Part 14

129 91 12
                                    

Happy Reading♡

***

"Guys, kelas free lagi woy." Teriak Anton heboh, sang ketua kelas.

"Jangan bohong deh Anton."

"Serius lo?"

"Nggak. Yaiyalah beneran, masa gue berani bilang kalau gak bener."

Anton adalah ketua kelas yang tidak suka berbohong, ia akan mengatakan sejujurnya jika hal itu benar. Sebagian bagi siswa yang suka membolos dan tidak mengerjakan tugas tidak menyukai sifat terlalu jujurnya Anton. Pernah ada waktu Anton memberitahukan kepada guru bahwa ada tugas yang belum diperiksa, padahal guru tersebut sudah tidak mengingatnya lagi, sehingga hal itu membuat siswa yang tidak mengerjakannya akan merasa senang, tapi setelah Anton memberitahunya harapan mereka jadi punah.

Semua murid satu kelas langsung bersorak ria karena di jam pelajaran pertama guru yang mengajar tidak bisa hadir dengan alasan gurunya sedang ada perjalanan dinas.

"Guys lagi free nih, mau ke kantin gak?" Ajak Vika.

"Gue belum laper sih. Gimana kalau ke taman aja? Duduk-duduk nyantai." Ajak balik Mita.

"Boleh deh, soalnya gue juga belum laper." Ucap Amanda.

"Yaudah kita ke sana aja." Ucap Alina.

Sekarang mereka berempat sedang berjalan menuju taman untuk mendinginkan otaknya di sana. Apalagi suasananya di sana terasa dingin dengan adanya pohon yang rindang.

"Na, gue perhatiin kemarin lo kayak gak bersahabat banget sama Dea, kenapa?" Tanya Mita membuka obrolan.

"Gak tau. Dea itu adalah cewek yang pernah bareng Reynand waktu di kafe. Dan ternyata dia itu adiknya Reynand." Jelas Alina.

"Gak tau kenapa gue kayak curiga aja gitu sama dia." Lanjut Alina.

"Jadi dia yang diadopsi jadi adiknya Reynand?" Tanya Vika mewakili dan Alina pun mengangguk.

"Gue juga agak curiga sama Dea." Jeda Mita sejenak. "Tunggu deh. Lo bilang kalau dia adiknya Reynand terus dia juga berteman sama Agra dan yang lainnya. Jangan-jangan Dea juga berteman sama Genta dong. Apalagi kan Genta dan Reynand berteman." Tebak Mita.

"Bener guys, gue baru ngeh." Timpal Amanda.

"Belum tentu juga sih Dea berteman sama Genta. Bisa jadi Reynand sama Dea beda teman gitu." Pendapat Vika.

"Tapi bisa jadi juga Dea, Genta dan Reynand berteman, tanpa sepengetahuan Agra dan yang lainnya." Tebak Amanda mengira-ngira.

"Yang kalian bicarain semua, itu yang gue maksud juga, hal itu yang bikin timbul kecurigaan." Ucap Alina.

"Kayaknya Dea lagi sembunyiin sesuatu dari mereka deh." Pikir Amanda membuat mereka mengangguk-angguk menyetujui.

"Gue juga rada gak suka sama tuh cewek." Lanjut Amanda.

"Dea tuh kelihatan songong orangnya. Terus kayak gak suka sama lo." Vika ikut menimpali.

"Lo hati-hati aja sama Dea, Na. Kita gak pernah tau kebusukan orang seperti apa. Kita juga gak tau apa dia punya niat baik atau buruk sama kita."

Alina mengangguk-angguk setuju.

"Oh iya Na, lo itu merasakan sesuatu gak sih waktu kemarin Arvano bahas soal gebetannya."

Alina memutar bola matanya dengan malas. "Almita Pradinata, gue kemarin kan udah ngomong, gue bukan gebetannya. Kemarin lo udah denger sendiri juga kan kalau Arvano ngomong gue itu bukan gebetanya. Jadi lo udah paham kan." Greget Alina karena membahas hal itu lagi.

"Alinaaa, lo gak peka apa gimana sih. Kemarin dengan jelas gue sempat liat Arsen ngelirik lo pas jawab pertanyaannya Dion. Nah, Arsen kayak yang wakilin Arvano untuk jawab." Balas Mita yang juga greget karena Alina tidak peka sama sekali.

"Gue milih diem aja deh. Gue gak ada kemarin pas bahas soal itu." Sahut Vika.

Vika sebenarnya sudah mengetahui tentang kejadian saat di kafe kemarin karena Amanda sudah menceritakannya, tapi Vika memilih diam saja karena tidak ingin ikut menimbrung. Menurutnya tentang di kafe kemarin tak logis jika bukan ia sendiri yang menyaksikannya walaupun sudah ada penjelasan dari Amanda.

"Ya mungkin aja Arsen cuma kebetulan doang lirik gue. Takutnya nanti lo salah paham doang, Mita." Sanggah Alina.

"Lo gak inget waktu lo diajak ke pasar malam sama Arvano? Terus lo juga dibeliin gelang. Gak mungkin lo lupa kan sama momen itu?"

"Gue ingat lah, cuma itu semua kan ada alasannya kenapa Arvano pengen ngajak gue dan beliin gue  gelang juga."

"Lo masih ikutin sarannya dia?" Tanya Amanda tiba-tiba mengingatkan pada seseorang.

"Gak tau." Jawab Alina singkat dan agak pelan.

"Gak semuanya cowok kayak gitu, Na. Lo harus coba bisa buka hati lo untuk seseorang. Seolah-olah lo tuh belum move on kalau kayak gini tau gak."

"Man, bukan berarti gue gak coba buka hati ke cowok, itu tandanya gue belum move on. Gue cuma masih rada gak percaya sama dia. Gue juga kayak belum siap untuk jatuh cinta lagi. Gue masih pengen nikmatin masa SMA gue, nikmatin bareng kalian, gak harus mikirin soal cowok dulu."

"Kemarin juga udah jelas kan Arvano tuh ngomong kalau gue bukan gebetannya." Tegas Alina lalu bangkit dan melenggang pergi.

Ia tidak marah, hanya saja ia tidak tahu kenapa hatinya tiba-tiba merasa cukup sakit saat membicarakan jika ia bukan gebetan Arvano

"Alina bener juga soal apa yang dibilang Arvano kemarin itu semuanya udah jelas." Ucap Mita.

"Iya kita gak boleh terlalu maksa Alina untuk peka dan jatuh cinta kembali." Ucap Vika.

"Bener guys, tunggu aja siapa cowok yang bisa bikin Alina membuka hatinya untuk ngerasain kembali jatuh cinta." Ucap Amanda.


J

angan lupa Vote & Comment

Lope untuk kalian semua:)

ALINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang