Terik matahari mulai menyengat Bumi Jogja siang ini. Cuaca panas dan tak ada semilir angin segar yang berhembus menjadi pengisi siang ini.
Maklumlah musim ketiga, hujan masih malu untuk turun ke bumi. Dan diganti sengatan mentari yang membakar tanah pertiwi.
Di cuaca panas seperti ini, kebanyakan orang mungkin malas jika disuruh keluar rumah. Menikmati segelas es, dengan hembusan kipas angin, dan berbaring di ranjang adalah surga dunia di tengah pancaroba.
Namun sepertinya kenikmatan rebahan dengan ditemani segelas es dan hembusan kipas angin harus ditahan oleh seseorang.
Siapa lagi jika bukan Arjuna Bagaspati Ajisaka seorang. Di siang yang terik seperti ini Ajun rela berjalan kaki dadi kampus ke kontrakan.
Sebenarnya Ajun juga malas jika siang-siang seperti ini harus berjalan dari kampus ke kontrakan. Apalagi jarak kampus ke kontrakan itu juga lumayan bikin gempor kalo ditempuh pakek jalan kaki.
Tapi apa daya, siang ini mata kuliah Ajun selesai lebih cepat dari biasanya. Awalnya Ajun diajak beberapa temannya seperti Noval, Danu, dan Jaka buat ngopi. Tapi Ajun nolak dengan alasan, "Sepurane panas, aku tak balik ae enak rebahan. Mager yoan seh"
("Maaf panas, aku mau pulang aja enak rebahan. Mager juga")Tapi nyatanya siang ini takdir ngga berpihak sama Ajun. Disaat dia keluar dari gerbang, tiba-tiba motor Beat merah putih kesayangannya itu oleng. Pas Ajun cek, lahdalah itu bannya bocor.
Ya terpaksa Ajun bawa motornya ke bengkel depan kampus. Apesnya lagi itu bengkel juga antri. Yaudah daripada dia nunggu lama di bengkel, pemuda asal Kota Santri itu memilih buat jalan kaki ke kontrakan.
Berharapnya sih di tengah jalan dapat tebengan, ehh tapi zonk. Dia chat di grub anak 2000-an pun ngga ada yang bisa nganter pulang.
Alasannya ada jam lah, masih kuis lah, mau jalan sama pacar lah, ngga ada bensin lah. Kalo kata Nyai Agi, "Alah mblegedes!"
"Hoalah rek-rek apes wes apes. Wes panas, mlaku sisan, ngelak luwe. Gustiiiii sabarno ati ikiiii!!"
("Hoalah apes bener. Sudah panas, jalan pula, haus lapar. Gustiiiii sabarkan hati iniiii")Keluh Ajun ketika pemuda itu tiba di dekat gang masuk kontrakan. Namun tiba-tiba matanya memicing, ketika dari kejauhan pemuda manis itu melihat spanduk bakso milik Cak Yan berkibar.
Seperti mendapat oase ditengah gurun. Ajun yang haus dan kelaparan berasa ketiban rezeki mendapat tanda lambaian dari spanduk warung bakso yang terkenal enak, lezat, dan bersahabat di kantong para mahasiswa itu.
Ajun pun mempercepat langkahnya mendekati spanduk bakso. Dan begitu dia sampai......
"Oalah jancok!"
Umpat Ajun yang ternyata terbaduti. Begitu tiba di depan warung Cak Yan, ternyata ada pengumuman, "Libur dulu bos! Jualan terus ya capek"
Iya, warung bakso milik Cak Yan tutup. Dan ternyata spanduk yang melambai-lambai itu hanya membaduti dia.
Seketika bayangan semangkok bakso serta es campur kini harus lenyap.
Ajun hanya bisa merutuki nasib apesnya siang ini. Ban motor bocor, mau makan dibaduti spanduk, yaa ngga heran kalo Ajun misuh-misuh di depan gang sekarang.
----->>__<<-----
Dengan langkah gontai, Ajun pun meneruskan perjalanannya ke kontrakan. Jarak 50 meter yang biasanya terasa cepat kini terasa jauh bagi pemuda itu. Ditambah lagi dengan perut keroncongan dan tenggorokan kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
September Boy | 00L
Roman pour AdolescentsCuma sepenggal kisah sederhana si 4 Jejaka yang entah kebetulan lahir di bulan dan tahun yang sama hanya tanggal yang berbeda..... Cuma sepenggal kisah keseruan si 4 Jejaka yang menjuluki diri mereka sebagai "September Boy" berjuang sebagai anak ran...