14. Jalan-jalan

34 26 2
                                    

     "Lo serius mau tampil, Bel?"

Abel menghela napas entah untuk ke berapa kalinya. Dia menoleh pada Aga yang tengah duduk di depan tv.

"Yaiyalah Agaaa..! Kenapa si?"

Aga yang tengah menonton tv tampak berpikir, lalu menoleh menatap Abel yang tengah menata makan malam di meja makan.

"Emang Lo mau tampil apa? Kayak cukup aja waktunya?" Tanya Aga.

"Paling gue nari, Ga. Apalagi coba? Lagian ya kalo tadi gue nggak ngomong, pasti ini sekelas berantem semua. Aishh si Ojan juga kayak cewek pms aja deh," tutur Abel.

Gadis yang tengah sibuk bolak-balik dari dapur-meja makan itu tampak begitu menggemaskan dengan rambut yang dicepol tinggi-tinggi dan jumpsuit selutut warna mocca.

"Lo mau kemana? Kok rapi begitu?" Tanya Aga lagi.

Abel menoleh menatap Aga, dia menghela napas lagi. Aga ini.. kenapa kepo sekali sih?!

Aishh jinjja!

"Abis makan, gue rencananya mau nyari baju buat pensi ntar," sahut Abel malas-malasan.

Tapi selanjutnya wajah gadis itu tampak berbinar. "Tapi Ga, ntar Lo anterin gue ya, Ga? Pliiiiiisss..." ujar Abel dengan menampakkan puppy eyes nya.

Ditatap seperti itu, Aga jadi salting sendiri. Sedetik kemudian cowok itu kembali menatap ke depan melihat sinetron Azab, yang makin hari makin aneh tanpa sebab.

"Ya-yaudah hayukk. Makan dulu tapi," katanya dengan terbata.

Abel bersorak senang. "Yaudah makan dulu Ga, abis itu baru deh pergi."

Kemudian mereka makan dengan keadaan hening, hanya suara dentingan sendok dengan piring yang terdengar.

Cukup canggung bagi mereka berdua untuk membuka percakapan, bahkan saat makan malam selesai pun belum ada yang berniat membuka suara.

"Bel," panggil Aga memecah keheningan.

Abel yang kini sedang mencuci piring di wastafel, bergumam untuk merespon panggilan Aga.

"Bel!" Panggil Aga dengan suaranya yang ia keraskan sedikit.

"Apaa.."

"Gue.. siapanya Lo, Bel?"

Abel menghentikan kegiatannya sejenak, "hah? Paan si gajelas," sahutnya tak acuh. Lalu melanjutkan kegiatannya lagi.

Aga menghembuskan napasnya kasar. Abel ini.. tinggal jawab saja apa susahnya sih? Kan dirinya mau diakui sebagai suami oleh Abel. Karena, sudah hampir menginjak dua bulan setengah usia pernikahan mereka, Aga belum pernah mendengar Abel menyebutnya 'suami' secara jelas, gamblang, dan penuh niat.

Kejjam sekali memang!!

Ya.. walaupun dirinya juga belum pernah secara jelas, gamblang, dan penuh niat menyebut Abel 'istri' sih. Tapi kan setidaknya pernah mengakui. Ya entah kapan itu waktunya, Aga lupa.

"Tinggal jawab elaaahh," desak Aga. Cowok itu kemudian berjalan mendekati Abel, lalu merangkul bahu gadis itu.

"Ishh Ga! Lepasin ihh.. gue lagi nyuci nih," ucap Abel dengan kesal.

Aga memutar bola matanya malas, bukannya melepaskan cowok itu malah semakin mengeratkan rangkulannya.

"Astaghfirullah Aga! Mati gue Ga.. mati! Sesek woy!" Seru Abel sembari memukul-mukul lengan Aga yang masih bertengger manis di bahunya. Benar-benar akhlakless manusia satu ini.

IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang