5

3K 120 0
                                    

5


Ting...

Suara pintu lift terbuka aku melangkahkan kakiku keluar dan seorang pria menghadang jalanku.

"Gabriel...". Pria itu manarik anak yang ku gendong dengan begitu kuat hingga membuatku ikut tertarik. Sedangkan anak ini masih memelukku erat.

Dia melepaskan pelukannya dari anak kecil yang aku gendong ini. "Maaf aku tidak bermaksud". Aku meneliti pria itu. Pria bermata abu-abu dengan jambangnya yang cukup tebal. Tampan hingga membuat jantungku berdetak dengan kencang.

Sudah hampir 6 tahun ini aku tidak pernah merasakan jantungku berdetak kencang saat bertemu seorang pria. Terakhir kali jantungku di buat berhenti berdetak oleh mantan pacarku yang berengsek itu.

"Tidak apa. Apa kamu papanya". Tanyaku. Aku juga berusaha melepas pelukannya tapi dia masih tetap memelukku erat.

"Iya, saya papa Gabriel". Pria itu menjawab lalu beralih tempat memutariku. Dan sekarang sedang berhadapan dengan putranya.

"Gabriel ayo ikut papa". Katanya tegas.

"Gak mau. Aku maunya sama Tante saja". Jawab Gabriel pelan.

"Gabriel!. Mau jadi anak nakal ya". Pria itu meninggikan nada bicaranya yang membuatku ingin marah melihatnya.

Aku membalikkan tubuhku melihat pria itu. "Lebih baik anda panggil mamanya saja. Mungkin dia ingin bersama mamanya".

Kulihat pria itu membulatkan matanya. "Dia tidak punya mama dan lebih baik kamu tidak ikut campur urusan kami".

"Maaf saya tidak bermaksud Sir". Jawabku singkat. Aku tidak tau jika dia tidak punya mama. Pantas saja papanya mendidiknya begitu keras.

"Gabriel cepat turun atau papa akan menghukummu". Ucapnya tegas. Aku masih membulatkan mataku melihat pria bermata abu abu itu. Tidak kusangka kalau dia akan bicara sekasar itu pada anaknya sendiri.

Sunggu aku ingin melindungi anak ini dari papanya yang jahat. Pantas saja dia menangis tanpa bersuara. Pasti papanya yang mengajarkan hal yang begitu keras pada anak yang sekecil dia.

Kurasakan pelukannya mulai melemas dan anak itu mulai menarik tubuhnya ke bawah. Aku hanya membantunya untuk turun dari badanku.

Kurasakan badanku enteng kembali. Tapi aku malah merasa pusing tapi aku menahannya. Pasti gula darahku sudah turun drastis sekarang.

Dia meraih tangan papanya dengan wajah yang sembab. "Terima kasih. Saya permisi dulu". Ucap pria itu menggenggam tangan anak kecil dan menariknya pergi.

Aku hanya menganggukkan kepalaku menatap pria yang aneh itu tapi ganteng sih. Sayang hatinya keras bagaimana bisa dia bersikap seperti itu pada anaknya sendiri.

Aku berjalan menuju ke ruangan Tantri untuk mengambil beberapa foto sebelum dia menuju ke altar. Walaupun dengan pakaian yang sedikit lecek. Tak apa lah yang penting tetap cantik hari ini.

Kami menikmati pesta hari ini. Memakan banyak makanan yang sudah disediakan. Karena karyawan-karyawanku ku tidak tahu malu. Mereka menyiapkan semua makanan dan aku harus memakannya. Memangnya aku apa, tapi gapapa lah yang penting mereka bahagia aku juga ikut bahagia.

Aku jadi teringat akan obrolan kita di taman kemarin. Jika aku tidak menikah maka Erica tidak akan menikah juga. Tapi kasihan juga kalau Erica tidak menikah dengan Edward mereka sudah pecaran selama lima tahun.

Keluarga Edward juga sudah beberapa kali ingin meminang Erica. Tapi mama selalu ada alasan untuk menolak secara halus. Walaupun Edward sudah melamar Erica tapi siapa yang tidak mau berhubungan ke jenjang yang lebih serius lagi.

COLORFUL LOVE STORY - #1Married Ex-Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang