Bagian 18

313 38 5
                                    

"Duroh, ada santri baru. Temenin dulu" aku mengangguk dan bergegas ke depan RT untuk menemui santri yang Kang 'Aisyah tunjukkan.

Suasana pesantren seharusnya sudah ramai, tapi karena mungkin mereka ingin menikmati liburan dirumah lebih lama. Jadi, ya begini deh. Tetap sepi. Aku sih gapapa, seneng karena nggak rusuh. Ngajinya juga santai.

"Darimana?" tanyaku.

"Indramayu" jawabnya singkat dan malu-malu.

"Ini anak bungsu saya, Nok." tutur seorang Ibu yang duduk disebelah calon santri baru itu.

"Ohh, nggih, Bu."

"Sudah berapa lama pesantren?" tanyanya.

"Baru 3 tahun.. Mau tahun ke 4.." jelasku.

"Ohh, sudah lama yah. Sudah banyak hafalannya?" Aku menunduk malu.

"Hehe nggih, segitu Bu.."

"Eh, namanya siapa?" tanyaku.

"Hayfa.."

"Ohh, Hayfa mau keliling liat pondok nggak?" tawarku.

"Mi, mau keliling pondok yah" ijinnya kepada Ibunya.

"Yaudah, Mimi disini aja. Pegel kalau harus jalan naik turun tangga"

Aku mengantar Hayfa melihat keadaan pondok. Untung saja, tadi pagi aku baru saja membersihkannya. Menyapu dan mengepel.

"Lulus SMA?" tanyaku.

"Iya. Mau kuliah"

"Ohh, disini cuman sebentar aja jadinya?" Dia mengangguk.

"Pengennya cuman 5 juz aja. Abis itu mau kuliah" iya iya, setiap orang punya pilihannya masing-masing.

"Disini kamarnya ada 6. Tadi yang deket tangga itu koperasi buat jajan. Ini kamar aku.." tunjukku pada kamar tengah.

"Nanti kamu palingan disini sama aku. Kamu mau liat Balong gak? Tempat nyuci baju dan piring"

"Dimana?"

"Jalan kesini" aku jalan lebih dulu, Hayfa mengikutiku.

"Nah, ini biasanya juga bisa dijadiin tempat buat nderes. Nih dibelakang sini juga. Di Karang juga bebas nderes" jelasku.

"Ohh, iya iya"

"Mba, namanya siapa?" tanyanya.

"Duroh, aku dari Bandung"

"Wahh, jauh yah"

"Hehe iyaa. Kamu mau kesini kapan? Mau nungguin pondok rame atau sepi gini?"

"Emang nanti kalau rame emang tanggal berapa?" tanyanya.

"Biasanya sih 15 sampe 20 Syawal harusnya udah pada disini. Kalau kamu mau disini cepet juga gapapa, masih sepi nantinya."

"Ohh, yaudah 3 hari lagi aku kesini deh" katanya dengan mantap.

"Beneran?!" Hampir gak percaya aku sama keputusannya yang cepet banget.

"Ohiya, Penghafal ya manusia. Kamu nanti kalau udah berbaur sama mereka jangan kaget. Dan aku ingetin supaya kamu jangan terlalu deket sama orang, netral aja" aku sekedar memperingatkan.

"Emang kenapa mba?"

"Gapapa. Kamu harus jaga diri aja, biar gak kebawa hal gak baik. Dan jangan terlalu percaya sama orang, kalau ada apa-apa mending curhatnya ke rumah aja jangan ke temen. Ok?"

"Hmm, ok deh!"

"Yaudah, turun yuk?" ajakku.

"Iya"

Ketika Santri Jatuh Cinta II (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang