Bab 11 - Saling Kenal?

473 87 3
                                    

"Paket!"

Mendengar pemberitahuan paket pesanannya datang, Neina meninggalkan tempe goreng yang masih berada di atas wajan dengan minyak panas.

Sebelum ke luar menemui tukang kurir, Neina lebih dulu mengusap wajahnya dengan sepotong kain yang biasa dia pakai untuk membersihkan tempat kompor. Dasar Neina pakai kain kotor aja jadi.

Tidak lupa dia juga nyengir di depan pantat wajan yang menggantung di tembok dapur untuk memastikan giginya bersih terbebas oleh sisa cabai atau sebangsanya.

Setelah dirasa semuanya beres, Neina cepat membuka pintu rumahnya dan mendapati lelaki yang tengah menatapnya dengan penuh cinta.
Kedua matanya dihalangi oleh kacamata bulat, bibir hitamnya merekah hingga terlihat deretan gigi yang berwarna kuning.

Neina ikut menyengir kala lelaki di depannya itu menampilkan deretan giginya yang menyilaukan.

"Seratus ribu."

Neina melongok ke arah total yang tertera di depan paketnya. Aroma matahari begitu menguar memenuhi penciumannya. Sekuat mungkin dia tahan.

"Itu kok cuman tujuh puluh lima ribu?" tanya Neina sambil menunjuk ke arah total.

"Kalau segitu nanggung, Mbak. Yaudah sih kasih aja yang saya minta."

"Heh! Emangnya cari duit itu gampang? Itu duit kalau seratus ribu kembaliannya mau di kemanain? Dimasukin ke dalam perut biar jadi jabang bayi?" tanya Neina jengkel.

"Udah saya anterin juga masih aja ngomel."

"Situ yang duluan ngajakin ribut."

Nyaris ada keributan yang terjadi antara keduanya, apalagi Lela sedang ikut arisan di kampung tetangga. Beruntungnya Abraham yang kebetulan lewat akan menuju ke kampung lain terpaksa memarkirkan motornya saat mendapatkan pemandangan yang tidak mengenakkan.

"Ini ada apa?" tanya Abraham, kedatangannya menjadi sorotan dari keduanya.

Neina menunjuk lelaki di depannya. "Dia yang udah tipu aku. Korupsi banget nih orang. Emangnya mata Neina buta apa? Kagak bisa lihat totalnya?"

"Cuman seratus ribu sih kecil." Lelaki itu memperagakan ujung jarinya.

"Di zaman sekarang cari duit satu perak aja harus jungkir balik dulu. Lah kamu seenaknya kalau bilang," ucap Neina, emosinya sudah tidak bisa dia tahan lagi.

"Cukup!" Abraham menghentikan peleraian keduanya.

Neina menatap tajam ke arah si kurir menjengkelkan itu. Begitu juga sebaliknya menatap sang gadis dengan berkacak pinggang.

"Jelasin ini kenapa?" tanya Abraham mencoba menelusuri kesalahan yang terjadi.

"Dia bilang aku bayarnya harus seratus ribu! Padahal aku seharusnya keluarin uang tujuh puluh lima ribu."

Begitu mendengar pernyataan Neina, lelaki itu cepat menyambar paketnya dan melihat kebenaran apa yang diucapkan si gadis.

Berkali-kali Abraham mengangguk pelan, lalu tatapannya kini beralih pada kurir yang nyatanya dikenalnya.

"Kamu masih baru bekerja di sana. Kalau saja berita ini tersebar di sana, bisa-bisa kamu gigit jari."

Lelaki itu terlihat malu, wajahnya memerah padam. Lehernya tampak mengeras begitu dirinya menahan amarah.

"Jangan so ceramah deh. Ambil aja tuh paketan jadi antaran lo. Lagipula awalnya juga gue ambil paketan bukan wilayah sini, lah lo kan yang minta."

Kurir itu melengos meninggalkan kedua insan yang kini mematung di tempat.

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang