Chapter 7 - Ruangan Rahasia

379 47 3
                                    

Hari ini, keluarga Mahendra masih nginep di rumah Kylie dan Soya. Ya, sekalian ngabisin liburan panjang--walaupun gak panjang panjang amat, cuma 3 hari doang.

Setelah Soya menceritakan tentang Shella, Leo dan Hasan terus terusan merengek. Minta diceritakan lebih gitu. Tapi tentu, Soya menolak.

Di antara trio Kwek Kwek itu hanya Leo dan Hasan yang tahu cerita Tante Shella itu. Sedangkan Felix, anak itu gak tahu apa apa.

Pagi hari ini, Felix iseng iseng muterin rumah yang segede gaban ini. Gak ada alasan khusus, sih. Hanya sebatas gabut semata.

Kalau dilihat lihat lagi, di rumah ini tuh gak ada yang menarik. Ya, hanya rumah mewah pada umumnya gitu.

Capek muter muter di sekitar taman dan kolam renang, Felix memilih untuk duduk duduk sebentar di bangku taman belakang rumah mewah tersebut. Selain karena ada kursi nganggur di situ, alasan kedua Felix milih duduk di sana adalah pemandangannya yang keren banget. Gunung hijau yang menyejukkan terpampang jelas di depan mata. Sayang untuk dilewatkan bagi Felix.

Btw, rumah ini tuh terletak di tengah tengah pedesaan. Dekat banget sama gunung--yang sampai sekarang belum diberi nama sama penduduk sekitar sini.

 Dekat banget sama gunung--yang sampai sekarang belum diberi nama sama penduduk sekitar sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekilas memang gak kelihatan ada gunungnya, padahal ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekilas memang gak kelihatan ada gunungnya, padahal ada.

Udah puas ngelihatin pemandangan alam yang indah, Felix balik masuk ke dalam rumah. Cuacanya lagi panas, jadi Felix gak betah duduk di depan sana.

Baru mau masuk ke dalam rumah, Felix menghentikan langkah kakinya. Matanya menangkap sesuatu.

"Apaan itu?" gumamnya sambil berjalan ke arah pintu tua yang tertutup daun daun merambat. Kayak pintu kuno gitu bentuknya.

Rada serem sih, tapi Felix mah orangnya bodo amat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rada serem sih, tapi Felix mah orangnya bodo amat. Yang penting rasa penasarannya bisa terpuaskan, gak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Tok! Tok! Tok!

Felix memukul pelan pintu kayu tersebut. Suara gemanya terdengar samar samar dari luar pintu. Dapat dipastikan, di dalam sana hanyalah ruangan kosong nan berdebu.

Karena rasa penasaran semakin menyeruak hingga batas yang tak dapat ditentukan, Felix memutuskan untuk mendorong pelan pintu tersebut. Kali aja pintunya gak dikunci.

Dan ternyata benar. Pintu tersebut gak dikunci sama sekali. Jadi, Felix bisa dengan mudah masuk ke dalam sana.

"Wooow...," gumam Felix saat melihat isi ruangan tersebut.

Bukan ruangan kosong penuh debu yang ia dapati, melainkan ruangan penuh dengan bingkai foto dan buku buku yang berjejer. Persis kayak perpustakaan gitu.

"Anjir, bukunya banyak amat!" pekik Felix sambil mengambil buku secara acak dari rak di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjir, bukunya banyak amat!" pekik Felix sambil mengambil buku secara acak dari rak di hadapannya.

Buku coklat polos tanpa ada judul di depannya menjadi buku pertama yang diambil oleh Felix secara acak.

Dibukanya buku tersebut secara acak pula. Halaman yang terbuka bukanlah halaman pertama, maupun halaman kedua, melainkan halaman ke 371.

Sebuah surat lecek pun jatuh dari dalam buku tersebut. Felix pun memungutnya.

"Apa apaan ini?" tanya Felix, semakin bingung dengan apa yang ada di hadapannya sekarang ini.

Dear Shella,

Gimana kabarmu di Jepang sana? Baik, kan?

Kapan kamu balik lagi ke sini? Aku kangen.

Jangan bikin aku khawatir, La...

Tertanda, LMH

Felix mengerutkan keningnya samar. LMH itu siapa? Lee Minho aktor? Lee Minho anak ilang? Leo Mahendra? Lemah? Atau apa?

Karena kebingungan, Felix lebih memilih untuk abai dan meletakkan kembali buku tersebut ke tempatnya, lalu beranjak ke sudut lain. Sudut tempat dimana bingkai bingkai foto di pasang dengan apik di sana.

"Siapa ini?" batin Felix saat melihat sebuah bingkai besar dengan dan dua orang perempuan cantik di dalam bingkai tersebut. Salah satunya mirip seperti Jessie, sedangkan satunya tidak Felix kenali.

"Lah, iki sopo? Mbah Soya udu koyok ngene." Felix mengusap foto tersebut pelan. Debu debu yang menempel kini beralih ke telapak tangannya.

"Lah, ini siapa lagi? Papa? Masa Papa sama perempuan lain?" tanya Felix saat menemukan foto Hendra dengan seseorang yang lumayan cantik, tapi gak sama dengan orang yang dibingkai satunya lagi.

Dan foto selanjutnya, Felix menemukan foto Hendra, Jessie dan juga dua perempuan lain. Felix jadi semakin bingung. Dua perempuan yang berbeda ini siapa?

"Ini Papa selirnya banyak amat. Pantes Hasan playboy, ternyata nurun dari Papa," celetuk Felix sambil terkekeh kecil.

"Lho? Felix? Kamu ngapain di situ, nak?"

"Sial...," rutuk Felix dalam hati.

Ternyata, yang muncul secara tiba tiba di ambang pintu adalah Neneknya, Soya.

Felix membalikkan badannya, dan menatap sang Nenek dengan cengengesan. "Hehe... Ada Nenek rupanya."

Saya menatap Felix dengan garang. "Haha hehe haha hehe mulu!" protesnya. "Lagi, ngapain?" tanyanya lagi.

"Ngelihat foto ini, Nek," jawab Felix sambil menunjukkan ribuan foto berbingkai yang tersusun rapi di dinding perpustakaan. "Btw, Nek, ini foto siapa? Kok Felix gak kenal?"

Soya menatap sekilas foto foto yang ditunjuk oleh Felix. "Oh.. Itu temennya Papa dan Mama kamu," jawabnya santai.

"Oh..."

Perfect Family [DanceRacha]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang