12. Rasa Bersalah

58 37 3
                                    

     Abel memasukkan semua buku-bukunya dengan bar-bar ke dalam tas, lalu bergegas menuju toilet sembari membawa paper bag yang berisikan baju olahraga.

Abel menggeram pelan saat teringat ponselnya ia tinggalkan begitu saja di atas mejanya. Dengan amat berat hati Abel balik lagi ke kelas. Kemudian Abel kembali berlari menuju toilet yang ia pastikan sudah ramai oleh teman-temannya.

Sialan memang teman-temannya itu, terlebih lagi si Azkampret. Bisa-bisanya mereka pergi duluan tanpa mengajaknya, mana jam olahraga 5 menit lagi dimulai. Sudah bisa dipastikan kalau nanti dirinya pasti terlambat.

Abel memasuki toilet dengan napas ngos-ngosan, jarak antar kelasnya dan toilet memang tidak jauh, tapi dia harus melewati anak tangga, yang kalau ditempuh dengan berlari membuat napasnya terasa sesak.

"Sialan Lo pada ya, nggak ngajak-ngajak kalo mau ganti," sembur Abel. Gadis itu mulai melucuti seragamnya satu persatu.

Dewi yang tengah bersiap ke kelas terkekeh pelan. "Ya maap, gue kira kan Lo masih sibuk nyatet tadi," ujarnya.

"Hem iya-iya. Lah si Azka mana? Kok nggak bareng Lo, Wi?"

"Dah ngibrit ke kantin. Gue duluan ya Bel." Lalu Dewi dan beberapa temannya yang lain keluar dari toilet. Kini Abel jadi sendirian.

Abel mempercepat mengganti pakaiannya. Dia tidak seberani itu untuk sendirian di toilet sekolah, mana toilet yang ini, itu letaknya di pojok belakang lagi. Dia jadi sedikit panik.

"Gada akhlak emang temen gue," gumamnya.

Abel semakin panik saat bel masuk berbunyi, menandakan jam olahraga dimulai.

Abel membereskan seragamnya itu lalu memasukkannya ke paper bag. Ia sudah selesai berganti pakaian. Lalu berlari keluar toilet menuju kelas.

Sesampainya di kelas, Abel melempar asal paper bag tadi lalu bergabung dengan teman-temannya di lapangan.

***

Aga meneguk hingga tandas air yang ada di dalam botol, sembari mengelap peluh yang membanjiri tubuhnya. Dia membuang botol kosong itu tepat ke tempat sampah.

Di sampingnya, Renan juga melakukan hal yang sama. Mereka baru saja selesai bermain bola, dan saat ini mereka tengah beristirahat di pinggiran lapangan, menjauhi panasnya matahari yang sepertinya sudah se-frekuensi dengan panasnya hati melihat doi gandengan dengan yang lain.

"Oy Ga," panggil Renan memecah keheningan.

Apa bergumam pelan tapi tidak menoleh, cowok itu malah menjatuhkan tubuhnya ke tanah dengan mata terpejam.

"Gue denger-denger Lo pacaran ya sama Abel?"

Aga yang tadinya terpejam, kini matanya terbuka lalu menutup lagi. Dia kaget, siapa gerangan manusia di sekolahnya yang menyebarkan berita itu? Hanya karena dia yang akhir-akhir ini rajin menjahili Abel, dan sekali pulang bareng, orang-orang sudah mengasumsikan bahwa mereka pacaran?! Wahh Aga sepertinya harus bertepuk tangan dengan kecepatan ghibah netizen Cinta Damai, yang melebihi kecepatan jaringan internet di kantor Nasa.

"Kata siapa Lo? Hoax tuh, yakali lah gue sama Abel?" Kilah Aga. Iya dia dan Abel mana mungkin pacaran, tapi sudah suami-istrian, sudah beda level ya mohon maaf, yang jomblo dimohon untuk menyingkir dari jalur.

"Masa si? Gue juga sering liat tuh Lo sama Abel berduaan, tapi yaudah lah bukan urusan gue juga," jawab Renan. Kemudian cowok itu berdiri. "Ngantin, mau ikut gak Lo?"

"Gak, makasih."

Setelah itu Renan pergi menjauhinya, bergabung dengan teman-temannya yang lain menuju kantin.

IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang