Bagian 23

274 38 4
                                    

"Mba Durooooh!!"

Aku menoleh dengan kaget mendengar suara teriakan, sendal yang aku tenteng jatuh satu. Anak-anak lesehan menatapku. Orang yang meneriaki namaku barusan berlari tergesa ke arahku.

"Naura kangeeeeeeennnn" dia langsung memelukku erat.

"Iihhh, kamu bau muntahan!!" Dia melepas peluknya dan nyengir menatapku.

"Emang bau tah?" tanyanya sambil menciumi aroma tubuhnya.

"Ishh, mana yang lain?"

"Masih di rumah Kang 'Aisyah. Ke atas yuk! Naura bawain sayur ceriwis, sama krupuk gender!"

Krupuk gender adalah krupuk berbahan asli dari singkong. Aku kurang paham bagaimana cara persis pembuatannya, taunya makan aja.

"Beneran??" Dia mengangguk.

"Bentar-bentar, naruh sendal dulu!" Aku mengambil satu sendal yang terjatuh dan menaruh kembali di rak.

"Naura juga bawain sambel buatan Ibu. Terus Naura juga bawa kentang sama sayur kol!" celotehnya sambil menyeretku naik ke lantai 2.

"Tau nggak mbaaa, berat badan Naura naik tau. Dirumah cuman makan tidur terus sih. Pokoknya Naura mau diet!"

"Halaahh nggak diet juga ntar kurus sendiri" kataku.

"Ishh ah! Jangan gitu deh, Naura nggak mau ya tahun ini ada masalah lagi. Pokoknya jangan sampe!"

"Hmm, iya deh!"

"Ehhh, mba Gita udah berangkat kan?" bisiknya.

"Udah. Satu desa sama kamu, masa gak tau!"

"Bukan gak tau, cuman memastikan!" dia memasuki kamar dan melepas lenganku.

"Naura mau langsung mandi ah, bau muntahan" katanya.

"Ya emang!"

"Ihhhh, yaudah buka aja nih tas Naura. Kardusnya masih dibawah, nanti aja abis Naura mandi sekalian dibawa"

"Ini isinya apaan?" tanyaku.

"Jajanan doang, sama mie kayaknya. Nggak tau Naura, kan yang masukin jajan tuh Ibu!" katanya sambil sibuk mencari baju ganti di lemarinya.

"Ehh, sabun Naura dimana?"

"Tuh, di atas. Handuknya ada di pojok tuh, dikardus, aku satuin sama punya yang lain"

"Uhhhh, Mba Duroh baik banget deh menjaga semua barang-barang anak kamar dengan baik"

"Gapapa, yang penting pajaknya aja!"

"Hih, gak ikhlas amat!" katanya sambil membanting pintu lemari.

"Naura mau mandi sebelum ngantri!"

"He'em!" jawabku singkat.

"Sekalian beresin jajan Naura ya, Mbaaa!"

"Masukin ke lemari aku?"

"Hiiisshh!!" protesnya.

Yaaa, akhirnyaaa kamar mulai ramai juga. Bentar lagi nih, bakalan berisik sama suara anak-anak. Nggak kerasa Syawal udah mau akhir aja. Banyak kenangan indah, banyak pelajaran berharga juga.

"Assalamu'alaikum.."

"Mba Durooooh!!"

Nahkan, baru aja..

"Sehat mba?" sambil 'Isma mengulurkan tangannya.

"Alhamdulillah. Kamu sehat? Mana Rinda?"

"Sehat nih liat aja. Rinda masih dibawah" katanya.

Ketika Santri Jatuh Cinta II (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang