10. Bersama

62 39 5
                                    

     "Pegangan Bel, gue gak mau ntar di jalan Lo jatuh ngglundung-ngglundung. Kasian gue yang nanggung malunya," ujar Aga saat dirasa Abel sudah naik keboncengannya.

Abel dengan gemas menoyor kepala Aga yang sudah dipakaikan helm.

"Begonya natural banget sumpah," sahut Abel ketus sembari menerima uluran helm dari Aga. Tapi walau begitu tangannya patuh berpegangan pada Aga. Walau cuma pegang tasnya doang sih.

"Udah belom? Lama."

"Udah."

"Turun dong."

"Dih meuni garing pisan eta mah. Udah si jalan cepet." Abel mendorong-dorong pundak Aga dengan bar-bar, membuat cowok itu hampir saja terdorong menabrak tangki bensin, kalau saja dia tidak menahannya dengan kuat.

"Cepetan jalan Aga! Tuh liat orang-orang pada liatin kita kepo," perintah Abel.

"Iya ini juga mau jalan."

Setelah itu Aga melajukan motornya keluar gerbang sekolah, meninggalkan banyak pasang mata yang menatap mereka penuh keingintahuan.

Aga tak hiraukan mereka yang kepo tentangnya dan Abel. Bagaimanapun juga kedekatan mereka berdua akhir-akhir ini pasti mencuri perhatian banyak orang, terutama bagi mereka yang tahu kalau sebelumnya Aga dan Abel tidak pernah dekat.

Ya walau kedekatan itu termasuk saling memaki satu sama lain, berdebat unfaedah, atau Abel yang mencak-mencak gara-gara Aga yang selalu menjahilinya.

Jika kalian mengira kedekatan yang dimaksud adalah saling berpegangan tangan, tertawa bersama, saling lempar tatapan penuh binar, or something like that.

Hohoho kamu belum beruntung, sayang. Sayangnya itu hanya halu semata Markonah!

Berbeda dengan Aga, Abel malah ingin sekali menutup mata semua orang menatapnya dan Aga kepo. Bukan mencolok, hanya ingin menutup mata mereka. Abel tak seberani itu kawan-kawan.

Abel terkesiap, tiba-tiba saja Aga dengan kurang ajarnya menambah kecepatan motornya. Hampir saja Abel terjengkang kalau dia tidak cepat-cepat memeluk pinggang Aga. Lalu dia dengan beringas memukul helm Aga kencang dengan tangan kanannya.

Menatap Aga garang, Abel berseru, "WOY SYAITON!! LO KALO MO MATI SENDIRI AJA BEGO, JANGAN NGAJAK GUE! HAMPIR AJA GUE KEJENGKANG WOY!!"

Aga tertawa puas, matanya mengerling genit menatap Abel lewat spion motornya. "Sorry Bel kelepasan, hehe," sahutnya dengan wajah tanpa dosa.

Sekali lagi Abel menoyor kepala Aga yang tertutupi helm. "Yee dasar Lo! Cari kesempatan dalam kesempitan," serunya ketus.

Aga terkekeh geli mendengarnya. "Eh ini tangan satunya pengen nempel di sini terus, Bel? Oh oke gapapa Bel, ikhlas Aa," kelakar Aga. Abel yang peka langsung saja melepaskan pelukan tidak sengajanya itu. Tapi langsung ditahan oleh Aga. Dan tangan kanannya Aga tarik hingga kedua tangan Abel kini melingkupi pinggang cowok itu.

"Udah sih biarin aja," ucap Aga. Abel diam saja setelahnya.

Kenapa mendadak jadi begini sih? Mendadak suasana menjadi canggung entah kenapa. Bodohnya Abel nurut-nurut saja dengan apa yang dikatakan Aga.

Aga pun sama-sama diam, cowok itu fokus mengendarai motornya. Saat hendak melewati minimarket, Aga memelankan laju motornya.

"Bel."

"Hem?"

"Gue mau beli minum dulu, itu ada minimarket, Lo mau nitip apa ikut?"

"Ikuuut.. kebetulan kayaknya kebutuhan di rumah udah mau abis."

IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang