Bab 25 - Buket Bunga

412 76 9
                                    

Happy Reading 🤗

****

Kotak musik pemberian Abraham dibiarkan terbuka menampilkan patung seorang putri bergaun merah muda menari mengikuti alunan melodi.

Dentingan jam ikut mengiringi menjadi pelengkap memecah keheningan suasana malam. Tepatnya pukul 21.00 di saat kebanyakan orang memutuskan untuk tertidur, tapi tidak dengan gadis yang kini masih terjaga.

Neina, masih mengingat percakapan dengan lelaki yang akhir-akhir ini dekat dengannya. Menceritakan perihal masa lalunya yang sampai saat ini belum bisa dia lupakan.

"Lastri mantan aku, Nei."

Kala itu Neina terperangah, bahkan saat mengetahui jika perpisahan mereka bukan karena adanya pihak ketiga. Keduanya masih saling mencinta, keadaan yang menyadarkan mereka untuk mengakhiri percintaan itu.

"Dulu, bukannya aku tidak ingin menikahinya. Namun, aku terlalu dini untuk membangun rumah tangga."

Gadis itu berusaha untuk tetap tegar mendengarnya. Abraham berniat menikahi Lastri, tapi waktunya belum tepat. Itu artinya si kurir tampan masih menyimpan rasa pada temannya.

Tubuh Neina mendadak panas seperti ada si jago merah yang menyulutnya. Kedua matanya mulai memerah siap meluncurkan cairan bening yang sedari tadi ditahannya.

"J-jadi ... sekarang?" tanya Neina tergagap.

"Itu dulu, Nei. Sekarang berbeda."

Ucapan Abraham seolah tidak meyakinkan hati si gadis ganjen. Dia merasa ada yang janggal, batinnya seolah berdiskusi perihal sang pujaan hati yang masih memendam perasaan kepada mantan kekasihnya.

"Kamu masih sangat mencintai Lastri kan, Mas?" Neina menyeka air matanya yang membasahi pipinya.

Abraham mengatupkan bibirnya rapat, sepertinya lelaki itu tidak berani untuk mengatakan hal yang bisa menyakiti gadis di depannya.

"Hati saya hanya terluka. Jika kamu berkenan, jadilah obat penawar luka. Boleh?"

Manik mata berwarna cokelat terang milik Abraham beradu dengan sepasang pupil mata Neina. Di sana keduanya saling menenggelamkan segala ucap dan rasa.

Neina belum bisa menerima kenyataan jika teman SMPnya mantan kekasih Abraham. Alat pendengarannya seolah tidak berfungsi, ucapan si kurir tampan itu bagai embusan angin yang tidak sengaja lewat.

Boneka teddy bear yang dibelikan oleh Lela lima tahun lalu, saat ini menjadi pelukan ternyaman bagi Neina. Dia menenggelamkan wajahnya, ucapan Abraham terus terngiang mengganggu pikirannya.

Pantas saja tatapan mereka terlihat begitu lekat, bagai ada magnet yang menarik keduanya. Beberapa kali Neina memergoki dua insan itu kala berbincang bersama, kini terkuak perihal masa lalu mereka yang memenuhi memori kenangan.

"Kenapa harus Lastri?" tanya Neina lirih.

Gadis itu sudah terbiasa mendapatkan seorang kekasih hati yang juga pujaan temannya. Pernah, Neina ditinggal nikah oleh kekasihnya karena memilih lebih memilih gadis lain yang nyatanya teman sekelasnya.

Neina juga pernah disia-siakan saat mengetahui diselingkuhi oleh kekasihnya yang bercumbu mesra dengan teman dekatnya sewaktu SMA.

Dari berbagai pengalaman, teman di sekitarnya ada sangkut pautnya dengan masalah cintanya. Perasaannya sudah mengalami banyak permasalahan hati yang tiada henti.

"Kalau pun Mas Abra punya mantan, kenapa harus temen Neina? Kalau gini jadinya sakit kan."

Tangannya terulur menyambar tissue wajah untuk menyeka pipinya yang basah. Lembaran putih itu melayang ke segala arah mengikuti angin pelan menerpanya.

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang