Bab 9 - Nikah?

589 99 0
                                    

Neina sudah gila! Entah sejak kapan otaknya terus memikirkan lelaki sedingin kulkas empat pintu. Kali ini, bukan hanya sekadar memikirkannya karena rindu, lebih menekankan hatinya untuk bisa memiliki lelaki itu.

Meski tidak semudah yang direncanakannya, tapi dia sangat percaya diri akan memenangkan hati si kurir dengan senjata pesonanya.

"Jika saja bukan karenamu, Mas. Aku tidak akan mau melakukan apa pun." Neina mendorong kuat motor Abraham, mengeluarkan segala tenaga yang dipunyanya.

Dari awal Abraham tidak meminta untuk dibantunya, hanya saja gadis itu bersikeras untuk membantunya. Kepalanya seperti batu, sangat keras sehingga tidak mudah untuk dilunakkan.

Sudah berkali-kali kurir itu menolak, maka berkali lipat Neina bertekad. Tidak ada pilihan, selain mengiyakan keinginan gadis itu. Toh, sekarang juga dia sudah terlihat mengeluh. Keringat sebiji jagung meluncur bebas di pelipisnya.

Sepanjang perjalanan Abraham terus saja menengok ke belakang, memastikan gadis itu barangkali pingsan di tengah jalan. Akan tetapi, semangatnya begitu tampak apalagi saat manik matanya beradu dengan sepasang mata si kurir.

Neina mengigit bibir bawahnya. "Ahhh meresahkan."

Setelah lelah berada di pundak, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Bengkel.
Napas Neina memburu begitu mendudukkan dirinya di kursi tunggu.

"Kamu enggak peka?" tanya Neina kesal.

Abraham mengernyitkan dahinya tidak mengerti dengan apa yang diucapkan sang gadis.

"Gimana maksudnya?"

"Aku haus, gerah, capek, lelah." Neina memasang wajah menyedihkan.

"Terus apa hubungannya dengan aku?" tanya kurir itu dengan tampang polos.

"Kamu harus tanggung jawab udah bikin aku lelah kayak gini."

"Kan kamu sendiri yang maksa bantu." Abraham membela diri, membenarkan kenyataannya.

"Pokoknya kamu harus tanggung jawab."

Abraham menggaruk pelipisnya. "Terus aku harus apa?"

"Nikahin aku."

Jleb ....

"Ya alloh, cobaan apalagi ini? Kenapa cobaan seperti ini terus bertubi-tubi pada hamba?" Batin Abraham terus saja bergumam.

Neina mengedipkan matanya menebar pesonanya. "Nikahin aku."

"Maaf."

Neina ditolak? Gadis itu terdiam, tapi secepat itu pula wajahnya kembali cerah. Dia keras kepala, sebelum mendapatkan apa pun dari perjuangannya, gadis itu akan lebih berjuang lagi beberapa kali lipat.

"Kenapa kamu enggak suka aku?" tanya Neina penasaran.

"Apa aku enggak cantik?" tanya Neina lagi.

Lelaki itu masih terdiam. Membiarkan gadis di sampingnya mengganti pertanyaan yang lain.

"Apa kamu sudah punya pacar?" tanyanya lagi.

Abraham juga diam, malah tidak ada ekspresi dari wajahnya.

"Apa jangan-jangan kamu enggak suka wanita?" tanya Neina, kedua matanya menyipit sambil menatap si kurir dengan tajam.

"Yang jelas aku enggak suka kamu." Begitu jelas terdengar di telinganya, menggores hati yang kian terluka, tidak ada rasa iba yang tampak dari wajahnya. Akan tetapi, si gadis ceria itu malah tersenyum.

Entah terbuat dari apa gadis itu. Abraham saja nyaris kehabisan berpikir memikirkan gadis di sampingnya yang selalu menampilkan wajah cerianya. Ditolak cinta olehnya saja dia tersenyum. Sebahagia itukah Neina saat cintanya ditolak?

"Aku yakin besok atau besoknya besoknya besoknya lagi kamu bakalan kejar aku." Betapa percaya dirinya gadis itu mengatakannya.

Abraham mengekeh mendengar ucapan dari si gadis berbadan mjngil itu.

"Kata siapa?"

"Kata aku," jawab Neina.

"Servicenya udah selesai." Seorang montir menghampiri keduanya, memberitahu bahwa motornya sudah siap pakai kembali.

Abraham pun cepat membayarnya dengan uang pecahan. Neina tidak mempermasalahkan harta yang dimiliki lelaki itu. Dompetnya yang tipis kembali dimasukkan setelah selesai membayar.

Kurir meresahkan itu hendak menyalakan motornya, tapi secepat itu pula Neina memanggilnya.

"Mas Abra," panggilnya lirih.

Abraham sontak menoleh dan mendapati wajah si gadis yang sayu.

Brakkk!!

Tubuh mungil Neina terhuyung ke belakang, dia tidak sadarkan diri. Untungnya Abraham cepat mendekap tubuhnya agar tidak terjatuh.

Kecemasan meliputi pikiran Abraham. Dengan pelan lelaki itu membisikkan sang gadis untuk cepat terbangun.

"Nei, bangun."

Namun, kedua matanya tidak kunjung terbuka.

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang