bapak bahas lagi sebelum memulai pembahasan yang baru. Sekian."

Pak guru berjalan meninggalkan ruangan kelas yang sudah sibuk memasukkan buku-buku yang bersangkutan dengan pelajaran bapak tadi. Bersiap mengeluarkan buku untuk pelajaran selanjutnya.

Mungkin (Sudah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang