"Lix! Plis... Sekali aja! Kasih tahu kita, tentang masa depan keluarga kita," Bujuk Leo untuk sekian kalinya.
Felix menggeleng. "Ogah. Entar gak sesuai sama ekspektasi kalian. Gue gak mau ngulangin kesalahan yang sama!" tolak Felix untuk yang sekian kalinya juga.
Bukannya berhenti dan menyerah, Leo dan Hasan malah semakin gencar untuk membujuk Felix.
"Kenapa kalian maksa dah? Kalau gue bilang enggak, ya enggak." Segencar apapun Leo dan Hasan membujuk, segencar itu juga Felix menolak. Alasannya pun sama. Dia gak mau bikin yang lainnya khawatir karena gak sesuai dengan ekspektasi mereka.
"Kalau kita traktir lo, kira kira mau gak?" Si Hasan ternyata punya cara tersendiri untuk membujuk adik bungsunya yang addict banget sama makanan.
Felix tampak menimang nimang terlebih dahulu. "Ya, kalau itu, sih bisa dibicarakan lah ya."
Tuh kan, bener. Apapun jadi gampang kalau dengan sogokan. Entah sogokan berupa uang, maupun berupa makanan.
"Tapi janji ya, lo harus kasih tahu kita tentang masa depan keluarga ini. Awas kalau enggak!" ancam Leo, membuat Felix memasang wajah polos sambil mengangkat tangan kanannya yang menampilkan gestur 'peace'.
Felix itu cinta damai pokoknya.
"Ya, udah. Ayo kita kulineran!" seru Hasan dengan semangat, Felix pun juga sama. Leo semangat, tapi gak semangat, karena uangnya terancam habis. Ya, sudahlah, yang penting Felix habis ini mau ngasih tahu kebenarannya.
~Perfect Family~
Sekarang, trio Mahendra udah ngumpul dii mall terdekat. Mereka tepatnya lagi berada di depan pintu foodcourt.
"Mau pesen apaan nih?" tanya Leo yang sedang mengantri di barisan paling depan.
"Happy kids meal!" jawab Felix dengan semangat.
Hasan tersenyum geli. Padahal dirinya sama Felix itu seumuran, tapi Felix masih lebih kekanak-kanakan daripada dirinya.
"Udah, itu doang? Gak ada yang lain? Gak nambah kentang goreng?" tanya Leo, memastikan. Dia males kalau nanti Felix minta jatah makanan tambahan setelahnya.
"Udah, itu doang." Untunglah Felix gak minta banyak banyak, jadilah uang Leo terselamatkan untuk hari ini.
"Alhamdulillah...," gumam Leo, bersyukur sekali punya adik sejenis Felix yang doyan ngabisin uang banyak.
"Bang, kalau gitu, gue aja yang nambah. Gue nambah cheese burgernya satu." Leo gak bisa bernapas lega, karena ternyata yang ngabisin uangnya bukan Felix, melainkan adiknya yang satu lagi, Hasan.
Leo menghela napas berat. Kemudian, menambah pesanan mereka dengan sebuah cheese burger dengan harga yang fantastis. Heran, cuma burger kasih keju doang harganya bisa selangit.
Mbak McD kelihatan senyum manis. Ya, lumayan lah, dapat tambahan pesanan = dapat jatah gaji tambahan.
"Udah. Gak minta apa apa lagi, kan?" Tanya Leo kepada Felix.
"Bang, gue mau nambah lagi deh. Tambah McFlurrynya satu." Lagi lagi bukan Felix yang minta, melainkan Hasan.
Leo mendengus pelan. "Lo minta mulu perasaan. Padahal gue nanyanya ke Felix lho, bukan ke lo," gerutu Leo, membuat Hasan membalas gerutuannya dengan senyuman ngeselin.
"Mas, ini pesanannya. Selamat menikmati." Karena keasikan ngobrol, Leo gak sadar kalau pesenannya udah jadi.
Leo mengambil alih nampan miliknya sendiri sambil tersenyum terpaksa ke Mbak pelayan McD.
Felix dan Hasan pun sama. Mereka ngambil nampan berisi pesanan mereka masing masing.
Sesuai dengan permintaan Felix, mereka memutuskan untuk makan di lantai dua aja. Karena lantai satu lumayan crowded, apalagi sekarang jam waktu makan siang.
"Eit... Udah pada cuci tangan belum? Main comot makanan aja!" omel Leo kepada adik adiknya yang lupa cuci tangan sebelum makan.
"Ah, elah. Nanggung, Bang. Mending langsung makan, entar keburu dingin." Hasan menolak, membuat Leo menampilkan smirk menyeramkannya.
"Hmmm... Gitu ya? Oke, gak apa apa. Nanti malam, siap siap ya." Leo berujar sambil menampilkan gestur jempol yang bergerak di depan lehernya, seolah olah memberitahu Hasan bahwa dia akan dipenggal nanti malam.
"Eh, iya, iya, Bang. Gue cuci tangan." Pada akhirnya, Hasan pasti kalah kalau ngelawan kakak modelan kayak Leo yang dikit dikit bawa benda tajam.
Si anak tengah itu langsung ngibrit ke arah toilet buat cuci tangan. Takut kalau nanti nyawanya dicabut oleh Leo, terus keluarnya lewat idung.
Beda lagi dengan Felix, anak itu tampak lahap dengan makanan di tangannya, tak memperdulikan Leo yang menatapnya horror.
"Napa, Bang?" tanya Felix tanpa menoleh sedikit pun ke arah Leo. Masih fokus sama makanan di hadapannya.
"Lo belum cuci tangan, kan?" tanya Leo, dan dibalas dengan kedikan bahu santai.
"Udah lah," jawabnya kelewat santai.
"Kapan?"
"Barusan."
Felix menunjuk ke arah gelas McFlurry milik Hasan yang sedikit berembun.
Leo melotot ke arah Felix. Bisa bisanya itu anak mengalih fungsikan embun akibat es batu di dalamnya sebagai pengganti air.
"Abang!! Hasan udah cuci tangan~" Hasan dengan dramatisnya berlari ke arah Leo ala ala drama Korea yang menceritakan tentang sepasang kekasih yang terpisah, lalu bertemu kembali di bandara.
"Udah. Sana makan! Jangan ngedrama lagi!" Leo langsung menyuruh Hasan untuk makan, daripada nantinya malah malu maluin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Family [DanceRacha]✔
FanfictionDi dunia ini, gak ada yang namanya Perfect Family. Semua keluarga pasti punya kelebihan dan kekurangan. Tapi itu semua tidak berlaku pada keluarga yang satu ini. Sekeluarga tuh visualnya di atas rata rata, bakatnya juga gak kalah bagus sama anak an...