Part 24

74 33 35
                                    

Happy Reading♡

***

Karena lo nggak datang.

"Tumben banget?"

"Soalnya bukan apanya, hati gue merasa kalau ada yang gak lengkap gitu, jadi gue pergi sendirian cari sesuatu itu agar hati gue bisa tenang."

"Cari sesuatu? Pemilik hati lo nanti maksudnya?" Tanya Alina menoleh ke arah Arvano.

"Tebakan lo benar."

"Kenapa malah nyari? Kan udah ada, cuma lo belum ungkapin aja."

"Emang iya."

"Atau gebetan lo lagi keluar, terus lo lagi cari gitu?"

"Iya."

"Terus kenapa malah singgah di sini?"

"Gak tau Na, karena sesuatu itu menunjukkan jalan ke arah sini dan menuntun kaki gue untuk ke arah lo. Menyuruh gue singgah di samping lo. Apa pemilik hati gue nanti ada di sini ya? Tapi cuma lo yang gue temuin."

Alina seketika termenung beberapa detik dengan jantungnya yang degdegan.

"Penunjuk jalan lo mungkin error kali. Sampai-sampai lo disuruh ke sini." Ucap Alina terkekeh.

"Penunjuk jalan gue gak akan salah. Karena penunjuk jalan gue adalah hati gue. Jadi bisa aja kan lo pemilik hati gue nanti."

"Apaansih Van. Lo tuh ya, gaje banget deh. Ingat Van lo itu udah punya gebetan. Kebetulan aja kali hati lo nyuruh lo ke sini."

"Gue emang punya gebetan Na. Tapi pemilik hati gue ke depannya gak ada yang tahu siapa. Bisa aja kan lo jodoh gue."

Sontak Alina langsung menatap dalam manik mata Arvano.

"Lo baper ya?"

Seketika perasaan senang dan baper tadi yang sempat dirasakan hati Alina langsung hilang seketika. Atau ia hanya mengelak.

"Ngapain gue baper sama lo."

"Terus kenapa lo natapnya dalam benget. Seolah-olah lo mencari kebenaran atas omongan gue."

"Gue natap lo kayak gitu, karena omongan lo salah. Lo tuh gak boleh kayak gini Van. Nih ya, misalkan kalau cewek lain yang lo gituin terus dia baper gimana. Gimana perasaan gebetan lo?" Ucap Alina menutupi perasaanya yang sempat baper.

Lagian gebetan gue gak bakal cemburu kok. Karena cuma lo yang gue giniin Na, tapi lo masih gak ngerasa apa-apa. Batin Arvano.

"Dia gak tau. Lagian dia kayaknya juga gak cemburu."

"Gini ya Van. Cewek mana yang gak akan cemburu liat cowok yang ia suka berkata manis sama cewek lain. Mungkin lo emang ngerasa dia gak cemburu, tapi apa lo bisa tahu perasaan terdalam di hati dia?"

"Gue ingetin lo doang. Karena lo itu teman gue. Sahabatnya adik gue." Lanjut Alina, ia tidak ingin jika Arvano salah paham.

"Iya, Na. Gue paham kok."

"Bagus deh kalau gitu."

"Btw lo kenapa gak pake sweter?" Tanya Arvano yang baru sadar melihat Alina tidak memakai jaket.

Alina menoleh. "Gak mau aja, kenapa emang?"

"Angin malam gini gak baik buat tubuh lo, gue juga lihat lo kayak kedinginan gitu."

"Gak apa-apa kok." Ucap Alina berbohong, ia sebenarnya merasa dingin.

"Gue peka kok Na. Gue gak mau lo masuk angin." Ucap Arvano sambil memasangkan jaket di tubuh Alina.

Deg. Nggak nggak lo tenang Alina.

"Lo sendiri gimana?" Tanya Alina setelah tubuhnya terpasang jaket.

"Gak apa-apa, daripada lo yang sakit." Ucap Arvano tanpa menatap Alina.

Deg. Nih jantung kenapa sih.

Alina menoleh ke samping bukan ke arah cowok itu. Ia menggigit bibirnya bagian bawah untuk menetralkan kembali perasaannya.

"Kenapa?"

Alina langsung menoleh ke arah Arvano. "Eh.. gak kenapa-kenapa kok. Btw makasih ya."

Kini hening menyelemuti mereka berdua. Entah sedang memikirkan sesuatu atau menikmati angin malam.

"Na apa ada cowok yang lagi lo suka?"

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Emangnya gue gak boleh tanya gituan ke lo?"

Alina terdiam sejenak.
"Gue gak tau sama perasaan gue sendiri ke orang itu."

"Na menurut lo kalau ada seseorang yang suka sama kakak dari sahabatnya gimana?"

"Ya gak apa-apa, karena kita gak tau sama siapa kita mau taruh perasaan."

"Jadi gak apa-apa dong kalau gue taruh perasaan sama lo?"

Deg.

Jantung kenapa lo berdebar kencang sih.

"Maksud lo?"

"Jawab aja. Itu cuma misalkan aja kok." Beo Arvano.

Denger Na itu cuma misalkan aja, tapi kenapa hati gue sakit.

"Ya... gak apa-apa. Setiap orang itu berhak untuk suka dan cinta sama siapa pun, tapi begitu pun sebaliknya orang berhak untuk menolak perasaan seseorang yang tidak ia suka dan cintai."

Arvano terdiam.

Gue gak yakin kalau gue bisa ungkapin perasaan gue ke lo. Batin Arvano.

"Susah ya dapetin hati gebetan lo?" Tanya Alina.

Andai lo tau Na.

"Susah banget."

"Lo gak ada rasa mau nyerah gitu?"

Arvano tersenyum. "Gue gak akan nyerah sampai gue bisa mendapatkan hatinya."

"Cewek itu pasti beruntung banget ya, kerena ia bisa dicintai oleh cowok yang gak akan nyerah buat dapetin orang yang dicintainya."

Alina menepuk bahu Arvano sebelah. "Lo semangat berjuangnya ya." Ucap Alina tersenyum.

Arvano juga tersenyum. "Makasih."

Gue emang akan perjuangin lo sampai lo peka Na.

Alina berdiri dari tempat duduknya. "Gue udah mau pulang . Ini jaket lo."

"Lo pake aja dulu jaketnya. Sekalian aja gue anterin lo pulang ya."

"Gak perlu. Rumah gue deket kok."

"Gak baik anak cewek sendirian jalan malam-malam gini Na. Gue antar aja. Ayo." Ajak Arvano.

"Yaudah kalau gitu."

Mereka berdua pun berjalan keluar taman untuk segera pulang. Arvano mengantar Alina terlebih dahulu sampai tiba di rumahnya. Lalu ia juga akan pulang ke rumahnya. Ralat pergi kembali berkumpul bersama para sahabatnya.

Jangan lupa Vote&Comment♡♡♡

ALINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang