Bab 10 - Drama Neina

546 87 2
                                    

Neina belum saja sadarkan diri, entah mengapa dia bisa jatuh pingsan. Abraham berpikir keras mengingat-ingat apa yang telah dilakukannya.

Mungkin gadis itu kelelahan telah membantunya mendorong motor dalam keadaan perut kosong.

Kini ibunya sibuk membawa minyak juga obat-obatan yang mujarab untuk putrinya.

"Tadi emang kalian udah main ke mana?" tanya Lela sambil mendekati minyak kayu putih pada lubang hidung putrinya.

Abraham ingin tertawa saat itu juga, tapi dia coba untuk menahannya agar tidak menimbulkan pertanyaan lain dari wanita itu.

Boro-boro bermain ke tempat wisata, motornya malah mengajaknya untuk bersusah apalagi dengan Neina. Dengan bodohnya gadis itu ingin membantunya dengan sukarela.

Ada rasa iba pada gadis yang kini terpejam dengan tenang. Lela sudah memberikan kayu putih, tapi tetap saja Neina masih terlelap.

"Nei ... bangun," ucap Abraham cemas.

Di sofa ruang tamu tubuh gadis itu direbahkan. Abraham tampak merasa bersalah karena membuat Neina berjuang keras demi mendapatkan hatinya. Akan tetapi, hati si kurir masih membeku bagai es batu. Tidak ada rasa cinta yang menjalari hatinya meski gadis di depannya sudah berjuang mati-matian.

Tidak berselang lama, kelopak mata Neina perlahan terbuka. Disambut dengan pemandangan si gadis yang kini menatapnya lekat.

"Mas kurir," ucap Neina lirih.

Abraham menyambutnya dengan seulas senyuman yang bikin hati Neina meleleh. Tanpa diduga, gadis itu kembali terlelap. Dia pingsan lagi.

Lela menyudahi memberikan putrinya aroma kayu putih. Menatap gadis itu dengan kesal karena bisa-bisanya membuat drama jatuh pingsan hanya karena ingin dikasihani sang pujaan hati.

"Ini gimana? Dia pingsan lagi," ucap Abraham.

"Biarin aja nanti juga kebangun lagi. Coba aja kamu ajak dia nikah, pasti bangun." Begitulah Lela menjawabnya, Abraham terkejut dengan ucapan itu.

"Apa hubungannya jatuh pingsan sama pengen nikah sama saya?" tanya Abraham tidak mengerti.

"Ya coba aja."

Abraham menggeleng kuat, ucapan Lela tidak logika baginya.

"Kalau ada cara yang lain saya akan lakuin, Bu."

"Cara yang lain?" tanya Lela, dijawab oleh anggukkan si kurir dengan semangat. "Balas cintanya."

Kurir muda itu menghela napasnya, lagi dan lagi masih melibatkan tentang cinta. Bagaimana mungkin dia menikahi gadis yang tidak dicintainya. Walau pun paras sang gadis lumayan cantik, tapi hatinya masih belum terpikat. Ada nama lain yang terselip dalam doanya.

"Maaf, Bu. Saya tidak bisa."

Batin Abraham terus menggerutu pelan. "Anak sama ibu sama aja."

Tidak mau memperpanjang masalah, lagipula keadaan Neina nanti akan membaik lagi. Dia hanya kelelahan dan butuh asupan makanan. Abraham pamit dengan beralasan paket yang harus diantarnya masih banyak.

Dengan begitu, Lela membiarkan lelaki itu untuk kembali bekerja. Selepas kepergian Abraham, Neina terperanjat dari tidurnya sambil celingukan memanggil nama sang pujaan hatinya.

"Dia udah pulang." Lela memberitahu, Neina mendengus kesal.

"Kenapa mama biarin dia pulang sih?" tanya Neina kesal.

"Dia mau kerja lagi. Masa iya harus dicegah? Nanti juga tuh uang buat masa depannya."

Mendengar ucapan mamanya, Neina tersenyum malu bagai kucing yang baru saja lahir menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Masa depan sama Neina ya, Mah?" tanya Neina percaya diri.

"Idih nih anak masih aja ngayal. Kurir itu tuh kagak suka sama kamu, Nei. Yang ada aja deh, suka sama kamu dengan tulus. Noh si Kang Zio juga nganggur nungguin kamu terus," ucap Lela menasihati putrinya.

