Bab 4 - Pedekate

874 125 4
                                    

Follow akun aku, vote dan komen ya.

Happy Reading 🤗
***
Abraham memutuskan untuk menghubungi Neina sebelum mengetuk pintu rumahnya. Hal itu dilakukannya agar si gadis ganjen sudah menyiapkan uangnya. Sehingga tidak membuatnya kesal karena menunggu lama.

Namun, beberapa kali dia menghubunginya gadis itu tidak menerimanya.

"Mau ditelepon atau pun enggak Neina memang bikin saya darah tinggi aja," gerutu Abraham.

Lelaki itu pun akhirnya memutuskan untuk langsung mengetuk pintu rumahnya. Sudah ketiga kalinya dia mengetuk, tapi gadis itu belum terlihat batang hidungnya.

"Cari siapa, Mas?"

Abraham menoleh ke belakangnya dan mendapati sosok gadis yang dicarinya kini berada tepat di depannya. Jarak antara mereka tidak terlalu jauh juga dekat.

Lelaki itu hampir saja terlonjak mendapati Neina dengan kedua pipinya yang merah merona. Ya, hal itu memang sengaja Neina lakukan. Dia berusaha berdandan sebelum Abraham datang agar terlihat memesona. Akan tetapi, bukan memesona bagi si kurir tampan itu. Gadis di depannya sudah mirip seperti badut ulang tahun.

"Kamu Neina?" tanya Abraham memastikan.

Neina mengangguk. "Gimana? Neina udah cantik belum?"

Abraham berusaha menahan tawanya agar tidak menyinggung gadis itu. Akan tetapi, lelaki itu tidak ahli menahan tawanya hingga tawanya pecah begitu saja.

"Nih paketnya lima puluh ribu." Kurir meresahkan itu mengalihkan pembicaraannya. Neina memajukan bibirnya beberapa senti, cemberut.

"Kamu kenapa ketawa?" tanya Neina kesal.

Abraham menggeleng pelan."Enggak."

"Neina jelek? Ya, kan?" tanya Neina, kedua matanya memanas dan air matanya pun meluruh membasahi permukaan pipinya. Bawah matanya menjadi hitam karena eyebrow yang luntur.

Kali ini Neina sudah seperti badut hantu. Hal itu membuat Abraham sakit perut. Akan tetapi, lelaki itu diluluhkan dengan air mata sang gadis yang kini menutupi wajahnya.

Neina memberikan uang selembar lima puluh ribu lalu menyambar paket pesanannya begitu saja. Gadis itu juga cepat masuk ke rumahnya tanpa mengatakan apa pun lagi pada Abraham.

Abraham merasa bersalah karena sudah membuat gadis itu sedih. Walaupun sejak awal Neina menyebalkan dan selalu membuatnya kesal, tapi dia tidak ingin melihat perempuan mana pun menitikkan air mata apalagi dirinya penyebabnya.

Dengan berat hati lelaki itu pun akhirnya kembali melajukan perjalanannya meninggalkan rumah Neina.

Di kamarnya Neina menenggelamkan wajahnya pada bantal. Perjuangannya menonton tutorial sia-sia hanya menghabiskan kuota saja. Uangnya pun terkuras habis karena membeli banyak make-up yang tidak ada gunanya.

Neina menghapus air matanya dengan kasar. Gadis itu menyambar cermin lalu memandangi wajahnya yang sudah seperti hantu.

Kedua matanya terdapat lingkaran hitam bekas eyebrow, pipi merah meronanya kini melebar ke semua permukaan wajahnya. Hanya lipstiknya saja yang tetap setia menempel dengan rapi di bibirnya.

Ting ....

Suara notifikasi dari handphonenya berdering. Neina malah membuang benda pipih itu ke sembarang arah.

"Ganggu aja orang lagi kesel juga."

Neina kembali memandangi wajahnya di depan cermin. Tangannya meraba wajahnya dengan lembut.

"Apa aku tidak cantik, Mas kurir?" tanya Neina pada dirinya di cermin.

"Apa ada yang lebih cantik dari aku?"

"Aku harus apa? Padahal skincare lokal sudah aku coba. Apa Neina harus pake skincare Korea biar kayak Song Hye Kyo?" tanya Neina lagi.

Lela yang baru saja pulang dari warung Mbak Sukarti melihat anaknya di balik pintu kamar yang tidak terkunci. Ada rasa iba dalam hatinya karena Neina harus merasakan kepedihan dalam bercinta.

Padahal jika dilihat dari wajahnya, Neina terbilang cantik, tapi lumayan. Mungkin, kurir tampan itu tidak mudah membuka hatinya kepada sembarang orang.

"Neina ...," panggil Lela pelan.

Cepat, Neina menghapus air matanya dengan kasar.

"Apa, Mah?" tanya Neina pelan.

"Tolong beliin air galon dong," ucap Lela.

"Bukannya air galon udah beli kemarin ya, Mah?" tanya Neina. Benar, air galon di rumah mereka masih penuh. Hanya saja Lela ingin putrinya melupakan tukang kurir itu meski sejenak dengan membeli air galon.

"Yang itu mama mau pake mandi."

"Hah? Tumben mau dipake mandi, Mah. Emang air kran enggak ada, Mah?" tanyanya.

"Ada. Cuman bosen aja."

"Aku telepon aja deh tukang galonnya."

Neina membuka layar handphonenya. Namun, saat melihat satu notifikasi pesan dari whatsapp membuat dahinya mengernyit.

0812-6883-XXXX
Maafin saya ya karena udah bikin kamu sedih. Saya Abraham.

"Mamaaaaaa!" pekik Neina saat membaca kalimat terakhir pesan tersebut yang menyatakan jika si pengirim adalah kurir meresahkan itu.

"Kenapa? Tukang galonnya?" tanya Lela.

"Air mata Neina enggak sia-sia. Sekarang, Neina mulai PDKT sama Mas kurir." Neina berdiri di atas kasurnya sambil loncat-loncat seperti anak SD.

Sifat gesrek Neina kini kembali lagi. Harapannya untuk mendapatkan Abraham tidak pupus, secercah harapan untuk memilikinya kembali membayang dalam pikirannya.

"Kupepet cintamu sampai dapat, Mas kurir."

****
Argh kupepet cintamu juga, Mas🤣

Makasih yang udah stay cerita aku.

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang