Bab 30 - Usai (Special Part)

1.3K 81 26
                                    

Happy Reading 🤗 Follow akun aku, vote dan komen yuk.

****
Jodoh memang tidak ada tahu, sang Pencipta sudah mengatur segalanya. Sebagai manusia, kita hanya bisa mengikuti alurnya saja dan memohon yang terbaik agar semesta timbal balik memberikan apa yang diidamkan oleh hamba-Nya.

Neina menyunggingkan bibirnya melukiskan senyuman yang begitu manis. Tiada henti dia memandangi cincin satu permata melingkar di jari manisnya.

Tepatnya, satu bulan lalu seorang lelaki sudah menunjukkan keberaniannya dengan membawakan kotak merah dan niat yang sungguh-sungguh menyematkan cincin itu sambil mengatakan janjinya untuk segera mempersuntingnya.

Benar saja atas ucapannya, lelaki itu menepati janjinya. Di hari ini, rumahnya sudah didekorasi sedemikian rupa dengan warna pink dan putih yang memberikan warna di perayaan pernikahannya.

Gaun pengantin yang dari jauh hari sudah disewanya kini dikenakannya untuk menjadi seorang ratu sehari. Polesan make-up tebal menutupi beberapa noda bekas jerawatnya.

"Kamulah takdirku." Lelaki berjas putih itu melekatkan telapak tangannya pada wajah istrinya dengan mesra.

"Terima kasih sudah menjadi obat dari patah hatiku, Kang." Neina melemparkan senyuman manisnya pada lelaki yang kini sudah menyandang status sebagai kekasih halalnya.

Lela memandangi putrinya yang tampak bahagia. Sesekali dia menyeka sudut matanya yang terdapat genangan bulir bening karena merasa sedih di hari kebahagiaan ini, sosok ayah dari putrinya tidak menggamit lengannya.

Dia ingat pada almarhum suaminya yang selalu mengatakan ingin segera melihat putri tunggalnya menikah dan menemui sosok lelaki yang menjadi penggantinya. Namun, keinginannya tidak tercapai, hal itu yang membuat dadanya sesak.

"Maafin Neina dulu selalu buat Kang Zio sakit hati." Gadis itu menautkan jemarinya pada lelaki berkumis tebal. Eits, kumisnya sudah dicukur habis jauh hari sebelum acara pernikahan.

Permintaan Neina yang diturutinya, salah satunya menebas kumis kesayangannya. Bahkan, lelaki itu berjanji tidak akan menumbuhkan bulu-bulu halus yang menurut istrinya geli. Daripada mendengar omelan, lebih baik dia menuruti segala keinginannya.

Sudah tiga tahun yang lalu Neina menghadiri acara pernikahan Abraham, dan kini dia bersanding dengan Kang Zio. Kedua matanya menangkap sosok lelaki yang tengah menggerayangi pikirannya.

Abraham menggendong seorang anak kecil perempuan, usianya sekitar satu tahunan yang mengenakan gaun merah. Anak itu sangat menggemaskan, Neina jadi tidak sabar ingin segera memiliki seperti apa yang dimiliki si kurir meresahkan itu. Lengannya menggandeng Anjani yang tengah mengelus perut buncitnya.

Neina beroh-ria memandangi Anjani yang nyatanya hamil lagi. Sedangkan dia baru saja merayakan pernikahan. Memang salahnya sendiri yang terlalu lama menunda niat Kang Zio karena hatinya yang tidak saja membaik.

"Selamat ya, Nei." Abraham menyunggingkan bibirnya ke atas membentuk senyuman.

Neina menyempatkan untuk memberikan cubitan gemas pada anak perempuan di gendongan Abraham. "Gemas sekali. Hallo."

"Andira berikan selamat sama tante Neina." Abraham membantu putrinya mengulurkan tangan mungilnya.

Kang Zio juga sangat senang mencubiti Andira. Gadis kecil itu meresponnya dengan kekehan yang menggemaskan.

"Didoain semoga segera punya kayak Andira juga." Abraham mengekeh mendapati tatapan tajam dari Neina. Sedangkan mempelai pengantin lelaki itu tampak senang dengan ucapan mantan kekasih istrinya.

"Doain aja ya, Bro."

Kedatangan Lastri dan pasangannya pun menambah kehebohan di atas pelaminan. Dia juga sudah menikah dengan lelaki pilihan ayahnya, tapi gadis itu langsung jatuh cinta begitu kalimat sakral terucap dari bibirnya.

Pernikahan gadis itu hanya berbeda satu tahun dengan mantan kekasihnya. Dia kini tengah mengandung besar, kehamilannya sekarang untuk kedua kalinya karena dia sempat kehilangan calon bayinya. Saat usia kandungannya menginjak bulan ke tiga.

"Ciee ... nikah." Lastri mencubit lengan temannya dengan gemas. Pria di sampingnya sangat menjaga istrinya dengan sigap, dia terus menggandengnya.

"Eh, Lastri. Udah berapa bulan?" tanya Neina begitu pandangannya turun ke arah perutnya yang tampak membuncit.

"Delapan bulan nih, Nei. Bentar lagi." Lastri mengusap perutnya, suaminya hanya mengangguk sambil melemparkan senyuman.

"Hati-hati, Sayang." Suaminya kembali memperingati begitu Lastri melepas genggamannya, mendekati Neina untuk mengambil beberapa foto di handphonenya.

"Sini Anjani kita foto bareng." Lastri menarik lengan perempuan itu yang sedari tadi menggandeng suaminya.

Beberapa jepretan sudah tersimpan di galeri Lastri. Dia menghela napas pelan begitu melihat hasil gambarnya, lalu beberapa saat kemudian bibirnya tersungging ke atas membentuk senyuman.

"Dua mantan Mas kurir meresahkan dengan istri sahnya." Lastri kembali mengucapkannya pelan setelah selesai menulis dalam pesannya yang dikirimkan kepada Neina.

***
Selepas perayaan pernikahan yang cukup melelahkan. Neina merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil memainkan ponselnya.

Layar canggih itu menampilkan ketiga orang perempuan yang tengah tersenyum ke depan kamera. Tawanya tergelak begitu membaca pesan singkat dari Lastri.

Jika dipikirkannya kembali jodoh itu memang lucu. Dia sangat mengidamkan Abraham, dan mengabaikan keberadaan Kang Zio yang jelas-jelas mencintainya.

Semesta mengakhiri segalanya menjadi indah, meski di awal kisah dia harus mengalami patah hati yang sangat hebat.

"Belum tidur?" tanya Kang Zio yang baru saja keluar dari kamar mandi, dia selesai membersihkan tubuhnya.

Neina membenarkan posisinya, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Kepalanya menggeleng pelan, senyumannya tidak pernah pudar dari wajah mungilnya.

"Makasih ya."

Dahi Kang Zio berkerut tidak mengerti. "Untuk apa?"

"Terima kasih karena kamu sudah memperjuangkanku, Kang."

"Tidak perlu berterima kasih. Karena takdir kamu itu memang aku, dan takdirku adalah kamu." Senyuman dari Kang Zio melelehkan hatinya.

Neina juga baru menyadari jika kumis tebal suaminya dicukur habis, wajah Kang Zio lumayan tampan. Dia menyesali perlakuan dirinya beberapa tahun lalu.

"Kang ... jangan tumbuhin lagi kumisnya ya." Kang Zio tergelak diiringi dengan tawa Neina yang terdengar nyaring.

Keduanya menjalani mahligai pernikahan itu dengan khidmat. Tidak ada lagi adu debat mulut yang terjadi, mereka sama-sama belajar agar menyikapi kerikil setiap permasalahan dengan bijak.

***

Kaget enggak nih sama endingnya?😂🤭

Selagi nunggu buat cerita baru lagi yang tidak kalah seru, yuk baca dulu ceritaku yang lain hehe.

Aku bakalan bikin cerita baru lagi lho. Judulnya "Nikah Muda Gara-gara Ayang."

Gimana tuh ceritanya? Ada yang penasaran? Aku juga wkwk.

Kalau dibukukan, versinya akan berbeda ya. Jadi, apakah ada yang mau peluk Mas Abra?

Ig : cloveriestar

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang