Chapter 22 - Dejavu

454 46 0
                                    

Hasan meremat separuh buku yang berada di pelukannya sekarang ini.

Tadi Leo yang ngasih buku ini ke dia. Katanya sih dari Jessie.

Kenapa buku itu cuma separuh doang? Jawabannya karena Jessie sengaja ngerobek bagian penting untuk disembunyikan dan ditunjukkan pada waktu yang tepat--kayak sekarang ini--dan sisa bagian yang gak begitu penting, Jessie taruh di laci deket kotak obat.

(Untuk isi bagian lain dari buku itu, kalian bisa baca ulang Chapter 11 - Cenayang. Disitu aku udah ngasih spoiler dikit tentang buku ini)

"Jadi cuma Hasan doang yang emang anak dari Papa dan Mama?" tanya si jangkung itu kepada Jessie yang lagi duduk di hadapannya.

Btw, mereka berdua lagi ada di kamarnya Hasan. Sengaja Leo dan Felix gak ikut di sana, karena Jessie pengin jelasin semua ini secara empat mata sama Hasan, sekaligus mau ngebujuk Hasan buat berobat.

"Iya, nak. Leo bukan saudara kandungmu. Kalau Felix, bisa dibilang dia masih ada hubungan darah sama kamu karena Papa kalian sama," jelas Jessie sambil membelai lembut wajah anak satu satunya itu.

Hasan menangis secara diam diam. Gak nyangka aja kalau memang mereka bertiga lahir dari rahim yang berbeda.

"Tapi walaupun begitu, kalian harus tetep menyayangi satu sama lain, ya? Masalah lahir dari rahim yang berbeda itu bukan penghalang kalian buat ngelindungi satu sama lain," nasihat Jessie dan dibalas anggukan kepala oleh Hasan.

"Good boy..." Jessie memeluk Hasan sambil mengelus rambut Hasan dengan lembut.

Hasan hanya memejamkan matanya untuk merasakan sapuan lembut dari Jessie pada kepalanya. Rasanya menenangkan.

"Ma, Hasan berarti lebih muda dari Felix dong?" tanya Hasan sambil mendongakkan kepalanya.

Jessie mengangguk sebagai jawaban.

"Hasan harus manggil Felix pakai 'Kakak'?" tanya Hasan lagi.

Jessie terdiam sejenak, lalu menjawab, "Kalau urusan itu, Mama gak ada wewenang untuk mengatur. Terserah sama kamu dan Felix. Kalau emang Felix mau dipanggil 'Kakak', berarti kamu harus manggil dia 'Kakak'. Tapi kalau Felix gak mau, gak apa apa."

Hasan tersenyum, lalu mengangguk.

Buat kalian yang mau tahu dimana Leo dan Felix berada? Yup, jawabannya mereka lagi di depan pintu kamar Hasan. Berhubung Jessie gak melarang mereka buat nguping, jadilah kedua kakak beradik itu duduk dengan telinga menempel pada pintu.

"Psst.. Felix." Leo memanggil Felix sambil menepuk nepuk pundak Felix dengan brutal.

"Apaan?" tanya Felix sambil menoleh ke arah sang Kakak.

"Lo mau dipanggil 'Kakak' sama Hasan?" tanya Leo, membuat Felix berpikir sejenak.

"Kayaknya enggak deh. Gue gak mau berasa tua," jawab Felix, membuat Leo bingung.

Kalau orang pada umumnya bakalan marah kalau gak dipanggil 'Kakak', maka lain halnya dengan Felix. Si yongbok itu bakalan marah kalau dipanggil pake embel embel 'Kakak'. Alasannya satu, dia gak mau berasa tua.

Tapi pada akhirnya, Leo hanya bisa mengangguk, menuruti keinginan Felix yang katanya gak mau dihormati sebagai Kakak sama Hasan.

Balik lagi sama dua orang di dalam sana.

"San, kamu... Gak kepengen tinggal lebih lama lagi sama kita?" tanya Jessie dengan nada lambat serta sendu, membuat Hasan mengernyitkan tak paham.

"Maksud Mama?" Hasan malah berbalik tanya.

Perfect Family [DanceRacha]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang