19. Jarak Diantara Kita

1.6K 65 8
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

***

Melibatkan orang ketiga pada hubungan cinta memberi luka yang sangat membekas di dalam ingatan, mempengaruhi rasa percaya sehingga selalu membuat curiga.

Diary Sang Bidadari
Rani Septiani

***

Ternyata sembuh dari luka akibat perselingkuhan tidak semudah yang dibayangkan. Karena sekarang aku sedang merasakannya. Setiap waktu aku selalu merasa curiga jika ada gerak gerik Kak Rafka yang tidak seperti biasanya. Jika dulu kepercayaanku pada Kak Rafka 100%, sementara sekarang? Untuk mencapai 50% saja rasanya masih sulit. Apalagi jika terbayang bagaimana senyum licik yang Nia berikan saat aku melabraknya di restoran, hatiku rasanya sangat tercabik-cabik. Aku yang tidak pernah rela berbagai cinta apalagi berbagi suami, dihadapkan pada kenyataan bahwa Kak Rafa pernah selingkuh.

"Rata-rata orang kaya itu istrinya lebih dari satu. Aku pengen banget nikah sama orang kaya. Tapi males banget kalo harus berbagi cinta," ujar Nina.

"Hus. Nggak boleh ngomong gitu. Jangan menganggap semua orang kaya seperti itu, sebut mereka dengan oknum, Nin." Nahla mengingatkan.

"Ih Nahla, beneran loh ini. Di sekitar rumah aku kan banyak tuh rumah mewah, ternyata ya suaminya itu pada punya istri lagi. Padahal kan kurang apa ya istrinya? Istri cantik, bahkan ada yang udah punya anak. Anaknya aja lucu-lucu banget. Semoga ada deh cowok kaya yang setia buat aku."

Nahla teringat perkataan temannya semasa kuliah dulu. Apa benar semua orang kaya memiliki istri lebih dari satu? Nahla mengusap wajahnya.

"Inget, Nahla. Kamu nggak boleh menyamaratakan semua orang seperti ini, seperti itu. Lagian banyak juga kan orang kaya yang setia sama satu istri? Teman Ayah dan Bunda banyak juga yang dari kalangan orang kaya, hidup mereka harmonis dengan satu istri." Nahla berkata pada diri sendiri. Ya, pernyataan untuk mengusir overthinking yang sedang menyerang pikiran sehingga membuat hatinya tidak tenang.

Nahla mengambil hijab syar'i di dalam lemari, memasang kaos kaki, mengambil dua lembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya lalu menuruni anak tangga satu per satu. Setelah sampai di dapur, Nahla membuka kulkas.

"Pengen makan sop ayam tapi sayuran sopnya habis. Mang Udin udah lewat belum ya?"

Saat menutup kulkas, pandangan Nahla malah tertuju pada lemari di samping kulkas. Nahla berjalan menuju lemari itu dan membukanya. Senyuman mengembang di bibir ranumnya. Nahla meraih kotak bekal bergambar barbie serta botol minumnya. Kotak bekal dan botol minum ini Nahla beli di salah satu pusat perbelanjaan setelah megetahui kalau dirinya sedang mengandung anak pertama. Nahla mengusap tempat makan itu, dirinya membayangkan setiap pagi harus menyiapkan sarapan untuk Rafka dan buah hati mereka yang sudah masuk taman kanak-kanak. Namun, kenyataan sedang tidak berpihak pada mimpi indah yang terbayang. Sebab dipaksa bangun pada kenyataan yang menyesakkan. Walaupun kenyataan sedang terasa menyakitkan, pasti ada hikmah dan pelajaran yang bisa didapatkan. Nahla mengusap perut ratanya. Sesak itu kembali menyusup dalam dada.

"Maafkan Bunda, Nak. Karena belum bisa menjagamu dengan baik."

Buru-buru Nahla mengusap air matanya, dirinya sudah berjanji untuk tidak menangis lagi.

"Mang Udin," panggil Nahla saat melihat gerobak sayur yang biasa keliling di komplek rumahnya.

"Eh, Bu Nahla. Mau beli apa?" tanya Mang Udin setelah memarkirkan gerobak sayur di depan pagar rumah Nahla.

"Sayuran buat bikin sop ada Mang?"

"Ada, Bu. Sebentar Mamang buatkan."

Saat Mang Udin sedang membuatkan pesanan Nahla, Ibu-Ibu sekitar rumah Nahla berdatangan. Jam segini, biasanya mereka memang menunggu kedatangan Mang Udin.

"Nahla baru keliatan. Dari mana aja?" tanya seorang Ibu-Ibu.

"Ada di rumah, Bu."

"Oh iya, Rafka tiga hari kemarin ada di rumah ya? Soalnya Ibu nggak liat mobilnya berangkat kerja atau pulang kerja."

"Iya, Bu. Kak Rafka ngambil cuti tiga hari."

"Kenapa? Sakit?" tanya Ibu-Ibu yang lain.

"Nggak sakit, Bu."

"Ibu-Ibu ini kayak nggak paham aja. Namanya masih baru nikah. Mau ada quality time atuh. Iya kan Nahla?" sahut tetangga baru yang juga masih baru menikah.

Nahla tersenyum untuk menanggapi. "Iya, Kak Rafka akhir-akhir ini sibuk kerja jadinya ngambil cuti buat istirahat dulu." Nahla menjelaskan.

"Gimana udah isi?" celetuk salah seorang yang sedang membeli sayur juga.

Nahla tersenyum dan menggeleng. "Belum, Bu."

"Ini Dewi yang baru nikah udah isi. Masa kamu belum? Udah periksa ke dokter?" sahut yang lain membuat Nahla merasa risih karena diberi pertanyaan seperti itu. Tampak Ibu RT langsung menyenggol lengan Ibu-Ibu yang bertanya tadi.

"Insyaa Allah, nanti kalo udah waktunya, Bu." Nahla mencoba memberi tanggapan dengan tenang.

"Eh Ibu-Ibu tau gak? Itu suaminya Bu Dita nikah lagi karena ketahuan selingkuh terus Bu Dita marah besar ternyata pas diselidiki udah nikah siri suaminya." Ibu-Ibu yang tadi lengannya disenggol Ibu RT memberi tahu gosip terhangat.

"Bu Dita yang mana?" tanya Ibu-Ibu berdaster ungu.

"Itu yang di jalur ini juga rumahnya tapi paling ujung."

"Kurang apa ya, Bu Dita? Padahal cantik banget orangnya. Tiap bulan rutin perawatan, pinter nyari uang karena pengusaha berlian." Ibu-Ibu memberi tanggapan untuk gosip hangat.

"Sudah ya Ibu-Ibu. Nanti kalo didengar yang lain takut jadi fitnah. Kita kan gak tau apa yang terjadi di rumah tangga mereka. Lebih baik kita doakan yang terbaik untuk mereka," Ibu RT berusaha mengingatkan dengan pembawaan yang tenang sehingga memberi kesan berwibawa.

"Ini Bu Nahla sayuran sopnya. Ada lagi, Bu?" tanya Mang Udin berhasil mengembalikan kesadaran Nahla yang sempat bergelut dengan kata 'peselingkuhan' di dalam benaknya.

"Sekalian timun sama jagungnya, Mang," sahut Nahla. "Mari Ibu-Ibu, saya duluan. Assalamualaikum." Nahla pamit setelah membayar belanjaannya.

"Waalaikumussalam." Ibu-Ibu menjawab serentak.

"Nahla jaga penampilan loh, awas nanti Rafka direbut pelakor." Orang yang membawa gosip tadi memberi peringatan pada Nahla membuat hati Nahla tersentil. Nahla hanya tersenyum dan menganggukkan kepala lalu pergi.

***

Assalamualaikum
Yang kangen rani mana nih suaranya? Hehehe. Kalo yang kangen cerita Diary Sang Bidadari mana nih suaranya? Masih semangat menemani saya untuk menuntaskan cerita ini? 😍
Semangat pasti yaa. Terima kasih yaa sudah setia menunggu saya update cerita ini. Kalian gimana kabarnya? 😍❤

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share something from this story.

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama dan shalat tepat waktu yaa.

Diary Sang BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang