Ada Apa Dengan Arum (?)

345 55 27
                                    

Pagi menyambut kontrakan hari ini. Sinar sang surya tak malu menyinari bumi. Suara kicauan burung kenari milik Pak Mahmud bercampur dengan deru knalpot kendaraan berlalu lalang menjadi peramai lingkungan kontrakan. Lalu apa saja yang terjadi di dalam kontrakan pagi ini? Mari kita intip.

Rupanya dua master chef andalan September Boy sudah berkutat di dapur ditemani beras, sayuran, juga beberapa lauk seperti tempe dan tahu. Suara desisan minyak di penggorengan dan suara ketukan spatula seolah menjadi irama merdu bagi kedua pemuda yang handal dalam urusan memasak itu.

Apalagi ditambah aroma masakan mereka yang menguar menyebar ke seluruh penjuru kontrakan. Aroma khas pagi yang pastinya disukai semua orang.

Seperti halnya seorang pemuda yang baru saja membuka pintu kamarnya. Dengan rambut acak-acakan, mata belum sepenuhnya terbuka, dan jalan yang masih sempoyongan pemuda itu mencari sumber aroma sedap itu.

Jangan salah meskipun dengan mata tertutup indera penciumannya begitu tajam. Buktinya pemuda itu bisa sampai di dapur kontrakan, namun..

Dug!

Suara benturan terdengar dan membuat duo chef September Boy menoleh ke arah suara itu. Dan begitu mereka tau penyebab suara itu, mereka hanya menggelengkan kepala. Hingga salah satu dari mereka mendekat dengan sendok di tangan dan...

"Aduh!" sendok pun mendarat mulus di kening pemuda yang mengagetkan duo chef itu.

Setelah mendapat pukulan sendok, pemuda itu membuka matanya karena merasakan sakit di keningnya. "Nyai kejam banget gue digetok pakek sendok" pemuda itu mengerucutkan bibirnya dan dengan tangan yang mengusap keningnya.

"Ya biar lo ngga ngelindur lagi" ucap pemuda itu sekilas dan kembali melanjutkan pekerjaan di depan kompor yang sempat tertunda.

Dengan tatapan yang tak santai pemuda berhoodie hitam itu mendengus sembari menyugar surai hitamnya setelah ia mendapat perlakuan pedas dari teman yang sudah ia anggap seperti keluarga di kontrakan itu.

Dengan tatapan yang tak santai pemuda berhoodie hitam itu mendengus sembari menyugar surai hitamnya setelah ia mendapat perlakuan pedas dari teman yang sudah ia anggap seperti keluarga di kontrakan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Lo ngga ada kelas Jun jam segini baru bangun?" tanya Leo yang sedari tadi sibuk dengan gorengan tahunya tanpa memperhatikan Ajun yang keningnya digetok Agi.

"Ada, nanti abis dzuhur" jawab Ajun sambil duduk di kursi meja makan yang berada tak jauh dari Leo dan Agi yang sibuk memasak.

"Mau bengi muleh jam piro Jun?" Agi bertanya tapi dengan mata dan tangan yang masih fokus menuangkan sop di mangkuk.
("Tadi malem pulang jam berapa Jun?")

"Jam 2 kalo nggak salah"

"Awakmu nyapo ae karo Aksa kok nganti jam semono mulihe?" tanya Agi lagi sambil meletakkan mangkuk sop dihadapan Ajun.
("Kamu ngapain aja sama Aksa kok sampe pulang jam segitu?")

"Yo biasa, mabar teros jagongan bakne ngga keroso wes jam 2. Ngga mbi Aksa tok kok, onok Kala, Arya, ambi Jeno. Eh btw Jaya endi seh?" tanya Ajun saat dia sadar anggota September Boy pagi ini berkurang satu member.
("Ya biasa, mabar terus ngobrol ngga kerasa jam 2. Lagi pula ngga sama Aksa aja, ada Kala, Arya, sama Jeno. Eh btw Jaya mana?")

September Boy | 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang