بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Menikah bukan menuntut kesempurnaan dari pasangan. Tapi berusaha untuk selalu melengkapi kekurangan dan memberikan yang terbaik.
Diary Sang Bidadari
Rani Septiani***
Aku menatap benda pipih di atas nakas yang berbunyi menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Aku yang sedang menutup gorden pada jendela pun segera menghampiri nakas. Perasaanku sedikit cemas karena Kak Rafka tidak ada kabar, terakhir saat video call tadi siang untuk memberi ucapan ulang tahun.
Kak Rafka
Assalamualaikum, bidadari. Maaf, Kakak baru sempat pegang hp karena dari tadi banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Malam ini Kakak pulang telat ya. Mungkin jam 9 malam Kakak baru sampai rumah karena harus lembur di kantor dengan beberapa staff untuk menyelesaikan proyek besar, pembangunan perumahan elit di luar Jakarta.Aku menghela napas lega dan melantunkan rasa syukur karena Kak Rafka baik-baik saja. Pasalnya Kak Rafka selalu sampai rumah pukul 5 sore. Dan ini sudah pukul 6. Bagaimana aku tidak khawatir. Aku juga belum memiliki nomor sekretaris Kak Rafka, jadi saat ponsel Kak Rafka tidak aktif. Aku bingung harus menghubungi siapa.
Nahla
Iyaa nggak papa, Kak. Semangat kerjanya. Semoga lelahnya menjadi lillah. Aamiin. Jangan lupa shalat tepat waktu dan makan ya Kak. 😊Tidak ada balasan dan pesanku juga tidak dibaca. Pasti Kak Rafka sibuk sekali. Kalau sudah begini, aku jadi mengkhawatirkannya. Apakah dia sudah makan? Atau aku antar saja makanan ke kantornya? Tapi aku takut mengganggu waktu Kak Rafka. Suatu keadaan yang membuatku serba salah.
Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon ibu mertuaku. Daripada aku kebingungan di sini. Dan benar saja, tadi ibu mertuaku mengatakan kalau Kak Rafka tidak perlu diantar makanan karena pasti dia akan makan bersama dengan staff yang lembur. Kak Rafka selalu begitu ketika lembur, dia tidak ingin karyawannya menahan lapar. Entah sudah seberapa besar rasa kagum untuk suamiku itu.
Aku duduk di ruang keluarga, beberapa saat bermain ponsel untuk berselancar di media sosial. Karena bosan, aku mengambil remot yang ada di dekat televisi. Kenapa rasa bosan itu mulai hinggap ya dalam hatiku? Setiap hari aku mengerjakan hal yang sama. Dimulai dari shalat tahajud, shalat subuh, dzikir pagi, mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, mencuci pakaian, menjemur, shalat dzuhur, tidur siang, shalat ashar, masak makan malam, shalat maghrib, mengaji hingga waktu Isya, shalat isya. Aku salut dengan mereka yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga tanpa bekerja di luar rumah. Bagaimana mereka menyikapi rasa bosan ini ya?
"Astaghfirullah." Aku terlonjak kaget sampai remot yang aku genggam terjatuh.
Aku mengerjapkan mata beberapa kali, menolah dan mendapati Kak Rafka terkekeh. Aku tersenyum dan mencium punggung tangannya.
"Kakak ketok pintu beberapa kali nggak dibukain. Jadi Kakak langsung masuk aja pakai kunci cadangan," jelas Kak Rafka seperti tahu akan kebingunganku.
"Maaf banget ya, Kak. Aku nggak tahu." Aku hanya nyengir saja.
"Bidadari saya kenapa ngelamun? Ada yang lagi dipikirin?" tanya Kak Rafka khawatir sembari memegang pipi kananku.
Aku menggeleng dan tersenyum. Tidak tega menceritakan pada Kak Rafka karena dari sorot matanya, ia begitu lelah hari ini.
"Namanya orang hidup pasti ada yang dipikirin, Kak. Hehe. Kakak sudah makan belum? Atau mau langsung mandi?"
"Tadi udah makan, tapi aroma masakan kamu tercium sampai sini. Kakak jadi laper lagi. Kakak mau mandi dulu nanti makan. Kamu udah makan?" tanya Kak Rafka sembari melepas jas hitamnya.
Aku menggeleng karena sengaja ingin makan malam bersama Kak Rafka. Melihat aku menggelengkan kepala, Kak Rafka menghentikan langkahnya.
Dia menarik napas, seolah ada rasa bersalah. "Maaf ya karena Kakak lembur, kamu jadi telat makan malam. Lain kali kalau Kakak bilang ada lembur, kamu makan aja duluan."
Aku tersenyum, "Kakak jangan minta maaf. Kan Nahla yang pengen nungguin Kakak. Ini bukan salah Kakak. Kakak udah shalat isya?"
"Iyaa sudah tadi di kantor."
Kak Rafka mengambil alih tas yang aku pegang. "Kamu tunggu aja di sini. Kasian turun naik tangga. Nanti Kakak langsung ke dapur kalo udah selesai mandi."
Aku hanya mengangguk dan menatap punggung Kak Rafka yang mulai menjauh. Ini perasaanku saja atau memang ada hal yang sedang Kak Rafka pikirkan ya?
Tidak ingin suudzon, akhirnya aku menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.
Di meja makan pun terasa begitu dingin. Kami sibuk dengan makanan masing-masing. Atau lebih tepatnya sibuk dengan pemikiran masing-masing? Sesekali aku melirik Kak Rafka. Dia begitu tenang dengan makanannya. Tapi tidak dengan sikapnya. Apa ada masalah di kantor?
"Kak aku boleh tanya alasan Kakak ngasih aku buku diari? Padahal Kakak tahu kalo aku memang nggak pernah nulis di buku diari." Aku mencoba mencairkan suasana saat teringat bahwa menikah bukan menuntut kesempurnaan dari pasangan. Tapi berusaha untuk selalu melengkapi dan memberikan yang terbaik.
Kak Rafka tersenyum, "Pernikahan itu adalah perjalanan panjang. Dan, saat kita sudah menikah pun, kita masih harus belajar banyak hal. Karena semua ilmu yang kita dapatkan tentang pernikahan akan kita praktikkan dalam pernikahan ini. Mungkin ada hal yang ingin kamu sampaikan ke Kakak tapi kamu nggak berani bilang, atau saat kamu mau bilang lupa. Kamu bisa tulis semua itu di buku diari. Begitupun dengan Kakak. Jadi nanti yang mengisi buku diari itu kita berdua. Semacam saling membalas surat tapi lewat buku diari. Misal kamu mau nulis pesan seperti ini di buku diari, Kak Rafka setiap hari makin ganteng deh. Nanti Kakak balas pesan dari kamu di diari itu juga, iya Kakak emang ganteng."
Aku menutup mulut dan tertawa, benar-benar Kak Rafka ini. Iyaa aku tahu dia tampan. Tapi haruskah aku menulis pesan seperti itu di buku diari. Aku rasa tidak, karena aku malu untuk mengatakannya.
***
Assalamualaikum. Ada yang kangen saya nggak? Maksud saya kangen sama cerita ini. 😆
Mohon maaf ya teman-teman karena saya baru bisa update cerita ini dikarenakan perkuliahan yang mulai sibuk hehe. Mohon do'anya ya semoga ilmu yang saya dapatkan bisa bermanfaat. Aamiin.
Semoga semua aktivitas teman-teman diberi kemudahan dan kelancaran oleh Allah. Aamiin.
Yang beraktivitas di luar rumah jangan lupa untuk mematuhi protokol kesehatan yaa. 💙
Tag me on instagram @ranisseptt_ if you share something from this story.
Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama. Jangan lupa shalat tepat waktu yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Sang Bidadari
Espiritual[Spiritual - Romance] Update : Setiap Hari Saling mencintai dalam diam lalu disatukan dalam ikatan pernikahan. Tidak dapat dibayangkan bagaimana rasa bahagia yang tercipta. Tapi semua itu sirna dikala suatu hal tak terduga menimpa keluarga kecil yan...