Bagian 29

169 32 3
                                    

Banyak hal bahagia yang bertebaran di muka bumi ini. Aku hanya perlu menghapus kesedihan dan belajar menjadi kuat menghadapi kehidupan. Iya kan? Tidak mungkin hanya aku yang sedih dan kelelahan. Semua orang didunia ini pasti mengalaminya.

Aku akan menjadi manusia paling egois jika hanya berpikir bahwa aku yang paling menderita. Padahal di luar sana masih banyak manusia yang tidak bisa hidup sebahagia aku.

"Mba.." aku menoleh dan mendapati Naura.

"Kenapa?"

"Naura baru dapet kabar sih, katanya Mba Gita mau balik kesini lagi tahun depan?"

"Hah?!"

"Kok bisa ya dia masih punya muka buat kesini lagi."

"Hush! Kamu nggak boleh gitu! Mungkin dia beneran pengen nyelesaiin hafalannya."

"Eh, Naura boleh kasih tau sesuatu gak?"

"Apa?"

"Mba Alfiya sama Kang Hamid putus!"

"Haaah?!!!" Kali ini aku lebih terkejut.

"Ih ya Allah Mba Duroh. Kuping aku" Naura menutupi kupingnya.

"Kamu gosip aja!"

"Astaghfirullah, beneran Mba!"

"Kok bisa sih?!" tanyaku.

"Kan Kang Hamid udah kuliah sekarang. Dan Mba Alfiya juga iya kan? Mungkin mereka ngerasa udah nggak sejalan."

Hampir setahun berlalu dan tidak pernah mau lagi berurusan dengan mereka. Sekarang mereka malah berpisah?

"Bukannya dulu Mba Alfiya ngebet banget ke Kang Hamid?" Naura mengangkat pundaknya.

"Perasaan manusia itu bisa berubah, Mba"

"Iya, tapi.. Mba Alfiya dulu udah benci banget sama aku. Pantesan akhir-akhir ini dia suka nyapa aku."

"Hahaha nyapa karena dia udah putus?" Aku mengangguk.

"Kata akusih kalo jadi dia udah malu banget. Soalnya dulu mati-matian banget pamer dan sekarang malah putus. Udah sampe bahas nanti maharnya mau semaan 30 juz lagi."

"Kamu nggak boleh gitu, Ra. Manusia itu berhak berencana. Kan hasilnya ya tetep nggak tau."

"Tapi, malu nggak sih?"

"Kamu kok julid banget?!"

"Ihh, julid dia kali. Naura itu masih kesel perkara Mba Alfiya yang nggak ngaku kalo pernah nyelakain Mba Duroh!"

"Maksud kamu?!"

"Dipikir aku diem aja itu nggak tau kalo Mba Duroh dulu kepalanya hampir bocor karena didorong Mba Alfiya?"

"Tau darimana?!"

"Semua orang juga udah tau kali, Mba. Cuman mereka diem aja."

"Astaghfirullah, siapa yang ngasih tau?"

"Ih, kepo banget deh! Mba Duroh itu nggak boleh terlalu baik sama orang apalagi sama Mba Alfiyah yang udah jelas-jelas sejahat itu!"

"Ya Allah, bukan gitu Ra."

"Bukan gitu gimana? Mba, jadi baik itu nanti disepelekan. Tegas dong, kalo misal orang jahatin itu seenggaknya bales aja!"

"Aku nggak mau memperpanjang masalah."

"Nanti dia ngelunjak kalo kayak gitu. Kata aku sih sekarang Mba Alfiya lagi ngerasa struggle karena perbuatan dia di masa lalu." Aku hanya menghela napas.

"Padahal kan kita udah di ajarin, kalo segala sesuatu yang buruk itu bakal balik ke kita kalo dilakuin. Kenapa orang masih kaya gitu ya Mba?"

"Mungkin mereka nggak punya akal."

Ketika Santri Jatuh Cinta II (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang