Bab 27 - Cemburu

417 71 2
                                    

Follow akun aku, vote dan komen ya.

Happy Reading 🤗

***

Kedatangan Lastri mengerutkan dahi Abraham tidak paham apa tujuannya mendatangi dia tiba-tiba. Sorot matanya turun pada sebuah kotak yang ada di tangannya.

"Ada apa ke sini?" tanya Neina ketus, setelah tahu dia masa lalu Abraham, membuatnya geram ingin melempar gadis berhijab itu ke planet mana saja. Pluto mungkin agar dia tidak bisa kembali mengganggu hubungannya yang baru seumur toge.

"Aku ada perlu sama Mas Abraham, bukan sama kamu, Nei." Lastri menatap Neina dengan tajam. Dia tidak kalah ketusnya.

"Ada apa?" Lelaki yang baru saja menelan kunyahan kue brownies meleraikan perdebatan antara dua gadis itu.

Sebuah kotak yang sedari tadi menjadi pusat perhatian kini disodorkan pada Abraham sembari melemparkan senyuman termanisnya.

Perut Neina serasa diaduk-aduk ingin muntah begitu melihat wajah Lastri yang tampak bersemu merah. Berbeda dengan Abraham yang biasa saja tanpa ekspresi.

"Dari mama buat kamu."

Apa? Dari mamanya? Perkataan itu membuat hati Neina terasa diiris-iris dengan pisau tajam. Melihat wajah Lastri saja dirasanya muak, dia tidak kuat melihat adegan yang menjengkelkan.

"Apa ini?" tanya Abraham, menilik kotak persegi itu.

"Kue bolu brownies. Aku yang bikin."

"Hadeuh banyak bener yang suka sama Abraham." Kang Zio mengibaskan tangan kanannya di depan wajahnya. Dia ngerasa kegerahan karena cuacanya juga lumayan panas.

"Katanya dari Mama, tapi kok bikinan sendiri. Heran." Neina menyindirnya dengan ketus. Lalu dia meraih sendok yang sempat dibiarkan tergeletak dekat brownies buatannya.

Lalu dia menyendokkan brownies IU dengan ukuran yang besar. Di hadapan Lastri gadis itu hendak menyuapi Abraham. Meski awalnya kurir tampan itu menolak suapannya, tapi akhirnya dia melahapnya juga.

Seulas senyuman terlukis dari pahatan wajahnya yang memesona. Neina menyeringai begitu sudut matanya melirik ke arah Lastri yang mengepalkan tangannya kesal.

Dia belum saja puas membuat Lastri jengkel padanya. Neina mengambil alih sekotak brownies dari tangan Abraham.

"Kang Zio mau enggak browniesnya?" Neina menyodorkan kotak kue itu pada kurir berkumis tebal.

Lastri menahan emosinya yang kian membuncah, Abraham menyadari suasana itu dia melirik gadis yang menatap kekasihnya dengan nanar.

"Neina, hentikan!" Suara Abraham terdengar lugas, dia terdengar sangat tegas mengatakannya.

Pergerakan Neina terhenti, kedua matanya terkunci pada lelaki yang selama ini diidamkan untuk dimilikinya. Dia menatap Abraham dengan lekat, rahangnya mengeras seolah tengah memendam kemarahannya.

Lastri mendongak memandangi dua sejoli yang tampak saling bersitatap. Bulir bening sedari tadi menggenang di pelupuk matanya kini mulai berjatuhan. Pertahanannya runtuh, dia terlalu lemah. Tidak kuasa lagi untuk berdiri di depan mereka, kedua kakinya melangkah lebar berlari dari hadapan kenyataan jika Abraham kini sudah menjadi milik Neina.

Tatapan Abraham begitu tajam, menyusuri sepasang mata milik Neina. Kang Zio yang merasakan ketidaknyamanan dia hendak bangkit dari duduknya. Tanpa pamit, dia pergi begitu saja meninggalkan kedua sejoli itu untuk menenggelamkan segala percakapan yang tertahankan.

Neina terlalu rapuh jika dirinya dibentak, dan ucapan Abraham beberapa menit lalu membuat hatinya patah.

Gadis itu tidak kuasa menahan air matanya yang sedari tadi mendesak keluar. Hingga bulir bening itu meluncur bebas di permukaan, tapi dia cepat menyekanya dengan kasar.

"Kenapa, Mas?" tanya Neina memberanikan dirinya mengajukan pertanyaan yang sejak tadi menggumam dalam hati.

Abraham tidak berani menimpali pertanyaannya. Dia merasa bersalah karena sudah berkata dengan suara tinggi yang membuat gadis di depannya menitikkan air mata.

"Kenapa? Kamu membela mantan kekasihmu, hah?" tanya Neina dengan nada parau, bibirnya melengkung membentuk senyuman samar.

"Nei, aku ...." Lelaki itu menggelengkan kepalanya mencoba untuk meyakinkan Neina jika dia tidak berniat untuk menyakiti hatinya.

"Aku memang sangat bodoh terus mengejar lelaki yang mencintai orang lain. Aku terlalu memaksakan dirimu untuk mencintaiku, hingga berakhir dengan kekecewaan yang tiada berkesudahan." Isak tangisnya tersedu, dia tidak bisa menghentikannya.

"Nei ... aku hanya ingin kamu menghargai seseorang. Meski pun Lastri orang yang pernah ada dalam hidupku, tapi ingat ... dia juga temanmu kan?"

"Udah cukup!" Neina menempelkan jadi telunjuknya, tepat di bibir tipisnya yang tidak dipoles lipstik.

Neina berlalu masuk ke dalam rumahnya, menutup pintu dengan kasar hingga menimbulkan bunyi dentuman yang keras. Dia meninggalkan Abraham seorang diri, lelaki itu mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sudah menyakiti dua perempuan sekaligus, padahal lelaki itu tidak berniat untuk melakukannya.

***
Selimut tebal menyelimuti seluruh tubuhnya. Di balik itu, seorang gadis tengah terisak mengingat kejadian yang membuat dadanya bergemuruh.

Suara ketukan pintu terdengar beberapa kali, tapi gadis itu menutup telinganya menolak kehadiran siapa pun yang berusaha menemuinya.

Lela, entah sudah berapa kali meminta putrinya untuk cepat menyantap makan malam. Namun, tidak kunjung direspon Neina. Gadis itu tidak kuat beranjak dari petidurannya.

Beruntungnya Lela tidak begitu menanyakan banyak hal yang terjadi padanya. Dia membiarkan putrinya untuk meredakan kekesalannya pada Abraham. Ya, wanita paruh baya itu tahu atas perubahan sikap Neina. Dia tidak sengaja melihat mereka beradu mulut, tapi entah apa yang menjadi permasalahannya.

Permasalahan yang sempat terjadi memang bisa dibilang sepele. Hanya karena Lastri yang memberikan kue brownies pada Abraham yang belum jelas kekasihnya. Neina tertawa hambar mengingat kejadian itu, dia terlalu labil menjadikan masalah kecil itu menjadi permasalahan yang besar.

Dia membenarkan posisi tubuhnya menghadap ke kanan, lalu beberapa saat kemudian ke kiri. Nyatanya gadis itu gelisah memikirkan perasaannya sendiri. Abraham memang tidak mencintainya, dia yang memaksanya untuk masuk dalam hidupnya. Gadis itu merasa dirinya egois, tidak memedulikan orang di sekitarnya.

Bukan hanya Neina yang masih terjaga menatap plafon kamar. Gadis berhijab bernama Lastri masih memandangi langit lewat jendela kaca yang diberi sedikit celah.

Ikatan pertemanan dengan Neina terjalin dengan baik beberapa tahun ke belakang, dan berakhir begitu saja hanya karena seorang lelaki. Bukankah itu tindakan yang konyol?
Mengingat definisi jodoh tidak akan ke mana masih menjadi prinsipnya sampai sekarang.

Namun, kejadian siang tadi menggambarkan sosok Lastri yang sebenarnya. Dia seolah menantang Neina untuk bersanding dengannya, mencoba meraih hati Abraham agar terlihat mencolok untuk menjadi pilihan si lelaki.

Satu kali tarikan napas diembuskannya, sudah menjadi keharusannya untuk melepaskan Abraham. Toh lelaki itu datang di masa lalunya dan Neina yang justru berhak menjalani kisah indah di masa sekarang. Entahlah bagaimana akhir dari cerita ini, masa depan yang masih dirahasiakan dan tidak diketahui banyak orang termasuk Lastri.

"Aku memang harus mengalah. Kenapa aku harus bersusah payah meraih hatinya lagi?" Frustasi, usapan kasar pada wajahnya yang tampak pucat tanpa polesan bedak, dia baru saja memberikan toner yang menyegarkan pada kulitnya agar terjaga kelembapannya.

"Langkahku sudah benar, melepaskannya tanpa harus merasa patah hati."

****

Berharap sad ending atau happy ending nih, Cloverian?

Makasih yang udah stay di ceritaku hehe.

Ig: @cloveriestar

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang