"Dur.. dur.." Mba Elok tergesa-gesa menuju ke arahku.
"Paan sih?" tanyaku kepo.
"Hayfa lagi nangis dibelakang tuh. Lagi teleponan bilang nggak betah" aku mengerutkan dahiku. Aduhhh, inilah kenapa aku itu nggak siap dititipin anak baru. Kalau udah kaya gini suka bingung mau ngapain.
"Kayaknya gara-gara pondok masih sepi kali ya Mba?" tanyaku.
"Nggak tau Elok mah. Ntar sore ijin aja ke lapangan biar dia refreshing."
"Siapa yang ijin?" tanyaku.
"Kamu lah." Hissss!
"Berdua atuh. Masa aku sendirian!"
"Iya deh, Elok temenin nanti"
"Samperin yuk?" ajakku. Aku menaruh tafsir di atas kardus, lalu mengikuti Mba Elok menuju belakang kamar.
"Fa.. mau ke Alfa nggak?" tanyaku tanpa basa-basi. Dia udah selesai telepon, lagi diam meratapi nasib. Hadeuhh beginilah penampakan anak baru. Keliatannya ceria padahal dalam hatinya nggak betah. Karena aku dulu juga gitu.
Hayfa cuman diam, matanya sembab.
"Udah, nanti juga betah. Ke lapangan aja yuk beli jajanan, sekalian ngadem di Alfa beli eskrim?" Ajakku.
"Iya, Elok juga sekalian mau beli capcin ah" Mba Elok menambahi.
"Uangnya masih ada kan?" tanyaku. Hayfa mengangguk.
"Udah, gapapa. Yuk ke kamar, nanti abis ngaji kita ijin buat ke lapangan ntar sore!" Hayfa tetap diam, tapi mengikuti aku dan Mba Elok ke kamar.
Sebenarnya, jangankan santri baru. Santri lawas aja kalau emang lagi nggak betah pasti hawanya uring-uringan nggak jelas. Males ngaji lah, tidur mulu lah, nangis-nangis nggak jelas juga. Hawanya kayak pengen terbang aja pulang ke rumah!
"Mba Elok ngajinya lagi setoran apa deresan?" tanyaku.
"Setoran, Dur. Kata Kang 'Aisyah mumpung belum rame. Lumayan nambah biar cepet selesai" hmm, sama aku juga.
"Ntar malem sema-semaan yuk, Dur. Elok susah kalau nderes sendiri cepet ilang!" aku mengangguk cepat.
"Oke! Sekitar jam 8an yah"
Nah, tips selain mengulang hafalan atau muroja'ah alias deresan salah satunya ya dengan mencari partner untuk sema-semaan. Ini penting banget untuk memastikan bahwa hafalan tidak salah, kali aja ada huruf yang kurang, atau huruf yang mungkin lebih. Karena ayat Al-qur'an suka ada yang mirip-mirip.
Sema-semaan juga sudah menjadi tradisi di pondok hafalan sih. Setiap santri pasti punya partnernya, bahkan ada yang lebih dari satu. Aku type yang tidak bisa sema-semaan secara istiqomah, kecuali partnerku yang memang gencar untuk mengingatkanku. Hahaha!
Tahun ini, aku merasakan hari raya di pesantren. Dengan banyak perasaan yang aku olah sendirian bersama rindu dan kesepiaanku. Sunyinya suasana pesantren kemarin membuatku lebih memikirkan banyak hal. Ternyata, banyak waktu yang telah aku buang percuma untuk hal tidak penting. Sejauh ini, pesantren adalah rumah keduaku. Yang paling terbaik dari pesantren adalah aku banyak sekali belajar kesederhanaan serta pembelajaran yang tidak bisa aku dapatkan dimanapun.
Aku bisa mempelajari banyak sifat manusia yang tidak bisa ditebak, yang sulit untuk dipahami keinginannya, yang bisa berubah dalam sekejap mata, yang mampu meninggalkan saat sedang dibutuhkan, atau yang datang secara tiba-tiba tanpa terduga. Memang, hidup sepenuhnya adalah kemauan serta takdir Allah. Maka dari itu, selama ini yang belum ku pahami adalah rencana-Nya. Yang belum aku terima adalah keadaan yang tidak aku inginkan sebelumnya. Wah, aku merasa seperti duniaku benar-benar aku temukan di pesantren ini. Aku menemukan diriku yang belum pernah aku temui kemarin-kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Santri Jatuh Cinta II (End)
Teen FictionSQUEL KEDUA!! Kalian bisa baca squel pertama biar nggak pusing memahami alur dan tokohnya yah, judulnya sama "Ketika Santri Jatuh Cinta" 🌼🌼🌼 Masih tentang santri, masih tentang banyak masalah yang dialami santri, masih tentang Durotuss Tsaminah y...