8

2.7K 97 0
                                    

8


Kami menikmati makanan yang hangat di cuaca yang dingin ini. Musim hujan musim kawin kata orang mah gitu.

Aku melihat Erica mengambilkanku daging dan manaruhnya di mangkukku. "Makan yang banyak teh jangan sampai pingsan". Ucap Erika dengan nada tinggi.

"Aku gak bakal pingsan memangnya kamu. Kamu aja makan yang banyak". Kataku sambil memberikan daging yang dia berikan padaku dan menaruhnya di mangkuknya.

"Aku gak mau ya punya teteh kayak kambing". Kata Erica.

"Kalau teteh kambing berarti kamu adiknya kambing. Fix". Ucapku kesal. Bisa bisanya adikku nerocos seperti itu padahal ada Alex di sini.

"Erica". Sarkas Edward.

"Lihat tuh Ed teteh cuma makan hijau-hijauan apa itu bukan kambing namanya".

"Biarin suka-suka aku lah".

"Kenapa kamu gak makan dagingnya El". Kata Alex. Setelah sekian lama akhirnya dia membuka suaranya.

"Karena aku tidak ingin terlihat gendut Alex calon suamiku". Aku melihat Alex yang kesusahan menelan salivanya.

"Ih... aku bilangin sama mama ya. Kalau teteh gak mau makan daging".

"Iya deh. Kamu ngaduan aku gak suka".

"Lagian daging kan enak kenapa gak mau makan sih". Tanya Alex penasaran.

"Aku gak mau terlihat gendut Alex. Aku gak mau ngecewain kamu di hari pernikan kita besok".

"Elzara lihat badan kamu udah sekurus itu masih takut gendut. Bukannya kamu suka banget sama daging ya". Semua orang menatap Alex aneh.

"Kamu benar Alex. Tapi itu dulu sebelum aku tersambar petir". Kataku.

"Kamu pernah tersambar petir". Tanya Alex padaku. Sunggu aku ingin membunuhmu Alex kalau saja membunuh itu di perbolehkan. Kamu adalah petir yang menyambar ku saat tidak ada angin dan tidak ada hujan. Apa kamu lupa.

"Ah iya teteh pernah cerita kalau dulu dia pernah tersambar petir".

"Beneran teh. Kok kamu gak pernah cerita sayang". Kata Edward pemasaran.

"Aku aja udah lupa sayang. Udah lama banget bahkan sebelum kita pacaran".

"Udah deh lebih baik kita makan aja. ini sudah sore aku capek tahu gak". Kataku.

Setelah selesai makan Erica diantarkan Edward pulang. Karena aku ingin berbicara kepada mantan pacarku sekaligus calon suamiku ini.

"Kamu beneran gapapa. Kalau gak bisa, kita bisa bicara melalui telpon saja". Kataku pada Alex.

"Gapapa aku. Tenang aja". Jawab Alex.

"Oke deh kalau kamu gapapa. Kita berhenti di taman itu saja. Gak baik bicara di tengah jalan kan". Tunjukku pada taman itu.

Setelah sampai kami mencari tempat duduk yang jauh dari keramaian. Soalnya aku takut kalau nanti di dengar orang.

"Jadi kamu mau bicara apa?". Tanya Alex.

"Hah?. Ah... eh... kenapa kamu gak nolak perjodohan ini Lex". Jawabku.

"Karena aku butuh seorang istri dan ibu untuk anakku". Katanya.

"Oh... terus kanapa kamu masih mau kalau orang yang di jodohkan itu aku". Tanyaku lagi.

"Ya karena gak ada pilihan lain". Jawabnya ringan. Dasar berengsek.

"Oh... gak ada pilihan lain". Kataku ikut santai.

"Terus kenapa kamu juga mau di jodohkan sama aku El". Tanyanya.

"Karena aku kasihan sama Erika dan Edward. Karena gara-gara aku mereka gak nikah-nikah yang ada nambah dosaku saja".

"Em... emang kenapa kamu gak nikah-nikah usia kamu juga sudah cukup matang". Tanyanya.

"Itu karena aku masih belum siap. Kamu ada pasangan gak Alex". Alex mengerutkan dahinya.

"Gak ada sih. Kamu".

"Gak ada juga. Mantan istri kamu?".

"Dia sudah meninggal waktu melahirkan Gabriel".

"Maaf aku tidak bermaksud seperti itu".

"Tidak apa".

"Oke. Aku akan berusaha menjadi ibu yang baik untuk Gabriel. Aku juga akan berusaha menjadi istri yang baik buat kamu Alex. Jadi aku harap kamu juga harus menjadi papa yang baik untuk Gabriel dan suami yang baik untukku. Aku tau kamu mungkin tidak akan pernah bisa menyukaiku karena kamu membenciku. Jadi aku tidak akan membatasi dengan siapa saja kau berhubungan aku tidak akan ikut campur asalkan jangan di depan mataku". Kataku.

"Maksud kamu?".

"Kamu seorang pria. Kamu pasti tidak akan bisa menahan birahi mu jadi aku akan membebaskanmu berhubungan dengan siapapun yang kamu mau".

"Lalu bagaimana denganmu?". Tanyanya.

"Tenang saja aku sudah tidak ada gairah dengan siapa pun. Tapi aku mohon jangan bilang pada keluargaku. Tapi kalau kau tidak mau denganku kau bisa membatalkan pertunangan ini". Kataku denagn senyum tipis.

"Apa kau gila". Katanya.

"Bisa di bilang begitu". Kataku.

COLORFUL LOVE STORY - #1Married Ex-Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang