Bab 21 - Neina Buciners

381 74 13
                                    

Ada yang mau ikut gabung ke grup khusus pembaca Cloveriestar?

Di WA ya, baru ada satu orang sih hehe masih baru. Yuk biar rame hehe.
https://chat.whatsapp.com/GVid3I1QEBz1kNRAuX9cKy

Happy Reading 🤗

***
"Kalau gitu aku enggak bisa lanjutkan kisah kita," ucap seorang gadis yang kini tengah terisak.

Lastri menunduk dalam sambil menyeka air matanya yang berjatuhan. Bukan keinginannya untuk mengakhiri hubungan tersebut, tapi semua ini karena keadaan.

Sudah lama keduanya menjalin kasih hingga akhirnya dipertentangkan oleh ayah perempuan yang merupakan seorang ustadz, menginginkan putrinya menjaga hati.

Permintaan Lastri untuk menikah menjadi salah satu kunci untuk keluar dari permasalahan. Akan tetapi, sang kekasih menolak keinginannya dengan alasan belum bisa menghalalkannya, apalagi dia belum bekerja.

"Kenapa? Kenapa hubungan kita harus berakhir, Las?"

"Karena aku hanya ingin kita menikah." Lastri semakin terisak, kedua bahunya naik-turun.

Lelaki itu menggeleng lemah, memikirkan masa depannya yang tidak secerah kebanyakan orang. Hidupnya sangat sederhana, memiliki keluarga yang rukun dan kebutuhan pokok tercukupi. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan Lastri dia berbeda kasta. Belum saja berjuang malah sudah mundur lebih dulu.

"Jika untuk menikahi kamu, aku belum bisa, Las."

"Kalau gitu hubungan kita berakhir. Aku sudah memikirkan keputusan ini." Gadis itu memalingkan wajahnya yang nampak sendu.

"Kenapa, Las? Apa salah aku?"

"Abi melarangku mempunyai hubungan khusus yang tidak seharusnya kumiliki." Namanya juga manusia, tidak luput dari kesalahan. Meski Lastri seorang anak ustadz, setiap hari memakai gamis dan kerudung yang membalut tubuhnya, tapi tetap saja dia mencintai pada seorang lelaki.

"Oke. Saya akan coba datang temui abi kamu, Las."

Dari pengucapan sang lelaki begitu meyakinkan hati Lastri. Gadis itu merasa tenang ketika mendengarnya.

Ucapan sang kekasih akhirnya terlaksana pula mendatangi ayahanda dari Lastri. Padahal hatinya ambigu begitu kedua kakinya melangkah memasuki rumah pujaan hatinya.

Kala itu dia terduduk ditemani dengan secangkir kopi. Umi ikut menemani disuguhi dengan senyuman manisnya, berbeda dengan abi--Lastri yang nampak terdiam memasang wajah garang.

"Jadi, tujuan kamu ke sini untuk menghalalkan anak saya?" tanya seorang pria paruh baya, sesekali dia memainkan janggutnya.

"Bukan. Tapi saya hanya meminta agar Lastri dijaga untuk saya."

Dahi pria itu mengernyit tidak mengerti dengan apa yang diucapkan anak muda di depannya. "Maksud kamu?"

"Saya belum bisa menikahi Lastri, tapi di lain waktu saya akan menikahinya."

"Tidak. Jika memang tidak ada keseriusan. Saya mohon jangan merusak hidup putri saya. Urusi hidupmu, cari saja kesenangan yang lain. Jangan pernah datang ke sini jika hanya mempermainkan Lastri," ucapnya. "Tidak perlu saya tunjukkan arah pintu, kan? Lebih baik kamu sekarang pulang."

Ekpresi dari pria itu cukup menggambarkan jika dia tidak menyukai kekasih putrinya. Dengan berat hati lelaki itu pulang meninggalkan rumah sang kekasih.
Langkahnya tertatih, rasanya begitu berat memutuskan hubungan yang begitu dia harapkan. Keinginannya sudah bulat untuk menjadikan Lastri sebagai seorang istri.

Abraham, nama lelaki yang dulu pernah tersakiti perihal cinta. Setelah ditolak oleh keluarga sang kekasih, dia benar-benar mundur beberapa langkah menghilang dari kehidupannya, tidak ada niat untuk kembali lagi.

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang