15. Sagara

40 26 3
                                    

Memasuki rumah, Aga disambut oleh Abel yang kini tengah memasak di dapur. Saat ini memang sudah masuk waktu makan siang. Gadis itu tampak kerepotan bolak-balik dari dapur ke meja makan, bau harum yang menyeruak ke Indra penciumannya membuat Aga lantas menghampiri Abel. Duduk di meja pantry seraya memperhatikan kegiatan gadis itu.

"Butuh bantuan?" Tawarnya.

Abel tampak terkejut lalu menoleh ke arahnya, dia mendesis kesal, "masuk rumah bukannya salam, malah nanya."

"Tadi udah, tapi Lo nya nggak denger," kilah Aga. Dia tidak bohong, tadi Aga memang sempat mengucapkan salam, tapi entah karena suaranya yang pelan atau mungkin Abel yang tidak dengar.

"Apaan? Orang gue nggak denger apa-apa kok," balas Abel.

"Kan! Lo tuh."

"Helleh!! Emang Lo ngucapnya di mana?" Tanya Abel kemudian tanpa melihat ke arah Aga, karena dia masih sibuk dengan kegiatan memasaknya.

Aga memperhatikan Abel lekat-lekat, gadis itu memakai kaos berwarna hijau army dan boxer setengah paha berwarna putih, membuat Abel tampak seperti anak kecil di mata Aga.

"Tadi waktu di gerbang."

Abel berbalik dengan tangan masih memegang spatula, wajahnya tampak kesal menatap Aga dengan dahi berkerut dan bibir yang mencebik penuh kekesalan, "kan!! Ya kalo gitu mah mana gue denger, Sagaraaaaa," sungut Abel.

Aga terkekeh, cowok itu lantas turun dan berjalan keluar dapur. Dia perlu mandi untuk membersihkan dirinya.

"Habis mandi ke sini, makan!" Seru Abel.

Aga tidak menatap Abel, cowok itu tetap berlalu sembari berkata, "iya sayaang..!"

Abel membelalakkan matanya lalu dengan cepat menoleh ke Aga yang sudah masuk ke kamarnya. "AGA ISTIGHFAR! ASTAGHFIRULLAH," seru Abel dengan semburat merah sudah menyebar di area wajahnya.

Sedetik kemudian terdengar suara tawa yang meledak dari kamar cowok itu.

Abel mengelus dadanya sabar, kelakuan cowok berstatus suaminya itu memang sedikit minus. Dia kan cewek, kalau nanti baper gimana? Seenaknya saja panggil "sayang-sayang".

Haishh.. dasar cewek! Dipanggil sayang dikit langsung baper.

Abel memindahkan ayam kecap tersebut yang berada di wajan ke dalam mangkuk ukuran sedang.

Siang ini dirinya hanya memasak ayam kecap dan tumis kangkung, dia malas repot kalau harus masak banyak-banyak, toh yang makannya saja dua orang, sayang kalau nanti harus ada yang terbuang.

Selepas itu Abel membawa mangkuk tersebut dan piring-piring untuk diletakkan di meja makan. Gadis itu dengan telaten menyiapkan makan siang agar kalau Aga sudah selesai mandi cowok itu tak perlu menunggu.

Setelah semua siap Abel berjalan menuju kamar Aga. Mengetuk pelan pintu berwarna hitam itu, namun belum ada sahutan apapun dari dalam. "Gaa.. makan siang udah siap nih!" Serunya, tapi tetap tak ada balasan dari dalam kamar.

Belajar dari kesalahan, Abel membiarkan saja cowok itu di dalam, tidak seperti dulu—menerobos masuk hingga berakhir dengan mukanya yang merah karena godaan cowok itu.

Abel tidak berpikir macam-macam, setelah beberapa bulan hidup bersama Abel jadi tahu kalau Aga adalah tipe cowok yang kalau mandi itu lama—Tapi masih kalah lama sama Abel. Entah apa yang dilakukan cowok itu di dalam hingga memakan waktu yang kalau sedang nonton Azab itu sudah masuk ke bagian si istri pertama tahu kalau suaminya selingkuh.

Ceklek

Akhirnya setelah sekian puluh kode untuk doi, Aga keluar juga dari tempat semedinya. Cowok itu menggunakan celana pendek di atas lutut berwarna hitam, dengan kaos oblong berwarna putih. Rambutnya yang masih basah dengan beberapa tetesan air yang jatuh ke bawah sukses membuat Abel gemas untuk mengeringkannya.

IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang