Bab 16 - Asumsi Lastri

413 78 7
                                    

Hullaaa, Clovy update lagi nih kisahnya Mas kurir hehe.
***

Tidak mengantarkan pesanan paket dikarenakan banyak kesibukan yang harus cepat dibereskan, membuat Abraham seringkali mengeluh dengan hidupnya. Disibukkan dengan banyak pekerjaan, tidak ada waktu luang untuk merehatkan pikirannya sejenak.

Gaji yang tidak seberapa, lelah tidak bisa diperhitungkannya, jika bisa dikatakan dia belum pantas untuk siapa-siapa karena uang yang didapatnya pun tidak berbanding dengan kosmetik mahal untuk istrinya kelak.

Makanya Abraham tidak menyukai pada gadis yang menghias dirinya dengan glamor. Dia lebih menyukai pada orang yang berpenampilan seadanya, sederhana tanpa ribet mengikuti trend masa kini.

Jika membicarakan soal fashion, dia teringat pada gadis ganjen yang beberapa minggu ini mencoba untuk mendekatinya.

Wajah mungilnya yang terkesan menggemaskan, tapi tidak sedikit pun menarik perhatiannya. Abraham malah merasa risih pada Neina, gadis itu terlalu berlebihan melabuhkan perasaannya pada sembarang lelaki.

Apalagi Abraham hanya seorang kurir, mendapatkan penghasilan yang tidak begitu besar seperti pegawai negeri.

"Dasar gadis kurang waras," ucapnya lirih sambil menggelengkan kepala.

Demi mendapatkan penghasilan berlebih, dia mempunyai kerja sampingan sebagai design kartu, baik undangan pernikahan atau sebangsanya.

Seperti saat ini Abraham banyak menghabiskan waktunya mengurusi pernikahan orang, membuat undangan. Lelaki itu bahkan keteteran saat mendapatkan pesanan dengan jumlah yang banyak.

Mana sempat dia berleha-leha menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang. Apalagi waktu pengerjaan undangan itu harus cepat selesai.

Sesekali dia meregangkan otot-ototnya yang terasa menegang. Hari ini semua pesanan harus diselesaikan, karena bosnya di tempat kerjanya sudah memintanya untuk cepat kembali bekerja.

Suara gitar berdenting berasal dari handphonenya. Nama Neina tertera di atas layarnya.

"Neina?" tanya Abraham mengernyitkan dahinya bingung. "Ngapain dia nelpon segala?"

Meski hatinya enggan menerima sambungan telepon itu, tapi barangkali dia sedang membutuhkannya mengenai paketan mungkin.

Baru saja Abraham menekan tombol hijau lalu mengucapkan 'hallo' sambungan telepon sudah lebih dulu dimatikan. Hal itu membuat si kurir jengkel.

"Mau ketemu langsung kek, mau enggak ketemu kek, tuh anak emang ngeselin." Abraham merutuki dirinya sendiri, seharusnya dia mengabaikan telepon dari gadis gila itu.

Dia kembali fokus pada layar persegi panjang yang ada di depannya. Baru saja beberapa saat, handphonenya kembali bergetar. Siapa lagi jika bukan si gadis gesrek yang sudah membuat hidupnya berubah dua ratus derajat.

Kemarin saja Abraham mengecek tekanan darahnya, dan hasilnya membuat dirinya berpikir keras. Kenapa dia bisa mempunyai tekanan darah tinggi? Apa karena terlalu sering menghadapi Neina?

Lelaki itu mengabaikan dering handphonenya yang terus berbunyi. Biarkan saja gadis itu kesal padanya, lagipula siapa suruh saat sambungan teleponnya diangkat dia langsung mematikannya seolah hanya mempermainkannya saja.

Beberapa kali Neina berusaha menelepon Abraham, tapi tidak saja diangkat. Hanya pertama saja dia mengangkatnya saat hati si gadis tidak bisa menetralkan jantungnya.

Apalagi kala kedua telinganya menangkap suara familiar, hatinya langsung berbunga juga banyak kupu-kupu berterbangan di sana.

Perasaan Neina untuk si kurir semakin menjadi. Jika kebanyakan orang menyukai lelaki yang mapan dengan mempunyai gelar, tahta, juga harta. Dia tidak berpikiran sampai ke sana, yang terpenting urusan perasaan tidak ada bandingannya.

Harta, tahta, Neina. Gadis itu terus saja melafalkan tiga kata tersebut, dia berpikiran jika Mas kurir mendapatkannya maka harta akan mengikutinya belakangan, begitu pula dengan tahta akan naik pangkat setelahnya.

"Kangen," ucap Neina lirih, benda pipih yang ada digenggamannya pun digerogoti, seperti tidak ada makanan saja.

Gadis itu mencari cara agar Mas kurir klepek-klepek padanya. Akan tetapi, sangat sulit hati Abraham untuk diraih. Padahal biasanya kebanyakan lelaki gampang kecantol sama Neina meski pada akhirnya selalu saja kandas.

"Apa ya yang bikin dia klepek-klepek? Apa Neina harus belajar makeup lagi ya? Waktu kemarin kan dia takut karena emang Neina tampilannya kayak badut. Oke, nanti Neina harus belajar makeup."

Namun, sedetik kemudian Neina kembali berpikir. "Urusan pernikahan siapa ya? Kalau emang beneran dia, kapan ya?"

Gadis itu menggeleng keras. "Yakin, itu bukan pernikahan dia. Kalau pun dia nikah, sebelum janur kuning melengkung harus di gaspol terus sampai halal."

Neina tergelak tawa sendirian sudah kayak kembaran kuntilanak. Cekikikannya membuat bulu kuduk Lela berdiri, tapi ibunya tahu jika itu suara putrinya. Entah ngidam apa dia dulu sampai putri semata wayangnya gesrek seperti itu.

"Neina, jangan bersisik," teriak Lela dari ruang tamu.

"Berisik kali, Bu. Kalau bersisik Neina ikan dong," jawab Neina dari dalam kamar.

Terdengar suara tawa ibunya, diikuti pula oleh Neina.

"Oh iya ya. Kok kamu tumben pinter, Nei?" tanya Lela, tidak menyudahi tawanya.

"Dari dulu juga pinter," jawab Neina diiringi gelak tawa kunti.

***
Lastri termenung di dekat jendela kamarnya, setelah beberapa hari berbincang dengan Abraham dia menjadi risau juga galau.

"Gimana, Nak Abraham?" tanya uminya lembut membuyarkan lamunannya.

Bibir gadis itu terkatup rapat tidak berani menimpali pertanyaan sang ibu. Uminya hanya mengulum senyum seolah tahu apa yang dirasakan oleh Lastri.

"Sudah, Nak. Jangan terlalu dipikirkan." Begitu ucapannya, Lastri mengangguk pelan.

"Neina sepertinya menyukai Abraham, Mi."

Uminya mengernyitkan dahinya bingung. "Dari mana kamu tahu, Nak?"

"Aku sering lihat mereka berduaan."

"Sudah jangan suudzon dulu," ucap uminya membuat Lastri kembali mengangguk. "Siapa tahu mereka hanya berteman saja."

Lastri menggeleng pelan, dia merasa ada yang janggal. "Tidak, aku merasa jika Neina sedang mendekatinya."

Uminya hanya diam sambil mencerna ucapan putrinya.

***
Kalau komentarnya udah banyak, votenya cepat naik maka aku juga cepat update ya hehe.

Yuk sebarin cerita ini sebagai rekomendasi hehe.

Ada yang baper juga sama Mas kurir?

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang