Chapter 16 - Tante Davina

316 42 0
                                    

Gak ada angin, gak ada apa, Chandra tiba tiba aja ngajak Felix buat jalan jalan sambil mampir di salah satu cafe terdekat.

Kalau urusan ditraktir, Felix mah mau mau aja. Makanya tuh anak udah siap di depan rumah dengan ponsel bercasing kuning gambar matahari plus stiker anak ayam bernama Bbokari di tangannya.

"Bbokari!!" Felix menoleh saat mendengar suara dengan raspy tone yang terdengar sedikit ceria menyapa rungunya.

Di depan rumah mewahnya, Felix mendapati Chandra yang sedang duduk di atas motor scoopynya. "Udah siap?" tanya Chandra.

Felix mengangguk sambil tersenyum ceria, lalu berlari ke arah Chandra dengan langkah riang.

"Dwaekki! Bbokari kangen!" seru Felix sambil memeluk Chandra. Dia gak sadar kalau wajah si preman itu rada sepet karena dipanggil Dwaekki--yang artinya Babi Kelinci.

"Ini mau langsung jalan atau mau mampir dulu kemana?" tanya Dwaek- eh salah, maksudnya Chandra.

Felix tampak berpikir, lalu menggeleng pelan. "Bbokari bingung!" jawabnya, membuat Chandra gemas seketika.

"Ya udah. Entar kita mampir dulu ke tokonya Tante Davina yuk," ajak Chandra, membuat Felix mengernyitkan keningnya bingung.

"Tante Davina itu siapa?" tanya Felix, masih dengan wajah polosnya.

"Tante Davina itu Tantenya gue. Dia baru pindah ke sini beberapa hari yang lalu," jelas Chandra, membuat Felix mengangguk paham.

Akhirnya remaja imut dengan nama panggilan "Bbokari" itu menaiki scoopy tersebut, lalu tanpa aba aba memeluk Chandra dengan erat.

"Ayo kita berangkat!!" seru Felix, membuat Chandra tersenyum tipis. Gemes sendiri sama tingkat laku Felix yang terlalu manis.

Tak lama kemudian, motor tersebut nelaju dengan kecepatan sedang menuju salah satu toko bunga yang berada tak jauh dari komplek rumah mereka. Mungkin sekitar 1 kilo kurang kali ya?

Sepanjang perjalanan, Felix selalu mengoceh tak henti hentinya. Entah menceritakan momen momen lucu yang terjadi di rumah atau menceritakan betapa bodohnya dirinya. Chandra senantiasa mendengarkan dengan sabar, tentu dengan senyuman maupun kekehan kecil yang keluar secara spontan.

Tapi tak dapat dipungkiri bahwa Chandra sedikit merasa janggal dengan sikap Felix yang jadi kelewat cerewet seperti ini. Chandra peka kalau Felix menyembunyikan sesuatu darinya.

Gak berselang lama, motor mungil tersebut berhenti di salah satu toko bunga dengan plang besar bertuliskan "Davina's Garden".

"Wah... Ini tokonya Tante Davina?" tanya Felix dengan wajah kagum, sesekali decakan penuh kekaguman keluar dari bibir mungilnya.

"Iya. Mau masuk?" jawab Chandra sambil menggandeng tangan Felix, dan membawa di manis itu untuk masuk ke dalam toko bunga yang mirip dengan taman tersebut.

Seorang wanita yang masih awet muda tampak sedang menyirami tanaman tanaman kesayangannya sambil menggumamkan lirik lagu 'Cry For Me'. Felix tebak itu adalah Tante Davina.

"Tante!" panggil Chandra, membuat wanita itu menoleh dan tersenyum manis.

"Chandra? Tumben ke sini. Ada apa?" Sambutan hangat pun dapat Chandra rasakan di toko berukuran besar ini.

"Cuma main doang, Tante. Kebetulan kita lagi jalan jalan, terus mampir dulu," jawab Chandra, membalas senyuman Tante Davina dengan senyum kaku.

Tante Davina mengangguk, lalu mempersilahkan kedua anak adam itu untuk duduk di kursi taman yang disediakan untuk para pelanggan maupun tamu.

Perfect Family [DanceRacha]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang