Awal Mula Rasa

376 67 33
                                    

Bau semerbak gilingan biji kopi memenuhi ruangan cafe yang ada di sudut kota Jogja ini. Sebuah cafe minimalis yang mengusung tema aesthetic demi mengikuti jaman agar diminati remaja millenial.

Terlihat di salah satu sudut ruangan cafe, tepatnya di samping jendela yang langsung mengarah ke jalanan terdapat seorang gadis berambut panjang dengan blouse berwarna biru laut tengah menatap ramainya jalanan. Sepertinya gadis itu tengah menunggu seseorang sampai-sampai dia melupakan secangkir vanilla latte dan juga sepotong red velvet cake yang sudah ia pesan.

Dan benar saja, tak lama datanglah seorang gadis berambut pendek dengan totebag merah muda di bahu kanannya.

Gadis itu menghampiri gadis yang duduk di dekat jendela tadi. Tak lupa mereka sempat bercipika-cipiki sebelum gadis yang menunggu terlebih dahulu menyuruhnya duduk. Terlihat seperti dua orang sahabat yang setahun tak bertemu.

"Udah lama nunggunya Yu?" tanya si gadis berambut pendek.

"Lumayan lah sekitar 10 menitan" jawab Ayudia yang rupanya si gadis penunggu di dekat jendela itu.

"Aduh maaf ya kamu nunggu lama. Aku tadi mampir ke acara busking Malioboro dulu. Ada anggota UKM Musik baru ikutan busking suaranya bagus banget Yu!" jelas gadis yang menjadi lawan bicara Ayu.

Ayu hanya tersenyum tipis kemudian menyeruput vanilla latenya yang tak sepanas tadi. "Emang siapa yang nyanyi? Kating atau sepantaran kita?" tanya Ayu sambil menatap temannya itu.

"Dua cowok ganteng, seangkatan kita kayaknya"

Ayu mengangguk menanggapi penjelasan temannya. Dan jujur, dia kurang tertarik dengan bahasan busking ini. "Tumben ngajak ketemu Gi, ada apa nih?" tanya Ayu yang mencoba mengalihkan topik pembicaraan pada gadis di depannya yang bernama Gyantari itu. Kalian masih ingat kan?

Gia tersenyum, "Ngga papa kangen aja sama temen lama. Kita udah lama ngga deep talk sambil ngopi santai"

"Eh iya ya. Anak gizi kan sibuk hahaha" ledek Ayu sambil tertawa ringan.

"Hahaha apa kabar anak hukum yang pusing mikirin masalah terus?" Gia tak kalah membalas ledekan Ayu.

"Alhamdullilah rambut masih utuh, ngga tau kalo nanti. Eh iya kok lo bisa kenal Leo? Gue kaget pas Leo nyampein salam dari lo"

Gia terkekeh. Gadis itu menjeda menjawab pertanyaan dari Ayu dan memilih untuk meminum Milkshake Oreo pesanannya yang baru datang.

"Aku ngga sengaja ketemu dia di toko kue. Dia temen anaknya yang punya kost ku dulu. Kita kenalan terus cerita-cerita eh ternyata dia kenal kamu. Tapi aku heran deh Yu, kok bisa ya Leo mirip sama aku?" tanya Gia sambil menatap Ayu dengan tangan yang menopang dagunya.

"Nah gue pengen bicarain ini tadi. Pertama kali gue liat Leo gue langsung mikir itu saudara lo. Kayak gue sama Kama gitu. Jangan-jangan lo jodoh sama Leo Gi? Kan kata orang kalo mirip itu tandanya jodoh" goda Ayu ke Gia.

Gia mengibaskan tangannya, "Enek-enek wae awakmu iki"
("Ada-ada saja kamu ini")

"Layo sopo ngerti Gi!"
("Lah siapa tau Gi!")

"Sudah-sudah aku kesini buat cerita-cerita sama kamu bukan bahas Leo"

"Loh bahas Leo itu juga termasuk cerita lo" Ayu kembali tertawa. Gadis bermata seperti kucing itu memang suka menggoda teman yang ia kenal dari kelas 1 SMA itu.

Gia merotasikan matanya ketika teman dihadapannya itu tertawa kencang. Bahkan Ayu sampai memukul meja cafe berulang kali.

Percakapan Gia dan Ayu sudah berlangsung hampir satu jam. Bahkan makanan serta minuman mereka sudah tandas. Banyak hal yang mereka ceritakan di sore ini. Mulai dari ribetnya perkuliahan di jurusan masing-masing, gaya hidup, rekomendasi make up, tempat kuliner dan juga tempat wisata, bahkan bahasan tentang oppa korea yang sedang trending pun tak luput dari pembahasan mereka.




September Boy | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang