Bab 13 - Kelakuan Neina

482 79 4
                                    

Kecurigaan Neina kini terungkap setelah melihat Abra dan Lastri yang jelas-jelas mempunyai hubungan khusus.

Gadis itu harus siap menerima apa pun untuk ke depannya. Jika saja dia keduanya ditakdirkan untuk berjodoh, Neina tidak bisa mengelak takdir.

Akan tetapi, Neina selalu menetapkan hatinya untuk terus bersemangat mengambil hati Mas Abraham, meski hatinya sudah dimiliki perempuan lain.

Dia selalu menerapkan pepatah sesepuh yang seringkali didengarnya, "pepet terus aja sebelum janur kuning melengkung."

Memang benar, Neina masih mempunyai kesempatan untuk mendekati lelaki itu dengan pesonanya. Hatinya sudah terlanjur terpaut pada si kurir meresahkan itu sejak pertama kali mengantarkan paket.

"Dia sudah meresahkan hatiku," ucap Neina pada tanaman daun janda bolong yang dirawat Lela sebulan lalu. Dia sedang termenung di teras halaman rumahnya sambil memandangi hehijauan yang memanjakan mata.

Neina terus menanamkan semangatnya pada hati terdalamnya. Akan tetapi, rasa cemas kini melingkupi dirinya. Dia merasa ketakutan jika perjuangannya akan sia-sia, lelaki itu memilih Lastri untuk menjadi pendamping hidupnya. Sedangkan dirinya? Menjadi orang yang paling menderita melihat kebersamaan keduanya.

"Paketttt!"

Pemberitahuan kedatangan paket itu tidak membuatnya terperanjat dari duduknya. Neina malah terdiam memikirkan hal-hal ke depannya yang tidak ingin dia hadapi.

"Neina, paket!"

Panggilan yang lebih keras itu membuat Neina tersadar dari lamunannya. Mendapati Abraham yang tepat berada di depannya.

"Kok sama kamu lagi?" tanya Neina polos.

"Oh enggak mau sama aku lagi?" tanya Abraham membuat gadis itu mendengus kesal.

"Bukannya kamu yang bilang enggak mau anterin paket buat aku lagi?" tanya Neina membuat Abraham tersenyum samar.

"Kurir yang kemarin udah enggak kerja lagi. Kasian juga semua pelanggan harus kasih uang tambahan buat dia sendiri."

"Syukur deh," jawab Neina.

"Syukur karena dia dipecat?" tanya Abraham bingung.

"Syukur karena kamu bakalan jadi kurir selamanya untuk aku." Neina mengakhiri ucapannya dengan tawa renyah.

Abraham menggeleng lemah mendengar pernyataan dari gadis belia itu.

"Tujuh puluh lima ribu."

"Apaan tujuh puluh lima ribu tuh?" tanya Neina tidak paham.

"Total paketan kamu, Neina." Abraham mengacungkan paket Neina ke hadapan pemiliknya.

"Iya, Mas kurir."

"Jangan terus pandang saya!" Neina tidak cepat mengalihkan pandangannya meski pun sudah diberi peringatan. Pikirnya, dia sudah terlanjur tertangkap basah. Jadi, akan lebih baik untuk meneruskan pandangannya.

"Kamu semakin meresahkan, Mas Abra Katabra!"

Abraham mengelus dadanya sambil mengucapkan istighfar berkali-kali, dan tidak lupa melafalkan ayat kursi.

"Kok baca ayat kursi segala sih?" tanya Neina saat mendengar gumaman si lelaki.

"Takutnya kamu kemasukan setan."

"Astagfirullah, Mas kurir. Aku ini Neina, bukan setan." Neina menegaskan dirinya berulang-ulang.

"Iya tahu kok," jawabnya. "Mana uangnya. Bayar."

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang