Kejutan Sore Itu

230 46 22
                                    

Weekend, waktunya nyantai setelah disibukan dengan berbagai kegiatan. Tapi bagi seorang Leonard Fusena nyantai di waktu weekend itu ngga berlaku. Daripada keluar cari hiburan pemuda asli Surabaya itu memilih untuk tetap di kontrakan dan berkutat dengan adonan kue.

Semenjak nama Riang Mentari meroket, Leo ngga punya waktu buat santai. Itu karena saking banyaknya permintaan kue. Bahkan Leo sampai membuat sistem PO daripada menerima pesanan langsung. Kalo ngga gitu bener-bener bisa kececer kuliah dan kehidupan Leo.

Untungnya Leo ngga sendirian ngatasi orderan kuenya. Selain anak September Boy yang siap bantu 24/7, Gia juga siap bantu Leo.

Kayak di hari Sabtu ini, Gia udah nangkring di kontrakan dari pagi. Gadis itu berinisiatif bantuin Leo yang lagi selesain pesenan sendirian di kontrakan. Soalnya Agi ada urusan UKM Kerohanian, Jaya entah kemana, sementara Ajun udah mulai kerja.


"Akhirnya selesai juga orderan hari ini!" seru Gia setelah selesai memasukkan cookies dan brownies ke dalam toples.

Leo tersenyum sembari mengusak rambut gadis Nararya di depannya. Gia sempat merungut ketika Leo membuat rambutnya menjadi kusut.

"Mau langsung anter?" tanya Gia sembari menyisir rambutnya dengan menggunakan jari.

Leo melirik arloji di tangannya sebelum menjawab pertanyaan Gia, "Masih jam setengah 2, nanti jam 3 aku anterin."

Gia mengangguk mendengar jawaban Leo. Hingga gadis itu berdiri dan berniat memasukkan toples-toples kue itu ke dalam tas yang biasa Leo gunakan untuk mengantarkan pesanan. Namun gerakan Gia terhenti ketika Leo memegang lengan gadis itu.

"Udah jam setengah 2, mending kamu sholat dulu."

Gia menepuk keningnya. Hampir aja dia lupa Sholat Dzuhur, untung Leo mengingatkan. Ngga cuma sekali ini Leo ngingetin Gia soal ibadah. Gia yang terkadang teledor kalo urusan beribadah sedikit demi sedikit mulai tertib ketika dia mengenal Leo.

Meskipun Gia dan Leo berbeda, ngga sekalipun Leo membawa dampak buruk ke Gia. Leo justru sering mengingatkan. Itulah yang bikin Gia ngga bisa lepasin pemuda itu, meski dulu sempat kecewa karenanya.

Gia pun bergegas pergi ke kamar mandi. Setelah itu, Gia pergi ke ruang tengah untuk melaksanakan sholat. Tapi pas Gia mau menggelar sajadahnya, Leo menahan gadis itu.

Leo menyuruh Gia untuk sholat di kamar Agi. Soalnya ruang tengah belum disapu, Leo takut kalo Gia sholat di ruang tengah malah sholat gadis itu ngga sah.

Jadi mumpung Agi lagi keluar, Leo menyarankan Gia untuk sholat di kamar Agi. Kalau sholat disana dijamin pasti sah. Soalnya kamar Agi yang paling bersih dan rapi.

Kenapa Leo ngga nyaranin kamarnya, kamar Ajun, atau kamar Jaya? Ya karena kamar 3 bujang itu lebih mirip kandang babi. Malah bikin ngga sah kan?



"Yo kok di kamar Agi ada mukena?" tanya Gia usai dia sholat dan menghampiri Leo yang sedang bermain ponsel di ruang tengah.

"Punya Ayu." jawab Leo santai dengan mata tak lepas dari ponselnya yang mengeluarkan suara 'Enemi hesbin sleeedd!!!'

"Ayu sering sholat disini?"

"Tiap hari Selasa sama Kamis dia sering kesini buat sholat Maghrib, soalnya dia ada kelas sehabis Maghrib. Katanya kalo sholat di kampus takut, mau ke rumahnya males bolak-balik. Jadi sholat disini." Gia mengangguk mendengar penjelasan Leo.







"OALAH JANCOK!!"


Gia langsung terlonjak ketika pemuda Surabaya itu mengeluarkan kalimat kebangsaannya dengan nada yang sangat medok.

September Boy | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang