Abel tidak tahu harus bersikap seperti apa di hadapan Aga saat ini. Cowok itu makin hari makin terlihat menjauhinya, tidak dipungkiri kalau Abel merasa terganggu dengan hal itu.
Malam ini seperti biasa Abel merapikan meja makan yang tadi mereka gunakan untuk makan malam. Iya, walau jarak mereka sejauh bumi dan matahari tapi untuk urusan perut mereka harus mengalah, dan makan di meja yang sama.
Tidak apa-apa, sih, hanya saja rasanya begitu canggung—atau Abel saja yang merasakannya?
Setelah mencuci piring dan peralatan makan yang tadi digunakan selesai, Abel melirik ke arah jam di dinding. Pukul delapan tepat. Dia berencana membuat sebuah video untuk nanti diupload di kanal YouTube-nya.
Baru saja hendak berjalan keluar dapur langkah Abel terhenti saat melihat Aga berjalan masuk ke area dapur.
Abel menahan napasnya saat cowok itu berjalan melewatinya lalu berhenti di depan kulkas. Wajah dingin dengan tatapan tajam cowok berstatus suaminya itu tidak pernah membuat Abel merasa terbiasa jika melihatnya. Bahkan ketika keadaan saling diam mereka berlangsung hampir dua minggu, Abel tetap tidak terbiasa.
Jujur, dalam hati Abel ingin sekali minta maaf pada cowok itu. Dia yang memulai maka dari itu dia pula yang harus mengakhirinya, tetapi.. Abel tidak memiliki daya upaya untuk mengungkapkannya.
Pada akhirnya mereka akan seperti malam-malam sebelumnya—berjalan saling berjauhan dan berakhir di kamar mereka masing-masing.
Di kamar, Abel sebisa mungkin untuk fokus pada kameranya. Sudah lebih dari sebulan dia hiatus dari dunia yang sudah ia geluti sejak awal masuk SMA itu. Berkali-kali dia harus take ulang video yang dibuatnya.
"Fokus Bel..! Fokus! Ayo sekali lagi, bismillah.. bismillah..!" Seru Abel berusaha untuk menyemangati dirinya sendiri—walau dalam hati gadis itu sendiri ragu.
Rasanya Abel ingin menangis saja, sudah hampir tiga puluh kali dia mengulang video yang sama, namun hasilnya tetaaap saja terlihat ada yang cacat.
Abel mengusap wajahnya dengan gusar. Sebenarnya bisa saja dia lakukan esok hari membuat videonya, tetapi tumpukan barang-barang yang harus ia endorse sudah menggunung.
"Allah.. karma nih gue berantem sama suami," gumamnya dengan nada penuh frustrasi. Abel duduk bersila di lantai, matanya menatap ke arah jendela kamar yang belum ia tutup.
Angin masuk ke dalam kamarnya memberikan sensasi menusuk di kulit Abel. Pikirannya menerawang jauh ke beberapa hari yang lalu. Perlahan tapi pasti buliran bening itu meluncur dari pelupuk matanya.
"Shit! Kok nangis, sih?" Gerutunya sambil mengusap air mata itu dengan kasar. Bukannya berhenti, lelehan kristal itu semakin deras mengalir. Napasnya mulai tak beraturan menyebabkan dirinya sesenggukan.
"Allah.. Abel jahat banget, ya?" Gumamnya. Abel menyandarkan tubuhnya ke dinding. Dingin. Sama seperti hubungannya dengan Aga yang makin lama makin terlihat asing.
Abel sekarang percaya kepada siapapun yang berkata kalau penyesalan datangnya belakangan, karena kalau di awal namanya pendaftaran. Dan sekarang Abel membuktikannya. Rasa penyesalan itu hinggap memenuhi seluruh jiwanya.
Seharusnya dulu dia dia tidak boleh seperti itu ke Aga, bagaimanapun juga cowok itu adalah suaminya. Seharusnya dulu dia tidak gegabah dalam memikirkan sesuatu. Aga benar. Dia egois, dia naif. Aga benar. Abel sudah membuktikannya. Lihat! Dia yang dulu mengatakan kalau Aga naif dan egois, ternyata dirinyalah yang naif dan egois.
Sekarang semuanya sudah rusak. Hancur lebur, dan pasti sangat sulit untuk diperbaiki—mungkin malah mustahil untuk diperbaiki.
"Bel, gue nggak tau masalah Lo apa, dan kalopun gue tanya gue pikir apa nggak terlalu kepo gue, ya? Muka Lo suraaam terus, Lo keliatannya tuh lesu terus gitu loh. But Bel, sebagai temen gue cuma bisa ngasih lo semangat buat ngejalanin semuanya. Tapi Beeell... Kalo Lo butuh temen curhat atau apaaa gitu, gue siap dengerin semua cerita Lo. Gue bukan sok tau, tapi gue liat Lo lagi di situasi sulit, ya? Tenang Bel, Allah bilang gini kok, 'karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan,' makanya Lo nggak boleh putus asa, Bel. Kudu semangat terus pokoke mah, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BETWEEN
RomancePERINGATAN!! MEMBACA CERITA INI AKAN MEMBUAT KALIAN TAU APA ITU ✨𝓚𝓮𝓼𝓪𝓫𝓪𝓻𝓪𝓷✨ Abel pikir hidupnya akan baik-baik saja ketika orang tuanya pergi ke London. Ia pikir jika dirinya tinggal sendirian dirinya akan bebas dari tuntutan orang tuanya. ...