Happy Reading♡
***
Berbagai macam suara dan derungan motor yang keluar dari ramainya orang yang berada di arena ini. Di sebuah jalanan sepi yang sudah disewa untuk melakukan balapan yang jauh dari perumahan warga sehingga mereka semua yang terlibat tidak perlu khawatir untuk adanya laporan jika tempat ini sedang diadakan balapan tengah malam.
"Gimana, kalian sudah siap untuk kalah?" Tanya Genta meremehkan lawannya.
"Gak usah sembong jadi orang deh. Belum tentu lo yang menang. Jadi jangan merasa bakal menang." Balas Juna.
"Mending kita liat aja nanti, siapa yang menang." Lerai Fandy.
"Kalian pasti tau dong kalau kita balapan gak bakal seru kalau gak ada taruhannya." Ucap Genta.
"Gak usah banyak bacot! Lo bilang sekarang apa taruhannya?!" Balas Arsen geram.
Lebih dulu Genta berpikir sejenak lalu melirik ke arah empat gadis yang ada di hadapannya. Seketika ia punya ide untuk ingin main-main dengan salah satu gadis di antara mereka.
Sudut bibir Genta terangkat sebelah. "Gue pengen yang jadi taruhannya, cewek itu." Jawabnya tepat menunjuk ke arah Alina.
"Maksud lo apa, ha?! Jangan seenaknya nunjuk orang untuk jadi taruhan lo. Apalagi dia gak tau apa-apa!" Sahut Arvano tersulut emosi mendengarnya.
"Siapa suruh lo ajak dia ikut." Balas Genta santai.
"Kita kita gak akan terima kalau dia jadi taruhan. Apalagi gue." Sahut Agra.
"Adik yang posesif."
"Pilih taruhan lain, jangan libatkan Alina dan anak cewek lainnya." Ucap Arvano.
"Gue gak ada pilihan lain selain dia, karena gue udah bosan sama cewek yang tiga itu."
"Kurang ajar lo ya!" Baru saja Dion ingin memberinya pukulan tapi tangannya langsung ditahan oleh Arsen.
"Tahan emosi lo Dion. Jangan sampai lo terhasut sama omongan banci dia." Ucap Arsen sarkas.
"Salah lo semua, ngapain bawa cewek yang buat gue tertarik bermain dengan dia. Lagian cuma main doang kok." Ucap Genta dengan enteng.
"Cuma laki-laki banci yang permainin cewek dengan seenaknya." Ucap Arvano.
Genta hanya tersenyum miring menanggapi ucapan Arvano.
"Taruhan ini diterima jika kedua belah pihak sudah menyepakati, dan kita gak sepakat jika itu taruhannya." Ucap Arsen.
"Terus kenapa kalian terima ajakan Genta?" Tanya Bobi teman Genta.
"Kita gak akan terima jika kita tau kalau kayak gini taruhannya." Jawab Fandy.
"Jadi kalian bakal mundur dan pengen batalin?" Tanya Reynand yang sedari tadi diam.
"Gue rasa gak. Kalau itu terjadi pun sama saja kalau kalian baru menyandang sebagai pecundang!" Sindir Genta dengan menekan kata pecundang.
Alina yang sedari tadi diam mulai geram melihat kelakuan Genta yang seenaknya saja tiba-tiba mengklaim dirinya menjadi bahan taruhan. Dengan keberanian, Alina maju kedepan tepatnya di hadapan Genta sontak membuat semua yang melihatnya terkejut.
"Gila berani juga tuh cewek."
"Berani banget nantangin Genta."
"Kakaknya Agra pemberani juga."
Terdengar suara dari teman-teman Genta yang memuji Alina karena keberaniannya.
"Oke, gue bakal jadi bahan taruhan di acara balapan kalian." Ucap Alina tetap tenang.
Semua pasang mata menatap tak percaya kepada Alina.
"Gue udah tau kalau lo bakalan maju." Gumam Genta dengan tersenyum miring.
"Sekarang lo ngomong apa mau lo?" Tanya Alina datar.
"Alina lo apa-apaan sih langsung nerima taruhan dia?" Tanya Agra emosi mendengar Alina yang setuju jika dirinya dijadikan sebagai taruhan.
"Lo tenang aja, Gra."
"Tenang gimana maksud lo? Gue gak mau lo kenapa-napa!"
"Agra benar Na, lo kenapa pengen aja nerima jadi taruhannya Genta?" Tanya Ussy.
"Caper banget si jadi cewek." Gumam Dea pelan.
"Kenapa kalian yang malah emosi semua sih? Padahal Alina santai aja kok." Ucap Genta.
"Diem lo!" Gertak Dion.
"Banyak bacot!" Gertak Juna juga.
"Stop!! Genta, mending sekarang lo ngomong apa mau lo?" Lerai Alina.
"Gue mau lo nemenin gue dinner, dan juga temenin gue selama satu hari full. Gimana?" Jawab Genta dengan enteng perihal taruhannya.
Tanpa berpikir panjang Alina langsung menjawab. "Itu aja? Oke gue terima."
Mendengar jawaban Alina yang langsung menyetujuinya dan tampak santai membuat semuanya yang berada di sana sontak kaget dengan apa yang diucapkan gadis tersebut. Dengan nekatnya gadis itu menerima dirinya dijadikan sebagai bahan taruhan. Banyak yang bertanya-tanya apa Alina sudah gila.
"Cewek yang pint--"
"Tapi, bukan sama lo." Potong Alina dengan tangan bersedekap depan dada.
"Lo--" Baru saja Genta ingin kembali bicara tapi ucapannya terpotong lagi.
"Gue mau sama teman lo yang namanya Reynand." Tegas Alina.
Mungkin karena Rey, dia jadi terima taruhan ini. Emang pemberani lo kak. Batin Agra yang bisa tebak alasan kakaknya itu.
Kenapa Reynand? Tanya Dea dalam hati.
Banyak bisik-bisikan maupun batin dari mereka yang bertanya-tanya, kenapa Reynand?
"Asal lo tau yang buat taruhan itu gue." Ucap Genta.
"Tapi yang ikut balapan, dia kan?" Balas Alina.
Benar benar sialan nih cewek.
Genta benar-benar mulai emosi dengan cewek yang satu ini, namun ia masih mencoba untuk tetap menahan emosinya dan berusaha tenang.
"Emang Reynand yang bakal ikut balapan, tapi apa dia mau sama lo? Apalagi dia gak kenal sama lo."
Gue gak mungkin nolak lo Zar, gue bakal ikutin permainan lo.
"Gue juga gak kenal kok sama dia. Lo yang langsung nunjuk gue buat jadi bahan taruhan, jadi gue juga berhak dong pilih siapa yang mau gue ajak taruhan. Supaya kita adil."
Muka Genta terlihat sudah tidak bisa menahan emosi. Tapi tiba-tiba ia mendengar bisikan dari temannya.
"Jangan sampai kita yang emosi karena mereka." Cegah Ino.
"Oke. Jadi antara Arsen dan Reynand siapapun yang menang dibalapan ini nanti, dia akan dinner sama gue. Gue bakal temenin dia satu hari full. Gimana?" Ucap Alina sambil menjabatkan tangannya ke depan Genta.
Jangan lupa Vote&Komen♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ALINA [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA♡] Kisah tentang seorang gadis yang tidak peka terhadap perasaannya sendiri dan juga perasaan seseorang yang sedang mencintainya saat ini. Ia hanya menganggap perasaan seseorang itu hanya biasa saja tidah lebih. Ia sepert...