24. Suasana Impian

91 4 0
                                    

Saling menjaga, semoga selalu terjaga. Sebab sejak awal kita menginginkan sehidup sesurga.

Diary Sang Bidadari
Karya Rani Septiani

***

Setelah lima hari berada di rumah sakit, Nahla, Rafka, dan bayi mereka pulang ke rumah. Kedatangan mereka disambut hangat dan meriah oleh keluarga Rafka dan Nahla. Semuanya sangat antusias ingin menggendong dan mengajak Fajri berfoto serta mengajak berbicara. Wajahnya sama persis dengan Nahla, tetapi mata dan hidungnya sama seperti Rafka. Pasha sangat senang, tidak berhenti bertanya kapan Fajri bisa berjalan karena ingin mengajak bermain bola dan jogging.

"Nanti kalo adek bayi udah besar, aku berangkat ke masjidnya berdua deh. Terus aku ajak main bola. Ngaji bareng. Nanti aku bakal jagain adek, sama kayak Ayah dan Bunda jagain aku." Mata berbinar, bibir tersenyum dan terus menatap Fajri.

***

Nahla yang sedang duduk sembari melipat baju tersenyum melihat pemandangan yang dulu sangat diimpikan dan dinantikan. Di sana, di ruang keluarga. Rafka sedang menggendong Fajri, sementara Pasha sedang duduk sambil memangku toples berisi cemilan. Pasha sangat antusias bercerita seperti apa kegiatannya di sekolah hari ini, tentu Rafka juga antusias menanggapi ucapan anak pertamanya itu.

"Kak ... rasa sakit itu telah selesai aku rasakan. Kepercayaan yang sempat hancur, sudah kembali utuh. Aku percaya kamu pasti berubah. Semoga pernikahan kita selalu terjaga." Nahla mengucap dengan sangat pelan, bahkan hanya dirinya yang bisa mendengar ucapan itu.

"Belum selesai sayang?" tanya Rafka setelah menaruh Fajri di kasur bayi karena sudah tertidur dan Pasha sedang menemani adiknya.

"Astaghfirullah. Kaget aku, Kak. Tinggal sedikit kok, bentar lagi selesai. Kenapa Kak?"

"Kakak bantu ya?" tanya Rafka sembari duduk bersila di depan Nahla.

"Ihh nggak usah. Istirahat aja, besok ke kantor kan? Nanti ngantuk loh."

Namun, Rafka tetap membantu Nahla. Mereka berbincang bagaimana pertumbuhan Fajri dan Pasha, termasuk rencana pendidikan keduanya nanti.

"Kakak sebenernya pengen nanti Fajri bisa masuk pesantren, biar bekal ilmu agamanya kuat untuk menjalani kehidupan ini sayang. Gimana menurut kamu? Kakak udah cari informasi beberapa pesantren di pulau Jawa."

"Hmm. Aku setuju Kak kalo mau dimasukkan ke pesantren. Tapi boleh nanti aja kalo mau masuk SMP, Kak? Kayaknya aku belum rela buat pisah sama Fajri kalo dia harus masuk pesantren pas masuk SD. Pasha juga pasti bakal kehilangan banget."

"Iyaa nggak papa pas masuk SMP sayang."

Cita-cita Rafka dan Nahla sama, yaitu ingin memiliki anak seorang hafidz Al-Qur'an. Mereka ingin ilmu agama yang dimiliki anaknya baik sehingga mereka bisa memiliki arah dalam menjalani kehidupan ini.

***

Bagi Nahla, menjadi seorang Ibu memang tidak mudah, tetapi pasti bisa walau terkadang terasa lelah saat harus bangun di malam hari memberi ASI. Namun, Nahla sangat bahagia menjalankan perannya sebagai seorang Ibu, bahkan Nahla tidak pernah mengeluh selelah apapun dirinya. Nahla juga sadar, pasti momen ini akan Nahla rindukan saat anak-anaknya sudah tumbuh besar nanti.

Rafka juga selalu membantu Nahla mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai, mencuci baju, bahkan memasak. Tetapi jika pekerjaan kantor sudah terlalu membuatnya lelah, sesekali Rafka tidak membantu Nahla. Tanggapan Nahla? Dia memaklumi, karena merasa kasihan juga dengan Rafka.

***

Hari demi hari berganti bulan dan tahun, tanpa terasa kini Fajri sudah masuk kelas 1 SD dan Pasha kelas 4 SD. Pertengkaran dalam rumah tangga memang selalu ada, tetapi mereka bisa mengatasinya dengan baik.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 22.00, tetapi Rafka masih betah berdiam diri di ruang kerja. Nahla yang sempat terlelap pun memutuskan untuk bangun dari kasur dan mencari Rafka.

Tok tok

"Kak?"

"Eh iya sayang." Rafka menutup laptopnya dan melambaikan tangan menyuruh agar Nahla masuk ke ruang kerjanya.

"Kak ... Nahla perhatiin, akhir-akhir ini Kakak lebih sering ngelamun. Abis pulang kantor lebih banyak ngabisin waktu di ruang kerja. Lagi ada masalah di kantor?" tanya Nahla hati-hati saat sampai di samping meja kerja Rafka.

Rafka menarik napas, terdiam sepersekian detik lalu menoleh dan memegang tangan Nahla.

"Nggak ada apa-apa sayang. Kerjaan kantor emang lagi banyak aja, tapi aman Kakak bisa ngatasinnya."

Nahla menganggukkan kepala. "Kalo ada apa-apa cerita ya Kak sama Nahla. Siapa tau Nahla bisa bantu mikirin."

"Siap sayang. Oh iya, keperluan dapur, anak-anak, sama keperluan kamu ada yang habis atau kurang? Uang belanja masih ada?"

"Stok makanan aja udah mulai habis di kulkas Kak. Kalo keperluan aku sama anak-anak masih ada. Uang belanja masih setengahnya lagi." Nahla menjelaskan sambil mengingat segala kebutuhan.

"Nanti Kakak transfer lagi ya uang belanja. Maaf Kakak belum bisa nemenin belanja bulanan. Lagi lumayan sibuk banget di kantor. Ajak anak-anak aja biar sekalian jalan-jalan ke mall. Oh iya sayang ... kalo liburan kali ini, kita nggak pergi liburan nggak papa? Soalnya Kakak belum bisa ninggalin kerjaan kantor yang lagi banyak kayak gini." Rafka menjelaskan dengan nada suara agak ragu mengenai liburan.

"Nggak papa dong Kak. Aku kaget kirain mau ngomongin apa. Lagian kan tiap liburan sekolah anak-anak kita selalu jalan ke luar daerah sama terakhir kemarin dari Malaysia. Aku yakin anak-anak juga bisa maklum. Nanti bisa aku ajak mereka ke mall atau ke mana gitu biar mereka seneng." Nahla mengusap pundak Rafka. Rafka mengangkat kepalanya untuk menatap Nahla, lalu Rafka tersenyum.

Pasti kerjaan Kakak lagi berat banget ya? Saat tersenyum aja, senyum yang terlihat berat. Bahkan sorot mata Kak Rafka nggak pernah bisa bohong kalau lagi banyak yang dipikirkan. Apapun itu, semoga selalu diberikan kemudahan dan solusi terbaik ya, Kak. Batin Nahla berucap saat melihat senyum dan sorot mata Rafka.

Bibir Rafka memang membentuk sebuah senyuman, tetapi matanya menyiratkan sebuah kegelisahan. Gerak-geriknya tidak setenang biasanya. Bahkan napasnya pun memburu seperti ada yang membuat lelah fisik, hati dan pikiran.

***

Kalimantan Timur, 26 Maret 2024
Rani Septiani

***

Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share something from this story. Udah follow TikTok rani rani.septianii dan raniyangpenulisya ?

Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama dan shalat tepat waktu yaa. Selamat menunaikan ibadah puasa 🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Sang BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang