Part 12

128 94 13
                                    

Happy Reading♡

***

Hari ini Alina, Mita, Amanda, dan Vika akan hangout di kafe Cateria, dan sekarang mereka tengah berjalan masuk ke dalam kafe.

"Kafenya ramai banget ya guys." Ucap Amanda saat mereka sudah berada di dalam.

"Mereka itu teman-temannya adek lo kan, Na?" Tanya Vika menunjuk di meja bagian pojok sana.

"Iya bener, teryata ada mereka juga." Timpal Mita.

"Eh liat deh ada mereka juga." Seru Amanda ketika melihat ke arah meja yang dekat dari meja Arvano.

"Kita di kafe lain aja ya." Pinta Alina.

Baru saja Alina ingin keluar tiba-tiba Juna langsung memanggilnya.

"Alina." Teriak Juna.

"Emang harus di sini sih, Na." Ucap Vika.

Alina menghela napas kecil. Terpaksa mereka berempat tetap hangout di kafe ini. Mereka pun segera melangkah menghampiri meja yang di tempati Arvano dan teman-temannya. Agra dan Fandy tidak ada karena kedua cowok itu sedang ada latihan futsal.

"Gabung aja sama kita ya. Kebetulan masih ada empat kursi kosong tuh." Ucap Juna dengan menunjuk empat kursi yang kosong.

Gue sebenarnya malas banget di sini karena ada Reynand, tapi mau gimana lagi. Batin Alina.

Sekarang mereka duduk di kursi yang kosong dan bergabung bersama mereka semua.

"Tumben ke sini bareng sahabat-sahabat lo?" Tanya Juna.

"Iya, soalnya kami lagi pengen hangout di sini." Jawab Alina.

Mereka semua mengangguk-angguk.

"Kebetulan banget ya. Tanda-tanda kali ya."

"Maksudnya?" Tanya Alina ambigu.

"Tanda-tanda kalau bakal ada yang jadian."

"Siapa?" Tanya Alina kembali.

"Gak jelas banget sih lo Dion." Timpal Arvano.

"Kenalin ke kita dong sahabat-sahabat lo." Pinta Juna.

Setelah itu Alina kini memperkenalkan ketiga sahabatnya kepada mereka semua.

"Eh?" Heran Dea yang baru saja datang dari toilet dan seketika melihat empat gadis yang tidak ia kenal.

"Kalian kenalan gih?" Suruh Fandy.

Dea tersenyum. "Kenalin gue Dea, gue sahabat dari mereka. Sekaligus mantannya Arvano." Ucap Dea sambil mengulurkan tangannya.

"Songong banget nih orang." Gumam Amanda pelan merasa tak suka.

Alina membalas uluran tangan Dea. "Gue Alina Azara Delina, kakak dari Lagra Davian. Dan ini sahabat gue Mita, Amanda dan Vika." Ucap Alina tak mau kalah sambil menekan kata dan sekalian memperkenalkan ketiga sahabatnya.

"Busett dah cara perkenalan mereka." Celetuk Dion.

Setelah perkenalan pun mereka masih menatap satu sama lain. Entah mengapa saat pertama kali ketemu sepertinya di antara mereka berdua muncul aura-aura akan tidak saling suka.

"Harus pake nama lengkap ya?" Tanya Dea terlihat angkuh.

"Harus nyebut nama mantan ya?" Tanya balik Alina tidak mau kalah.

"Gue udah kok tau lo itu kakaknya Agra. Dan tadi gue cuma pengen ngasih tau lo doang kalau gue mantannya dia. Siapa tau aja lo mau gebet dia." Ucap Dea dengan tenang.

"Ohya? Tapi sorry gue gak tanya tuh lo mantannya siapa. Bukannya lo yang mau gebet dia lagi ya, ngajak balikan gitu." Ucap Alina sinis.

Rese banget sih ni cewek. Batin Dea kesal.

Diam-diam gadis itu mengepalkan kedua tangannya.

"Jangan asal ngomong lo ya. Sok tau banget jadi cewek. Gue sama dia meskipun udah jadi mantan kita tetap bakal berteman."

"Bagus deh, berarti lo udah dewasa. Anggepnya sebatas teman doang."

"Lo tenang aja gue gak bakal balikan kok sama dia."

"Gue gak peduli juga kok lo mau berteman atau balikan sekalian, gak ada hubungannya juga sama gue."

"Emang iya, gue cuma kasih tau lo doang."

"Tapi sayang, gue gak butuh pemberitahuan dari lo." Balas Alina tenang.

Dea begitu geram, tapi ia berusaha tetap tenang. Entah mengapa Dea  tidak menyukai gadis yang baru dikenalnya beberapa menit barusan. Dea sudah tidak ingin membalas lagi, karena ia sedang menahan kekesalannya. Ia benar-benar geram melihat Alina begitu tenang dalam bicara dan tidak mau kalah.

Siapa suruh Alina dilawan.

Lain halnya dengan yang lain, semua hanya diam mendengar obrolan dua orang yang baru kenal dan ketemu itu. Entah perasaan apa yang ada di benaknya masing-masing sehingga membuat mereka terlihat seperti tidak akan akur. Pertama kali saja seperti itu apalagi kedepannya, mungkin saja akan timbul kebencian.

Di lain meja ada seorang cowok yang sedari tadi memerhatikan dan mendengar pembicaraan mereka.

Lo memang sahabat dan adik yang pemberani.

Tiba-tiba ponsel Vika berdering sehingga memecah keheningan yang terjadi setelah pembicaraan Alina dan Dea selesai.

"Guys sorry ya, Fadli chat gue. Tiba-tiba ada urusan mendadak, jadi gue harus balik duluan." Jelas Vika.

"Iya tau kok yang udah mau tunangan." Goda Amanda.

Pasangan bucin antara Vika dan Fadli memang sudah merencanakan akan bertunangan setelah lulus sekolah nanti. Sebenarnya masih lumayan lama, tapi mereka sudah ingin mempersiapkan baju untuk acara pertunangan mereka nanti. Menurutnya hal itu juga lebih baik, apalagi kan mereka sudah akan disibukkan dengan ujian, jadi mereka berdua sudah akan mulai mempersiapkan apa saja yang bisa dipersiapkan sekarang.

Vika pun tersenyum malu-malu. "Kalau gitu gue duluan ya, bye." Pamit Vika.

"Hati-hati, Vik."

"Oh itu teman lo yang udah taken. Berarti teman lo yang dua orang ini jomblo dong?" Tanya Juna.

"Mm... mulai lagi nih anak." Sahut Arsen.

"Jangan mau sama dia, dia itu cowok playboy." Celetuk Dion.

"Apaansih, gue emang playboy,  tapi itu dulu. Sekarang gue mau serius sama satu cewek." Ucap Juna dengan serius.

"Asik sahabat gue udah tobat." Balas Dion.

"Emangnya lo mau serius sama siapa?" Tanya Arsen.

"Sama...." Jawabnya sambil melirik salah satu teman Alina.
"Nanti kalian bakal tau sendiri pada waktunya." Lanjutnya.

"Kita bakal tunggu kabar baik lo, Jun." Ucap Naya.

Sementara dengan Arvano yang sedari tadi sedang memerhatikan Reynand yang sesekali melirik ke arah Alina membuat cowok itu menjadi timbul rasa cemburu dan curiga.

"Hallo Alina." Ucap seorang cowok yang tiba-tiba datang.

Jangan lupa Vote&Komen♡

ALINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang