Bab 6 - Paket Pesan Cinta

697 101 1
                                    

Abraham tidak mengerti pada gadis lincah yang sudah menjadi pelanggan setianya pada jasa pengiriman tempatnya bekerja beberapa hari lalu.

Entah apa yang ada dalam benak gadis bernama Neina. Beberapa jam lalu menyatakan bahwa dia sangat berharap lebih padanya.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya mengusir segala pemikiran tentang si gadis lincah penuh gairah. Awalnya Abraham menganggap Neina orang gila, tapi paras cerianya menunjukkan kewarasan.

Sejak bertemu, Abraham kepikiran tentang gadis berparas ayu itu. Bukan karena mencintainya, tapi dia merasa iba padanya. Wajahnya cantik memesona, usianya terlihat masih muda, lalu kenapa Neina menyatakan cintanya secara terang-terangan pada lelaki yang tidak mempunyai apa-apa.

Harta bahkan tahta tidak dimiliki Abraham. Hanya berparas tampan yang menjadi modal incaran kaum hawa, termasuk Neina.

Abraham mengekeh, bukan menertawakan si gadis ganjen dengan sejuta tingkahnya, tapi menertawakan dirinya yang seharusnya tidak pantas tuk diidolakan.

Ting ....

Satu pesan singkat dari Neina tertera di atas layar. Abraham tidak menyimpan nomernya meski kemarin dia sempat mengirimkan pesan permintaan maaf. Hal itu dilakukannya agar tidak menyakiti hati perempuan.

08128902xxxx
Gimana harapan kamu?

Pertanyaan gadis itu dari pesan membuat Abraham mengekeh. Gadis itu memang energik, tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya.
Lelaki itu hanya membaca pesannya tidak berniat untuk membalasnya.

Di sebrang jarak berjauhan, Neina membolak-balikan handphonenya. Menunggu balasan pesan dari Mas kurir yang sudah membuat hatinya resah, dan pikirannya gundah.

Detik, menit, jam berputar, pesan yang Neina tunggu tidak kunjung dibalas oleh si penerima. Kurir itu memang tidak ada rasa secuil dodol Garut pun, gadis itu yang terlalu berharap.

Kedua matanya sudah ingin terlelap, tapi pesannya masih saja tetap sama. Sudah dibaca, tapi belum terbalas.
Neina mendengus sebal meratapi nasib kisah percintaannya yang selalu tidak mulus.

Gadis itu beranjak dari rebahannya, memaksa tubuhnya untuk bertahan berdiri lebih lama menatapi langit berbintang.

Wajah tampan Mas kurir membayang sepanjang detik dalam pikirannya. Dia tidak bisa mengalihkannya pada pikiran yang lain.

Rasanya Neina ingin cepat keesokan harinya, karena pesanan akan segera dikirim. Itu artinya pertemuan dengan Abraham masih terus berlanjut. Dia akan terus menebarkan pesona, caranya untuk buat lelaki itu gundah seperti dirinya saat ini.

Neina kembali melihat handphonenya, tetap saja seperti sebelumnya.

Dia mengalihkan layarnya pada toko online. Untuk memesan lebih banyak barang lagi, karena penjualannya lebih baik dari sebelumnya. Meski tidak begitu banyak, tapi Neina sudah bisa membeli seblak, cimol, cilok dari hasil pendapatannya berjualan.

Ting ....
Kedua mata Neina berbinar saat melihat pesan dari nomer yang sudah diberinya nama kontak.

Calon Paksu (Kalo jadi) :
Harapan saya semoga enggak ketemu pelanggan kayak kamu lagi.

Begitu membaca pesannya, Neina malah cekikikan. Perutnya terasa ada yang menggelitik, hatinya berbunga juga kupu-kupu yang berterbangan.

"Kalau dia enggak mau ketemu pelanggan kayak aku berarti dia cuman pengin ketemu aku," ucap Neina sambil cekikikan kayak kuntilanak.

Cepat, Neina membalas pesan itu. Sejurus jemarinya mengetik di layar canggih berbentuk pipih dengan lincah.

Neina :
Harapan kamu bikin bengek aku kumat lagi.

Lama lagi Abraham membalasnya. Bahkan sekarang lelaki itu tidak cepat membacanya. Mana mungkin kurir tampan itu tengah sibuk di waktu istirahat seperti ini? Neina menggedikkan kedua bahunya tidak tahu apa yang dilakukan lelaki itu di malam hari. Atau mungkin saja Abraham sengaja, membuatnya menunggu seperti ini.

Dasar Mas kurir meresahkan!

Bukan Neina jika langsung menyerah seperti itu. Kedua matanya dia buat melotot supaya tidak cepat mengantuk. Tatapannya terus tertuju pada handphone yang terus menyala. Menunggu memang sangat melelahkan, tapi baginya tidak masalah jika demi Mas kurir.

"Neina rela nungguin balasan pesan buat kamu. Paketan aja Neina tungguin, masa pesan dari kamu malah dibiarin." Entah kepada siapa gadis belia itu berucap. Hanya ada tembok yang berhadapan dengannya, mungkin cicak dinding yang mendengar keluh kesah cintanya atau saja nyamuk yang tidak sengaja lewat. Kasihan oh kasihan, Neina.

Sudah beberapa jam Neina menunggu, nyaris pukul 24: 00 matanya masih melek. Padahal biasanya gadis itu selalu tidur lebih awal. Kedua matanya sudah menyipit, beberapa kali mulutnya menguap.

Ting ....

Calon Paksu (Kalo jadi):
Kamu punya riwayat bengek? Oke besok bukan aku yang antar paketan kamu. Takut nular.

Neina mendengus sebal membaca pesan itu. Ada rasa sesal dalam hatinya karena sudah mengetik 'bengek' padahal dirinya tidak memiliki riwayat seperti itu. Namun, anehnya setiap kali kurir berkumis datang, pernapasannya tidak normal.

Kalau pun dekat dengan Abraham, dia hanya memiliki riwayat hati yang bergetar. Menggetarkan dunia karena cintanya begitu besar pada Mas kurir.

Neina :
Sungguh teganya teganya dirimu oh calon paksu Neina. Jujur, Neina punya riwayat bengek kalau ketemu kurir berkumis tebal itu. Karena tatapannya bikin ngeri. Jadi, jangan takut ketemuan ya. Apalagi kalau nanti ketemuan dua keluarga, wkwk.

Cepat, Abraham mengetik. Neina senang karena lelaki itu akan cepat membalasnya.

Calon paksu (kalo jadi):
Oh

Ketikan Neina panjang kali lebar harus pakai rumus matematika juga, tapi jawabannya sesingkat dan sesakit itu. Dua huruf yang membuat mulutnya membentuk huruf O.

"Dasar kulkas empat pintu."


MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang