Bab 2 - Kurir Yang Berbeda

1.5K 145 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya buat apresiasi tulisan ini.

Happy Reading 🤗

***
Neina kembali masuk ke rumahnya sambil memeluk paketannya. Wajahnya berseri karena pikirannya terus saja tertuju pada kurir itu.

"Tadi ada tamu?" tanya mamanya ke luar dari kamar. Wanita paruh baya itu menguap karena baru bangun tidur, mungkin saja dia masih mengantuk karena terganggu oleh kedatangan tukang kurir.

"Bukan tamu, mah. Cuman tukang kurir," jawab Neina sambil cengar-cengir enggak jelas.

"Kamu beli apaan? Belanja terus. Nabung dong buat kumpulin nanti kamu nikah."

"Lagian ini belanja juga bukan buat aku kok, Mah. Buat aku jualin lagi," jawab Neina diiringi dengan tawanya yang pecah.

"Kamu jualan? Sejak kapan?"

"Sejak ketemu kurir tampan. Eh ...." Neina menutup mulutnya dengan kedua tangan saat menyadari dirinya keceplosan lagi kasmaran.

"Hah? Apa tadi kamu bilang?" tanya mamanya penasaran.

"Sejak tau caranya belanja online, Mah. Nyatanya belanja online itu selain harganya murah, kita juga bisa dapet hadiah, Mah." Neina mengalihkan pembicaraannya, wanita paruh baya itu hanya mengangguk mendengarnya.

"Hadiah? Kamu dapet hadiah apa?" tanya mamanya.

"Calon jodoh, mah." Neina tergelak tawanya, mamanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Calon jodoh apaan? Penjual onlinenya suka sama kamu?" tebak mamanya antusias.

Cepat Neina menggeleng. "Bukan ih mama. Udah ah aku mau mulai promosi."

Neina mulai membuka paketannya itu. Mamanya hanya melihat tidak ada niatan untuk membantu anaknya yang kesulitan membukanya karena paket itu ditempeli oleh banyak lem.

"Kamu promosinya ke setiap rumah warga?" tanya mamanya.

"Bukan gitu dong, Mah. Kalau semisal aku keliling kampung bisa-bisa kaki aku kayak talas bogor, Mah." Neina menghela napasnya pelan.

Mamanya mengernyitkan dahinya tidak paham. "Terus ... gimana dong?"

"Nanti aku foto terus masukin ke akun sosial media, Mah," jawab Neina. Dia menggunting plastiknya untuk mempermudahkannya membuka paketan itu.

Kini paketannya sudah selesai dibuka. Dua baju gamis sewarna biru langit tergeletak di atas meja.

"Ih kok warnanya sama semua sih?" Neina meraih dua baju gamis itu yang masih dibungkus rapi dengan plastik transparan.

"Mungkin kamunya salah milih kali, Nak," timpal ibunya.

"Bener kok. Ini kayaknya gara-gara tukang kurirnya nih," cerocos Neina.

"Kok kamu nyalahin kurirnya sih? Penjualnya kali yang salah masukin. Atau kamunya aja tuh yang salah pilih."

"Oh no oh no oh no no no. Enggak, Mah. Tukang kurirnya aja nih yang bikin aku resah. Sejak awal juga udah meresahkan."

Wanita berusia sekitaran empat puluh tahunan itu tidak dapat mencerna ucapan putrinya dengan baik. Namun, bisa dilihat dari kedua mata Neina sepertinya gadis itu tengah kasmaran.

"Mama kok ngerasa aneh ya, kok kamu tertuju terus sama tukang kurir ya?" tanya mamanya menyelidik.

Wajah Neina merah padam bagai udang rebus yang sudah matang. Cepat, gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Pakeeeeet!"

Neina terlonjak begitu mendengarnya. Gadis itu beranjak dari duduknya.

"Kamu pesan berapa paketan sih, Neina?" tanya wanita paruh baya itu.

"Sepuluh deh kalau enggak salah."

"Hah?!"

"Neina kan mau belajar jualan, Mah. Cari penghasilan gitu loh."

Dengan terbirit-birit Neina membuka pintunya dan mendapati lelaki yang membelakanginya.

"Kenapa enggak sekalian aja tadi, Mas?" tanya Neina.

Lelaki itu pun berbalik dengan menunjukkan deretan giginya yang rapi. Kumisnya tumbuh subur juga janggut panjang yang memesona. Namun, Neina malah bergidik ngeri melihatnya.

"Sekalian apa, Neng cantik?" Lelaki itu mengedipkan sebelah matanya genit.

Neina menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Nyatanya kurir yang sekarang mengantarkan paket berbeda lagi, bukan orang sebelumnya.

Karena penasaran, Lela selaku mama Neina melongokkan kepalanya di balik pintu.

"Oh jadi ini kurir yang meresahkan itu." Setelahnya Lela kembali masuk ke dalam rumah.

Mendengar ucapan Lela, kurir yang kini berada di depan Neina merapikan rambutnya juga memainkan janggutnya dengan ludah.

Berulang kali Neina mengusap perutnya sambil melafalkan kata amit-amit.

"Abang meresahkan ya, Neng?" tanyanya sambil menyeringai.

"Jadi ... saya harus bayar berapa, Pak?" tanya Neina ketakutan.

"Nanti saya bayarin deh kalau kamu mau jadi istri abang." Kurir itu memainkan lagi janggutnya.

Tidak mau punya penyakit asma, Neina merogoh uang di saku celananya. Selembaran uang seratus ribu dia berikan, lalu menarik paketan itu dengan cepat.

"Kebanyakan, Neng."

"Ambil kembaliannya." Bersamaan dengan itu Neina menutup pintunya.

Di balik pintu gadis itu menghela napasnya pelan. "Aku kira kurir yang tadi."

"Tadi kurir yang meresahkan itu ya?" tanya Lela dengan antusias.

"Bukan, Mah."

"Itu kali ya? Keliatan aja dari janggutnya sama kumisnya," timpal Lela mengekeh.

"Keliatan gimana, Mah?" tanya Neina mengerutkan dahinya.

"Meresahkan."

"Itu sih bukan meresahkan, Mah. Tapi, menyesakkan."

Jawaban putrinya membuat ibu beranak satu itu tergelak tawa. "Menyesakkan gimana, Neina?"

"Di depan dia aja napas aku kayak orang bengek. Ngeri banget deh." Neina menggedikkan bahunya.

"Berarti kurir yang meresahkan itu bukan dia orangnya?" tanya Lela memastikan.

Neina mengangguk pelan. "Iya, Mah bukan dia. Kurir yang bikin meresahkan itu tatapannya kayak Mas Aldebaran, hidungnya mancung kayak Oppa Lee min hoo, bibirnya merah merona kayak delima," ucap Neina. Sejenak dia menghentikan ucapannya mengingat-ingat sosok kurir yang kini membayang dalam pikirannya. "Tapi sifatnya dingin kayak kulkas empat pintu, mah."

Tok ... tok ... tok

"Ada tamu, Neina?"

"Apa Mas kurir yang kita obrolin balik lagi buat bertamu ya, Mah?" tebak Neina.

Neina lari terbirit-birit menghampiri pintu rumahnya. Saat pintu terbuka menampakkan sosok lelaki berkumis tebal serta janggut panjang.

"Yah, dia lagi," ucap Neina lirih. "Ada apa?" tanya Neina malas.

"Mau lamar kamu," jawab lelaki berkumis tebal itu sambil cengar-cengir.

"Hah?!

***
Stay terus yaa.

Jangan lupa baca ceritaku yang lain juga.

Follow yuk akun aku hehe.

Ig : @cloveriestar

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang