Tragedi FMIPA

281 52 13
                                    

"Yeyy akhirnya selesai juga!" seru Gia saat ia bersama Leo berhasil menutup kardus terakhir kue mereka.

Kalian ingat kan, tempo hari lalu pemuda Surabaya itu berkeinginan membuka usaha dengan uang pemberian Kala? Yaps, Leo memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis.

Kuliah hukum tapi terjunnya ke bisnis. Memang cita-cita dan keadaan kadang ngga pernah sejalan.

Dengan berbagai pertimbangan, masukan, dan arahan beberapa orang yang dia percaya, Leo mencoba peruntungan di dunia patiseri.

Ngga ada salahnya Leo kembali ke dunia ini. Soalnya dulu sebelum masuk kuliah Leo sama Ci Donna pernah usaha bisnis kue di rumah, tapi sayang bisnis itu harus terhenti karena Leo dan Cicinya fokus kuliah.

Jadi Leo mutusin buat nerusin bisnis lamanya itu. Itung-itung sekalian ningkatin skill Leo urusan bikin kue. Lagian urusan oven dan tetek bengeknya udah punya bekasan Bu RT, jadi gas lah bikin usaha.

Awalnya Leo membuat dalam jumlah kecil untuk dijadikan taster sekaligus promosi. Soalnya Leo bikin sistem pesanan untuk bisnisnya.

Dan pelanggan pertama Leo anak HMJ fakultas sebelah. Mulai saat itu bisnis seorang Leonard Fusena Nurganandra resmi dibuka.

Leo ngga sendirian ngerjain pesenan kue-kue itu, anak September Boy siap bantu 24/7 dan jangan lupakan Gyantari Chandrika Nararya yang kini sering main ke kontrakan buat bantu Leo.

Bahkan Gia kini udah ngga canggung main ke kontrakan sendiri. Selain udah akrab sama penghuni sekaligus para member bujang 2000-an yang sering main ke kontrakan, Gia rasa di kontrakan ini dia bebas melakukan hal yang ia sukai.

"Kapan kamu nganter pesenan ini?" tanya Gia pada Leo yang sedang menghitung ulang kardus kuenya.

"Abis ini soalnya acaranya sehabis magrib"

Memang hari ini Leo dapat pesenan 15 kardus snack kue buat acara raker anak HMJ Kimia.

Tapi siapa sangka, tiba-tiba Gia datang ke kontrakan padahal Leo tak memberi kabar sama sekali pada gadis yang ia kenal selalu ceria itu. Jadilah hari ini Leo mengerjakan pesanannya bersama Gia.


"Ewnawknya pwacwaran di dwapwur" celetuk seorang pemuda ber-hoodie pink dengan pipi menggembung berisi es batu.

Gia dan Leo sontak menoleh ke arah pemuda yang kini berjalan mendekat ke arah mereka.

Siapa lagi pemuda itu jika bukan Arjuna Bagaspati Ajisaka penggemar hoodie pink yang doyan gadoin es batu kalo di kulkas ngga ada makanan.

"Kon ngomong opo a? Ra jelas" ujar Leo.
("Kamu ngomong apa? Ngga jelas")

"Kon iku lo lak enak berduaan ndek dapur. Awas lek onok setan liwat terus dadi zinah"
("Kamu ini enak berduaan di dapur. Awas kalo ada malaikat lewat terus jadi zina")

Gia tertawa mendengar logat bicara khas Jombang milik Ajun. Memang kesan pertama Gia ketika bertemu Ajun adalah gaya bicara pemuda manis itu.

"Ya endaklah Jun, wong aku kesini cuma bantuin Leo nyiapin pesenan. Ngomong-ngomong tumben di kontrakan aja?" tanya Gia yang kini beralih menata kardus-kardus kue itu ke kresek besar berwarna seperti Zebra.

"Emangnya gue mesti kemana?" jawab Ajun sambil membantu memasukkan kardus kue itu ke dalam kresek.

"Ya jalan-jalan gitu sama pacar kamu"

Ajun mengerutkan dahinya, "Pacar?"

"Ituloh yang kamu bawa ke kesini barengan sama pacarnya Jaya"

September Boy | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang