Bab 14 - Box Gift

462 71 2
                                    

Hati Neina kembali tersanjung kala mendapatkan pesan dari nomer yang beberapa hari lalu menanyakan kabarnya. Nomer yang belum dia beri nama, kini tertera di layar handphonenya.

0821 7288 Xxxx :
Neina lagi apa?

Neina mengernyitkan dahinya, hatinya menyatakan jika itu seperti bukan ketikan Abraham. Beberapa hari lalu pun dia mendapatkan pesan dari nomer yang sama, menanyakan keadaannya setelah jatuh pingsan.

Awalnya gadis itu berpikir jika Abraham mengganti nomernya. Akan tetapi, setelah mendapatkan pesan berkelanjutan dia merasa jika cara pengetikannya bukanlah si kurir meresahkan itu.

Abraham tidak pernah menanyakan hal-hal mesra seperti itu. Dia selalu bersikap cuek pada Neina, merasa bodo amat dengan pesan panjang dari si gadis.

"Terus siapa pemilik nomer ini?" tanya Neina sambil menimbang handphonenya.

"Paketttt!"

Lamunannya buyar bersamaan kedatangan paket. Dari suaranya Neina sangat hafal jika itu adalah Abraham.

Cepat, Neina berlari ke depan pintu. Tidak perlu berdandan lebih dulu karena dia sudah mempercantik dirinya beberapa menit yang lalu.

"Eh? Mas Abra!"

Gadis ganjen itu menyapanya dengan antusias. Seulas senyuman terlukis dari parasnya. Dia sangat antusias menyambut kedatangan Abraham.

"Totalnya seratus tujuh puluh ribu," ucapnya.

Neina pun memberikan uang yang diminta si kurir. Uang recehan lagi yang membuat Abraham harus menghitungnya lebih dulu.

"Enggak apa-apa kan uang dollar?" tanya Neina membuat Abraham mengangguk pelan.

"Kamu kayaknya sering ikutan saweran ya?" tanya Abraham membuat Neina tergelak.

"Mau kenal pribadi Neina, ya Mas? Sampai nanyain ke akar-akar tentang Neina."

"Bukan gitu. Soalnya setiap kali kamu kasih uang pasti selalu receh." Abraham kembali menghitung uangnya.

"Aku kan rajin simpan uang ke celengan. Neina udah rajin simpan uang lho, Mas. Apalagi simpan hati. ya kan?" tanya Neina membuat Abraham menggelengkan kepalanya.

"Neina juga udah bisa angkat galon lho, terus pasangin gas. Pastinya dong diincar sama calon mertua ya kan?" tanya Neina lagi menggangu Abraham yang tengah fokus menghitung.

"Mas Abraham!"

Kurir itu mendongak dan mendapati Neina yang beberapa kali mengedipkan kedua matanya.

"Uangnya sudah pas kok, Nei. Kalau gitu saya permisi."

"Eh? Kok buru-buru sih?" tanya Neina lagi.

"Saya banyak urusan." Abraham kembali ke arah motornya.

Neina mengikuti arah langkah si kurir ke depan rumahnya. "Urusan apaan?"

"Urusan pernikahan."

Jleb!

Jawaban Abraham membuat pikiran Neina melanglang buana. Pernikahan siapa?

Abraham melajukan motornya meninggalkan Neina yang kini terdiam, mencerna ucapan dari si kurir.

"Apa pernikahan Abraham? Tapi, sama siapa?" tanya Neina lirih.

Pikirannya flashback ke
beberapa hari yang lalu. Kedekatan si kurir dengan temannya yang bernama Lastri. Apa mungkin keduanya mempunyai hubungan serius? Jika iya, mungkin pernikahan yang dimaksud, acara istimewa bagi keduanya.

Padahal Neina selalu menyelipkan nama Abraham dalam do'anya, seringkali menyatakan perasaannya secara terang-terangan. Akan tetapi, jika tidak jodoh dia hanya bisa berdiam diri.

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang