Bab 23 - Kencan Pertama (2)

363 75 2
                                    

Happy Reading 🤗 tinggalkan jejak kalian ya. Komen,vote dan jangan lupa follow aku.

***

Menonton, salah satu momen untuk dijadikan kencan pertama bagi sebagian orang. Terkadang ada pula yang mengajak pasangannya makan di cafe bernuansa romantis.

Tidak jauh dari kedua tempat itu, tapi berbeda dengan Abraham yang malah mengajak Neina berkeliling saja. Mereka berdua tidak mempunyai tujuan untuk ditempuh, berjalan-jalan di taman menjadi solusi kurir berparas aduhai itu.

"Kita kemana?" Neina berulang kali menanyakan hal yang sama pada lelaki itu, tapi tidak ada jawaban darinya.

Tidak ada pilihan lain, gadis itu mengikuti langkah si kurir yang berjalan cepat. Neina berusaha untuk mensejajarkan langkahnya, tapi kalah cepat.

Jemari lentik Neina bergerak cepat menggenggam erat tangan Abraham tanpa rasa canggung. Lelaki bermata sipit itu melirik ke arah tangannya yang kini saling bertautan dengan si gadis ganjen.

"Kamu jalannya kecepatan, aku ketinggalan terus," cibir Neina sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

Pemilik manik mata cokelat terang itu salah tingkah, memalingkan wajahnya ke segala arah memastikan jika orang-orang di sekitarnya tidak memperhatikan mereka. Perlahan, dia melepaskan genggaman tangan si gadis, tapi Neina malah semakin mengeratkannya.

"Malu diliatin sama orang, Nei." Abraham berbisik takut jika ada orang yang mendengarnya.

"Biar mereka tahu kalau kamu itu milik aku," ucapnya seraya menyunggingkan bibirnya ke atas membentuk bulan sabit, sungguh manis.

Milik? Apakah Neina tidak salah bicara? Kapan Abraham menjadi miliknya? Bukankah mereka baru saja menjalani kencan pertama? Sungguh, dia gadis yang membingungkan.

"Aku sama kamu belum menjadi kita, Nei. Aku bukan milik kamu," ucap Abraham memperingati.

Neina menggeleng pelan, "kamu milik aku."

"Kamu masih menjadi milik ibu kamu, karena saya belum menjabat wali nikahmu, Nei."

Dagdigdug suara jantung Neina seolah berdendang bersamaan dengan pengucapan Abraham yang begitu menamparnya mengembalikan pada dunia kenyataan. Wajah gadis itu bersemu merah, karena melihat kesungguhan dari lelaki di sampingnya. Apakah dia berniat untuk menjabat wali nikah, Neina?

"Kenapa kamu suka buat aku baper, Mas?" tanya Neina sambil mengulum senyum malu-malu.

Abraham memutar kedua bola matanya jengah begitu menyadari jika sikap lebay Neina kembali kumat. Dia memijit pelipisnya yang terasa pening, mungkin efek dari menyikapi gadis ganjen itu.

"Kamu mau es krim?" tanya Abraham mengalihkan pembicaraan.

"Enggak mau ah."

"Kenapa? Enggak suka?" Abraham menaikkan sebelah alisnya.

Neina mengangguk pelan membenarkan pertanyaan dari lelaki itu. "Karena aku sukanya kamu, Mas."

Woahh! Neina kayaknya kebanyakan makan hidangan yang mengandung micin nih, jadinya dia bucin tingkat dewa-dewi.

Jika biasanya lelaki yang selalu membikin pasangannya baper, tapi kisah mereka malah kebalikannya. Peran perempuan yang menggombal hingga membuat pasangannya tertunduk malu.

Lelaki yang mengenakan kemeja kotak-kotak itu menundukkan kepalanya dalam karena merasa dijadikan pusat perhatian oleh beberapa orang. Selain memperhatikan tingkah Neina yang terlalu bucin, mereka juga melihat ketampanan Abraham yang tiada tara.

"Nei ... ngomongnya pelan-pelan aja ya. Malu tuh dilihatin orang," ucapnya, masih menunduk malu.

Sepasang mata gadis berwajah bulat itu mengedarkan pandangannya, melihat orang di sekitarnya yang terperangah melihat pemandangan ketampanan sang pujaan hatinya.

MAS KURIR MERESAHKAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang