Bab 5 - Harapan Neina

754 115 0
                                    

Follow akun aku, vote dan komen ya.

Happy Reading 🤗

***
Neina menyirami tanaman di depan halaman rumahnya dengan hati gembira. Mulutnya tidak berhenti terus mengalunkan syair lagu yang diciptakannya sendiri.

Sejak mendapatkan pesan dari Abraham, Neina merasa mendapatkan semangat beberapa kali lipat. Meski gadis itu hanya membaca pesannya, tidak berniat untuk membalasnya. Hal itu dilakukannya agar hubungan mereka akan semakin dekat jika kurir tampan itu merasa dihantui rasa bersalah padanya. Dasar Neina, ada-ada saja.

Hari ini tidak akan ada paketan yang datang, karena sesuai aplikasi belanja onlinenya pesanannya masih dikemas. Neina menjadi kesal pada penjual karena terlalu lamban dalam pengiriman, jika seperti itu dia tidak akan bertemu dengan calon jodohnya.

Suara klakson membuyarkan Neina dari lamunan. Gadis itu sempat terlonjak mengingat Abraham. Bisa saja yang memarkirkan motor itu si kurir tampan, tapi saat masker yang menutupi separuh wajah si lelaki dibuka Neina langsung sesak napas.

Riwayat asma yang dideritanya beberapa hari lalu tiba-tiba kambuh kembali saat melihat kedatangan si kurir berkumis tebal.

"Pakettt!" ucapnya sambil melemparkan senyuman semanis gula Jawa.

"Asyiappp!" jawab Lela ke luar dari rumah.

Neina yang melihat pemandangan seperti itu nyaris jantungan. Bagaimana bisa ibunya belanja online? Bukannya dia belum mengajarinya memainkan aplikasinya?

"Paketannya jangan dibayar aja calon mama mertua, biar saya yang bayar."

Paketan itu diberikan pada Lela, begitu menerimanya kedua mata Lelaki berbinar.

"Beneran jangan dibayar?" tanya Lela antusias.

Dengan anggukan kepala pelan dari si kurir berkumis itu membuat Lela bersorak sambil memanggil nama putrinya.

"Neinaaaa!"

Neina saja nyaris terlonjak saat ibunya memanggil namanya dengan keras.

"Apaan sih, Bu? Teriak-teriak udah kayak di hutan aja."

"Kamu mau cari yang kayak gimana. Jodoh kamu udah di depan mata, Nak! Udah baik, sayang mertua, meresahkan pula janggut dan kumisnya." Lela membisikkan pada putrinya yang kini tengah bergidik ngeri.

"Kalau mama suka dia, kenapa mama malah jodohin aku sama dia coba? Mama aja gih pacaran sama tuh orang."

Lela berdecak sebal pada putrinya. "Kan mama setia sama papa kamu. Meski pun dia udah pergi."

Neina jadi terdiam kala mengingat almarhum sang ayah. "Mama jangan mau pacaran ah sama siapa pun apalagi sama tuh orang."

Gadis itu menunjuk ke arah kurir yang kini tengah menjilati tangannya untuk diolesi pada kumis dan janggutnya.

"Makanya mama jodohin buat kamu."

"Enggak mau! Ih gelay. Aku maunya sama Mas Abra Katabra." Kekesalan Neina sudah memuncak membuat kurir berkumis tebal itu terperanjat kaget.

Bersamaan dengan ucapannya itu kurir meresahkan itu memarkirkan motornya tepat di halaman rumahnya.

Kedua mata Neina tidak terlepas dari pandangannya. Tetap tertuju pada Abraham yang masih menunduk melihat total yang tertera di paket pesanannya.

"Paket," ucap Abraham begitu lembut membuat hati Neina melunak, karena merasa seolah terbawa terbang oleh kelembutan dari kurir itu.

Batin Neina bertabuh menyanyikan lagu dangdut tentang kasmaran. Begitu ademnya melihat kurir tampan hari ini, meski pun tetap saja dingin tapi ucapannya lemah lembut.

"Dalem sayang," jawab Neina pelan, mukanya merah padam kayak kepiting rebus, karena malu dia pun menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Totalnya tiga puluh ribu rupiah." Neina pun memberikan uang sepuluhan lembar pada Abraham. Kedua matanya tetap saja memandangi paras tampan kurir itu.

"Uangnya kelebihan." Abraham mengembalikan lagi uang sepuluh ribu pada sang gadis.

Lela dan kurir berkumis tebal hanya bisa gigit jari melihat keromantisan mereka. Bukan keromantisan sih sebenarnya. Neina yang menebar pesonanya agar lelaki itu terpikat padanya.

Saat kurir itu hendak berbalik, cepat Neina mengaitkan lengan bajunya pada gelang gaul yang terbuat dari besi di pergelangan tangan Abraham. Hal itu membuat Abra kembali berbalik dan mendapati Neina di depannya dengan jarak dekat.

"Astagfirullah belum halal." Abraham lebih cepat memutuskan kontak mata mereka, dia langsung mengusap wajahnya dengan telapak tangannya.

"Hah? Belum halal? Berarti kamu mau halalin aku dong, Mas?" tanya Neina. Satu kedipan mata dari Neina teruntuk Abraham.

"Enggak." Abraham tidak berekspresi. Wajahnya datar seolah anak polos yang baru saja dilahirkan.

Jawaban singkatnya membuat hati Neina seakan terasa sakit bagai tertusuk oleh belati tajam.

"Lalu kalau enggak kenapa kamu kasih harapan sih?" tanya Neina kesal.

"Harapan apa? Aku yang kasih harapan atau kamu yang terlalu berharap?" tanyanya polos.

Namanya juga Neina, dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Aku yang kasih harapan. Aku harap kita nikah, sekarang! Semoga kamu berharap yang sama."

Ucapan Neina membuat Lela juga si kurir berkumis itu terkejut.

***

Tetap jangan nyerah ya, Nei. Aku dukung kamu di sini😭

Gimana nih kalian?

Neina Abraham atau Neina sama si kurir berkumis aja?

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang