Bab 3 - Menantu Idaman

1K 140 3
                                    

Follow akun aku, vote dan komen ya.

Happy Reading 🤗

***
Entah sudah berapa lama Neina berada di depan laptop mengetik suatu postingan promosi penjualannya.

Sudah banyak promosi yang Neina posting, tapi tetap saja yang menyukai postingannya hanya beberapa orang dari sekian banyaknya teman di akun sosial medianya.

Beruntungnya gadis itu memiliki banyak kenalan di sekitaran rumahnya. Setidaknya ada yang memesan dari mereka meski bertahap.

Neina memandangi baju gamis yang baru datang kemarin. Jika melihat foto itu dia teringat pada Mas kurir yang mengantarkannya. Lelaki itu memang meresahkan hatinya, bahkan semalaman tidurnya tidak nyenyak seperti sebelumnya. Dia selalu teringat pada kurir tampan itu.

Sekelebat pikirannya membayang pada kurir berkumis tebal yang sempat menyatakan kesungguhannya untuk melamar. Bersamaan saat itu juga Neina menolaknya dan meminta kurir itu untuk tidak mengganggu lagi hidupnya. Hal itu membuat si gadis berbadan mungil lebih selektif mencari jenis pengiriman. Dia tidak mau memakai jasa pengiriman kurir berkumis itu lagi.

Selain keinginan awalnya menjadi tukang olshop karena sulit mencari pekerjaan juga tidak diberi restu ibunya untuk pergi ke luar kota, Neina juga sekarang punya niat lain. Dia ingin terus belanja online agar bisa bertemu terus dengan si kurir tampan. Mungkin, menjadi tukang olshop jalannya menuju hubungan.

"Neinaaaa!" panggil Lela sangat keras.

"Iya, Ma?"

"Di depan ada Neng Lastri. Katanya mau ambil pesanannya."

Neina menepuk dahinya pelan. "Gara-gara kepikiran terus kamu nih, Mas kurir. Neina jadi lupa buat anterin nih pesanan," gerutunya.

Cepat, Neina pun menghampiri Lastri yang sudah menunggu di depan rumahnya. Di tangannya ada beberapa lembar uang puluhan ribu.

"Maaf ya. Aku enggak sempat anterin paketnya. Soalnya aku sibuk." Begitu menyadari ucapannya, Neina ingin menertawakan dirinya sendiri. Sibuk? Mungkin sibuk yang dimaksudnya memikirkan Mas kurir.

"Enggak apa-apa kok. Eh jadinya berapa?" tanya Lastri sambil menghitung kembali uangnya.

"Cuman seratus tujuh puluh ribu, Las," jawab Neina. "Tapi gimana ya itu warna gamisnya sama. Biru langit."

Sebelum memberikan uangnya, Lastri membuka kantong kreseknya tuk memastikan warna gamis yang dipesannya. Hal itu membuat Neina merasa cemas karena takut jika teman semasa SMPnya itu tidak akan membeli keduanya.

"Enggak apa-apa. Lagipula aku beli gamis buat aku sama ibu kok. Jadi, baguslah biar samaan." Lastri kembali menghitung uangnya.

Ucapan Lastri membuat Neina merasa tenang. Dia tidak perlu repot untuk membeli lagi gamisnya. Lastri pun menyerahkan uangnya pada Neina.

"Aku mau pesan lagi gamis dong, Nei," ucap Lastri.

"Boleh. Mau berapa?" tanya Neina.

"Paket!" Bersamaan dengan suara klakson motor yang kini terparkir tepat di depan rumah Neina.

"Asyiap!" jawab Neina dengan semangat.

Tatapan kedua gadis itu tertuju pada lelaki berperawakan tinggi yang menuju ke arah mereka. Cepat, Lastri memalingkan wajahnya. Berbeda dengan Neina yang terus menatap kurir itu tanpa berkedip.

Mas kurir itu mengembangkan senyumannya ke arah Lastri yang kini tengah menunduk. Percuma saja dia menebarkan pesonanya, karena gadis itu tidak akan melihatnya juga membalas senyumannya.

"Kalau gitu aku pulang dulu ya, Nei," pamit Lastri.

"Kamu jadi pesan baju gamisnya berapa, Las?" tanya Neina membiarkan kurir tampan itu berdiri lebih lama.

"Nanti aku chat aja lewat WA."

Selepas kepergian Neina, kini hanya mereka berdua yang saling berhadapan.

"Atas nama Mbak Neina, ya?" tanyanya. Padahal kemarin dia mengantarkan paket pada Neina, tapi dia malah bertanya lagi. Mungkin saja lupa atau sengaja dilupakan?

"Mamaa," panggil Neina. Kurir itu mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Mengapa memanggil ibunya jika paket itu milik dirinya sendiri?

Tidak lama Lela datang. "Ada apa sih kamu, Neina?"

Neina memberikan isyarat, matanya melirik ke arah si kurir tampan itu. Berharap ibunya cepat peka tentang sosok kurir yang pernah diceritakannya.

"Ini paketannya seratus tujuh puluh delapan ribu, Bu."

Begitu si kurir memberitahu lagi perihal harga yang harus Neina keluarkan, Lela akhirnya teringat pada cerita putrinya kemarin tentang tukang paket yang meresahkan.

"Oh jadi ini Mas kurir meresahkan itu!" pekik Lela sambil menunjuk ke arah lelaki yang kini tengah kebingungan dengan ucapannya.

Lela menarik lengan lelaki itu lalu mendudukkannya di kursi teras rumahnya.

"Udah lama jadi kurir, tampan?" tanya Lela basa-basi.

"Lumayan, Bu."

"Kenapa mau jadi kurir? Enggak jadi bintang iklan ajinomoto aja?" tanya Lela lagi.

"Selagi ada pekerjaan yang bisa saya kerjakan. Kenapa saya harus cari yang susah? Dan selagi pekerjaan itu menghasilkan uang yang halal, mengapa saya harus cari pekerjaan lain yang belum tentu menjamin, Bu."

"Kamu emang bener-bener menantu idaman," ucap Lela sambil melirik Neina yang tengah menutup wajah merah padamnya bagai udang rebus yang sudah matang.

Kurir itu hanya tersenyum menanggapinya.

"Nama kamu siapa, tampan?" tanya Lela lagi.

"Abra---"

Belum saja kurir itu menuntaskan ucapannya, Neina malah memotong perkataannya.

"Abra katabra!"

Gelak tawa Lela juga Neina pecah begitu saja. Lelaki itu hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan ibu dan anak.

"Abraham." Lelaki itu kembali melanjutkan.

"Nama yang tampan seperti orangnya." Lela menambahkan.

"Makasih," jawabnya. "Ini seratus tujuh puluh delapan ribu, Bu." Abraham mengacungkan paketannya pada Neina tuk mengingatkan, mungkin saja dia lupa.
Namun, gadis itu menanggapinya dengan kedipan mata yang berulang-ulang. Abraham pikir jika gadis di depannya ini mempunyai riwayat cacingan. Entahlah.

"Udah nikah?" tanya Lela.

Pertanyaan Lela membuat jantung Neina berpacu lebih cepat. Hatinya tidak bisa menerima jika lelaki di depannya ini sudah memiliki keluarga.

"Belum, Bu."

Bersamaan dengan jawaban Abraham, ibu dan anak itu serempak bersorak membuat si kurir tampan itu kembali mengelus dada.

"Cobaan apalagi ini, Ya Alloh. Lindungilah hamba dari keluarga semacam mereka," ucap Abraham pelan.

***
Makasih Cloverian sudah baca cerita aku. Baca ceritaku yang lain yuk.

Ig : @fidyputrii

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang