Hari ini khataman, aku berlari menuruni anak tangga dengan membawa botol minum ditanganku. Sudah memasuki juzamma, aku harus bergegas karena di Mushola pasti sudah banyak orang desa dan juga keluarga ndalem yang hadir.
"Jangan lari Mba Duroh!!" teriak Aqila di belakangku. Aku berhenti di lesehan, menatapnya yang masih berjalan pelan di tangga.
"Ngapain sampe lari-larian sih? Jarak kamar ke Mushola itu kurang dari 2 menit!" katanya setengah kesal menghampiriku. Aku nyengir.
"Bawel kamu yahh" aku mencubit pipinya keras.
"Aww! Aww!" dia mengerang.
"Dih buruan Mba!" 'Isma menampik tanganku.
"Huh! Aqila tuh!"
"Enak aja! Mba Duroh tuh, Aqila kan cuman ngingetin jangan lari-lari nanti jatuh!"
"Kamu tadi nggak bilang gitu?" kataku.
"Belum bilang udah dicubit! Salah siapa?"
"Buruaaannn!!" Naura yang baru sampe malah lebih mencak-mencak dari aku dan Aqila.
"Keburu Nyai dateng!"Kami saling berpandangan kemudian kembali berhamburan menuju Mushola. Malu kalau udah ada Bu Nyai.
Aku memilih duduk di dekat pintu, di bawah papan tadziran. Setiap semaan orang desa selalu datang untuk ikut menyimak hafalan. Biasanya mereka orang sepuh, sebut saja nenek dan pada hari khataman, Bu Nyai akan datang untuk memimpin do'a. Biasanya menantunya juga ada yang ikut datang dan mengisi semaan bersama kami semua.
"Qulhuallahu ahad.." aku ikut membaca 3 surat terakhir. Dengan serangkaian bacaan yang biasa dibaca setelah khatam Al-Qur'an. Ada daftar panjang untuk nama-nama yang dikhususkan dibacakan oleh Bu Nyai. Biasanya orang desa yang sering datang kesini lah yang membawa kertas-kertas itu.
Selagi Bu Nyai berdo'a, aku mulai khusyuk dengan menundukkan kepala.
Ya Allah, aku ingin puasaku diterima meski kadang aku masih sering menggerutu tanpa alasan. Aku mohon kuatkan aku dari segala cobaan ini, aku yakin Engkau menguatkanku dalam segala hal. Aku ingin Engkau memberiku kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani puasa ramadhan di pesantren tahun ini.
Maafkanlah orang-orang yang menyakitiku, dan aku memaafkan mereka agar aku juga bisa mendapatkan kedamaian dalam hatiku sendiri.
Tak terasa, air mata jatuh mengaliri pipiku. Aku segera menghapusnya. Bu Nyai mengakhiri do'anya. Kami semua berdiri.
"Tutup dulu botolnya Mba. Takut ketendang" Naura mengingatkanku, dan aku mengikuti sarannya.
Kami semua berputar untuk bersalaman, kebiasaan yang selalu dilakukan setelah khataman selesai.
Aku duduk di lesehan memeluk botol minumku dengan erat.
"Besok Mba Duroh ikut semaan yak!" Aku mengangguk, mengiyakan perkataan Aqila.
"Aku juga udah mau suci" kata 'Isma.
"Bentar banget 'Is?" tanyaku.
"Iya cuman semingguan biasanya"
"Naura kalau halangan bisa sampe 12 hari loh Mba" katanya dengan nada agak panik.
"Ya gapapa asal keluarnya darah, kalau keluarnya duit baru bahaya" kataku setengah berlari menaiki tangga.
"Ha ngaco banget Mba Duroh mah!" teriak 'Isma sambil ketawa.
"Hhiii Mba Duroh!" Naura mengejarku, aku terengah di ujung tangga dekat kamar pinggir.
"Hah capek!"
"Suruh siapa lari-lari" aku melirik sinis Naura yang berdiri di sampingku.
"Mending lari di dunia nyata daripada lari dari kenyataan!" Aku melanjutkan langkahku untuk masuk kamar.
"Halaahh lari dari kenyataan kok, bahwa Mba Duroh menyangkal segala perasaan untuk seseorang" katanya berlagak seperti seorang penyair yang sedang membacakan puisi untuk orang yang dikasihinya.
"Jyjyk!" kataku.
"Astaghfirullah! Awas aja aku nggak mau nemenin kalau Mba Duroh mau ke kamar mandi malem-malem"
"Yye nggak kebalik?" Kataku acuh dan masuk kamar.
"Iihh Mba Duroh mah!"Aku menaruh botol di jendela dan sigap mengambil bantal untuk rebahan.
"Ah nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan" kataku sembari memejamkan mata.
"Eh Aqila mana sih? Nggak keliatan"
"Tadi mah lagi ngobrol sama Mba Gita di Mushola pas kita keluar" aku langsung duduk.
"Mba Gita? Ngobrolin apa?!"
"Palingan bagi semaan besok"
Masa sih? Hmm aku curiga, eh ya ampun tau ah, ngapain juga dipikirin.
"Mba Duroh udah selesai belum baca sajak Rumah Rindunya? Naura kan daftar baca!"
"Eh?"
"Belum selesai?"
"Ngg-- belum"
"Hhhiiii lama banget, perasaan bukunya tipis deh!"
"Yyyee kan bacanya harus memahami setiap makna dari bait-baitnya!" hhhfff aku kepaksa harus bohong gini.
"Buruan selesain. Naura penasaran!"
"Hm"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Santri Jatuh Cinta II (End)
Teen FictionSQUEL KEDUA!! Kalian bisa baca squel pertama biar nggak pusing memahami alur dan tokohnya yah, judulnya sama "Ketika Santri Jatuh Cinta" 🌼🌼🌼 Masih tentang santri, masih tentang banyak masalah yang dialami santri, masih tentang Durotuss Tsaminah y...