Neina memajukan bibir tipisnya beberapa senti. Bisa-bisanya sang ibu berkata seperti itu mengenai soal perasaan. Hatinya bukan ajang stand up comedy yang bisa dijadikan hura-hura.

"Kalau cinta itu enggak bisa dipaksain, Mah."

"Dasar anak muda." Lela melengos meninggalkan putrinya.

"Yah ... drama pingsan tadi gagal." Keluh Neina mengingat dirinya hanya berpura-pura pingsan saat kedua kalinya. Jika untuk pingsan yang pertama dia memang kelelahan karena perutnya belum terisi oleh seremeh nasi pun.

"Meski pun gagal pingsan, tapi enggak bakalan gagal mendapatkan hatimu, Mas kurir."

***
Pesanan pelanggan di toko online Neina semakin pesat. Jika kemarin pelanggan hanya lima orang, kini bertambah menjadi dua puluh orang. Hal itu membuat si gadis ganjen mendapatkan semangat lebih.

Jika bisnis onlinenya bertambah pesat, itu artinya dia akan terus bertemu dengan Abraham. Akan tetapi, kenapa pagi tadi bukan dia yang mengantarkan paket Neina? Padahal jasa pengirimannya sudah benar, Neina selalu memilih tempat Abraham bekerja. Akan tetapi, gadis itu tidak begitu memikirkannya. Mungkin saja dia sedang membawa barang lebih banyak sehingga pesanan Neina diambil alih oleh teman kerjanya.

Meski kedua matanya tertuju pada laptop yang membuka layar toko onlinenya, tapi tatapannya sesekali beralih pada benda pipih di sampingnya.

Jika kemarin dia saling mengirimkan pesan dengan si kurir tampan yang belakang ini telah mengganggu pikirannya, kini layar handphonenya hanya menampilkan wallpaper Upin dan Ipin tengah memakan ayam goreng. Kartun itu salah satu kesukaan Neina, tiap hari dia tidak akan pernah melewatkannya.

Mengingat kebersamaan Abraham dengan Lastri--selaku temannya di bawah pohon rindang dekat rumahnya membuat pikirannya berkecamuk tak karuan, hatinya terasa sakit bagai dicincang oleh gergaji besi, meski keduanya tidak saling menggenggam jemari juga tidak memandangi paras satu sama lain, tetap saja Neina gundah.

"Meresahkan saja." Neina menutup laptopnya, membenahi kamarnya untuk dia tempati.

Kedua matanya dia coba untuk terpejam, tapi tetap saja perlahan terbuka dan mendapati bayang-bayang tentang si kurir di atas plafon.

"Kenapa kamu meresahkan sih, Mas?" tanya Neina pada selimut karakter Upin dan Ipin. Gadis itu memang terbilang sangat setia pada kartun berkepala botak, hatinya sudah terpatri pada si bocah kembar itu.

Bahkan temboknya saja ditempeli wajah kedua kepala botak yang sangat menggemaskan. Akan tetapi, hatinya kini beralih pada Mas kurir yang wajahnya begitu sangat meneduhkan jiwa.

Akankah Neina mengganti semuanya dengan wajah Abraham?

"Apa aku coba minta izin aja sama dia ya? Minta foto dia gitu buat ditempelin di kamar mandi." Satu ide cemerlang yang membuat Neina membuka satu kontak.

Cepat, gadis itu menggeleng. "Apa aku diam-diam aja ya ambil fotonya di media sosial? Sekalian kepoin akunnya gitu."

Dengan semangat yang memburu Neina menuliskan nama si lelaki. Namun, entah sudah ke berapa kalinya gadis itu tidak menemukan akun sosial medianya.

Bersamaan dengan itu, notif muncul dari atas layar handphonenya.

0821 7288 Xxxx
Kamu baik-baik aja, kan?

Begitu selesai membacanya, Neina terlonjak bahagia. Ternyata lelaki itu begitu peduli padanya dan sangat mengkhawatirkannya.
Akan tetapi, dia menghentikan tingkah bodohnya sejenak saat menyadari jika pesan itu dari nomer yang tidak dikenalnya.

"Oh ganti nomer kali ya. Emang pinter banget sih kamu bikin aku seneng, Mas."

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang