Kalau mau tahu cerita dibalik chapter ini, kalian bisa cek di cerita 'Dear Brother' chapter terakhir, alias chapter khusus Sequel. Tapi kalau gak mau, juga gak apa apa. Happy reading!
"Ma... Kok ngambil tanamannya Jihan banyak banget, sih? Kasihan Jihannya!!" protes Leo yang jalan belakangan.
Jessie yang masih fokus menatap tanaman hidroponik milik Jihan yang dihibahin ke dia, gak menyahut ucapan Leo sama sekali.
"Bener tuh, Ma. Kasihan... Tanamannya Jihan langsung ludes," sahut Felix, ikut nimbrung.
Tapi yang namanya Jessie, pastilah gak menghiraukan sekitarnya. Kalau udah ketemu sama yang diinginkannya, semua orang bakalan dia kacangin begitu aja.
"Ma... Bener kata Bang Leo sama Felix. Kasihan Jihan, dia kan ngumpulin tuh tanaman udah dari lama. Sekarang, tanamannya malah gak bersisa sama sekali." Hasan ikut ikutan ceramah.
Lagi lagi, Jessie gak menyahut.
Anak anak pun jengah dengan kelakuan Mama mereka. Maka dari itu, mereka memilih untuk gak ngurusin urusan Jessie dengan tanaman tanaman tersebut.
"Unch... Ini taneman bagus banget, sih!! Jadi pengin dibawa tidur..," gumam Jessie sambil menciumi botol taneman tersebut berkali kali.
Agaknya Jessie mulai kehilangan akal sehatnya.
"Yuk, baby lucu, kita bobo." Jessie membawa serta delapan botol tanaman tanaman hidroponik ke dalam dekapannya.
"Bang, Mama kenapa, sih?" tanya Hasan sambil memperhatikan Jessie yang mulai ngoceh sendiri kayak orang gila. "Lagi stress karena kerjaankah?"
Leo mengedikkan kedua bahunya. "Mana gue tahu, San. Mama emang kayak gitu," jawabnya.
"Eh, sumpah, gue jadi malu punya Mama kayak gitu. Gak punya malu sama sekali, anjir. Masa ngambil barang orang seenaknya gitu?" gerutu Felix, dan disetujui oleh Hasan.
"Lo kira cuma lo doang yang malu? Gue juga sama, Lix," jawab Leo sambil mengelus anak kucing berwarna abu abu di pangkuannya, Dori namanya.
Hasan mangut mangut. "Tapi kadang gue sering heran deh sama Mama. Kok bisa dia punya sifat kayak gitu? Padahal, dia itu, kan model yang dikenal anggun."
"Gak tahu, ah, San... Gue juga heran." Felix kembali menggerutu kecil, kemudian mengambil paksa remote TV yang ada di tangan Leo.
Leo menatap Felix dengan tajam. Hei, itu remote miliknya, tadi dia yang pertama kali pegang!
"Lix, itu kan remote gue!" Leo berusaha mengambil alih remote itu kembali dari tangan Felix.
Tapi sepertinya, Felix enggan untuk melepaskan remote tersebut begitu saja.
Hasan cuma memandangi Felix dan Leo dengan tatapan khas miliknya.
"Bodo ya, gue gak ikut ikut," ucap Hasan pada akhirnya sambil melangkah pergi dari ruang keluarga, meninggalkan Leo dan Felix lagi jambak jambakan di depan TV.
Hasan jalan mengitari rumahnya yang cukup luas. Gak tahu pasti mau kemana.
Remaja jangkung itu berhenti di depan halaman rumahnya, kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri, celingak celinguk nyari seseorang.
"Lho? Mama kemana?" tanyanya bingung, lalu masuk lagi ke dalam rumah untuk mencari keberadaan sang Mama.
Muter muter di dalam rumah, namun Hasan tetap tidak menemukan keberadaan sang Mama.
"Apa jangan jangan- Oh, Tidak!!" pekiknya kaget. "Jangan jangan Mama ke KUA buat nikahin si hidroponik!" Hasan langsung memasang muka dramatis, terus gelendotan di pintu depan rumah. "Wah.. Teganya Mama! Dia selingkuh dengan tanaman hidroponik!"
Tolong abaikan Hasan yang terlalu dramatis, karena kebanyakan nonton drama Korea di NetTV.
Hasan langsung berlari ke kamar sang Mama untuk mengecek kebenaran dugaannya.
Brak!!
Pintu kamar Jessie terbuka ngablak akibat dobrakan dari Hasan. Terpampanglah pemandangan Jessie yang sedang tidur bersembilanan bersama delapan botol tanaman hidroponik.
"Heeeehhh!! Mama beneran selingkuh sama taneman?!" Hasan langsung syok, dan terduduk lemas di depan pintu.
Leo dan Felix yang lagi main kartu Uno di depan TV, langsung menoleh ke arah lantai dua. Suara Hasan bener bener kencang banget, bahkan sampai terdengar ke seluruh penjuru rumah.
"Hasan kenapa, dah?" tanya Felix sambil secara tak sadar meletakkan kartu yang salah.
"Palingan lagi nonton drama Korea lagi," jawab Leo, gak begitu peduli.
Felix menggeleng. "Kayaknya enggak deh, Bang," bantahnya.
"Udah gue bilangin, itu si Hasan lagi nonton drama Korea It's okay that's love," jawab Leo lagi, masih kekeh sama pendirian sendiri.
"Bodo ah. Gue mau ngecek langsung ke sana." Felix berjalan meninggalkan Leo yang lagi nyusun domino di lantai pakai kartu uno.
Memang, biasanya Hasan bakalan teriak teriak heboh kalau lagi nonton drama Korea, apalagi kalau lagi nonton drama It's okay that's love atau gak School 2015: Who Are You. Tapi Felix rasa, teriakan Hasan kali ini bukan karena drama Korea, tapi karena sesuatu.
"Astagfirullah... Mama!! Mama ngapain bawa botol hidroponik ke dalam kamar? Mana airnya tumpah kemana mana!" omel Felix saat melihat kelakuan absurd sang Mama yang menyebabkan kasurnya basah kuyup.
Karena teriakan Felix yang sangat kencang, mana pakai deep voice, Jessie langsung melompat kaget, auto berdiri, masih dengan botol tanaman hidroponik di dekapannya.
"This Family is weird. Even my mother is weirdo, same as us," Lukman Felix Mahendra.
(A/N):
Aku up lagi nih...
Btw, mau daily up, alias setiap hari update atau setiap tiga hari sekali? Aku tunggu responnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Family [DanceRacha]✔
FanfictionDi dunia ini, gak ada yang namanya Perfect Family. Semua keluarga pasti punya kelebihan dan kekurangan. Tapi itu semua tidak berlaku pada keluarga yang satu ini. Sekeluarga tuh visualnya di atas rata rata, bakatnya juga gak kalah bagus sama anak an...