Part 16

133 87 8
                                    

Happy Reading♡

***

"Oke. Jadi antara Arsen dan Reynand siapa pun yang menang dibalapan ini nanti, dia akan dinner sama gue dan gue akan temenin dia satu hari full. Gimana?" Ucap Alina sambil menjabatkan tangannya ke depan Genta.

Mau tidak mau Genta pun membalas jabatan itu. "Oke, deal."

"Reynand, Arsen apa kalian setuju?" Tanya Alina lebih dulu kepada mereka berdua dengan menatap mereka bergantian.

Sebelum menjawab Arsen sempat melirik ke arah Ussy dan dijawab anggukan oleh Ussy.

"Gue setuju Na, gue gak bakal buat salah satu sahabat gue ngehabisin waktu sama orang yang gak jelas."

"Maksud lo apa?" Ucap Eza.

"Santai dong bro." Balas Juna.

Alina mencoba untuk menatap Reynand. "Lo gimana?" Tanya Alina mencoba tetap tenang yang untuk pertama kalinya lagi menatap manik mata cowok itu secara dekat.

"Gue setuju." Jawab Reynand lalu tersenyum penuh arti.

Alina tersenyum sangat tipis. Rey gue bakal tungguin lo jelasin semuanya, apa alasan kenapa lo berubah.

Ngapain sih Reynand pake senyum ke Alina. Batin Arvano yang cemburu.

Ngapain sih Rey setuju, gue jadi curiga antara mereka berdua. Batin Dea.

"Liat aja Reynand bakal menang." Ucap Genta dengan sombongnya.

Mendengar itu Alina hanya mengedikkan bahu tak acuh.

Begitu bendera hitam yang diangkat cewek yang ada di tengah antara Arsen dan Reynand itu turun. Motor milik mereka berdua langsung melaju dengan cepat membelah di lintasan balap.

Seiring dengan teriakan yang menggema itu, tim Arsen nampaknya semakin ketar ketir karena Arsen belum terlihat, sementara Reynand semakin mendekati garis finish.

Tetapi setelah beberapa detik, tidak lama Arsen muncul di belakang dan mempercepat motornya untuk mengejar Reynand, tapi Reynand sudah mencapai garis finish lebih dulu. Dan akhirnya peluit dibunyikan pertanda pemenang sudah ditentukan.

Alina yang menyaksikan kemenangan Reynand membuatnya menyunggingkan senyum yang sangat tipis.

***

Sore ini Alina dan Agra sedang mengobrol berdua di balkon rumahnya. Agra sepulang sekolah tadi ia langsung pergi ke rumahnya tanpa mengganti seragam lebih dulu.

"Tadi lo udah lunasin taruhan Genta?" Tanya Agra.

"Belum."

"Bukannya tadi lo pergi ke kafe sama Reynand ya?"

Sepulang sekolah tadi Alina memang langsung pergi ke kafe untuk menemui seseorang. Ia mendapat pesan dari seseorang yang menyuruhnya untuk pergi ke kafe. Orang yang mengirim pesan itu ingin membicarakan sesuatu dan berbagai alasan yang sudah lama ia ingin tahu.

"Gak kok. Gue emang dari kafe tapi sama teman gue, bukan Reynand. Reynand juga udah bilang kalau hari minggu nanti aja gue dinner sama dia."

Agra hanya mengangguk-angguk.

Alina menghela napas lega. Untung Agra gak nanya teman gue siapa.

Hening beberapa detik.

"Lo nekat sih kak waktu itu sampai lo terima taruhan Genta. Dan sekarang Reynand yang menang kan."

"Gue memang sengaja nerima taruhan itu. Gue juga sengaja milih Reynand."

"Udah gue duga itu alasan lo." Gumam Agra sangat pelan.

"Kita gak tau loh, kalau misalkan Genta punya rencana lain gimana?" Tanya Agra khawatir.

"Kalau pun Genta punya rencana yang jahat, ya kita ikutin aja." Jawab Alina santai.

Ucapan Alina membuat Agra menoleh.
"Lo udah gila ya ngomong tinggal ikutin aja." Kesal Agra walaupun ia tahu kalau kakaknya itu hanya bicara asal. Tapi jika itu benar terjadi Agra sendiri juga kan yang repot.

"Agra gue yakin kok Genta gak ada rencana lain. Kalau pun ada ya, kakak lo kan pemberani." Ucapnya dengan menaik turunkan alisnya.

"Tapi gue akui sih lo emang pemberani kayak mama. Terus apa alasan lo pilih Reynand?"

"Gue pengen minta penjelasan dari dia. Lo pasti tau lah maksud gue."

"Udah jelas kak. Reynand yang sekarang bukan Reynand yang dulu lagi, dia udah berubah."

"Lo emang benar, dan itu alasannya. Makanya gue mau minta penjelasan dari itu semua." Ucapnya lesuh.

"Terserah lo kak."

"Lo udah tau lama ya kalau Reynand udah ada di Indonesia?" Ucap Alina menoleh ke adiknya.

Agra terdiam.

"Gra?"

"Iya. Sorry kak." Ucap Agra menatap ke depan.

Alina tersenyum. "Gue cuma butuh jawaban itu doang kok."

"Lo gak marah kak karena gue gak ngasih tau lo selama ini."

"Gak kok. Yang penting lo udah ngaku."

Gue sebenarnya kecewa sama lo de', kalau ternyata lo udah tau dari lama kalau Rey udah ada di Indonesia. Tapi gue udah paham sekarang setelah gue ketemu sama pacarnya. Batin Alina.

Hening sesaat karena mereka berdua sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Kak lo masih belum bisa membuka hati ya?"

"Gue udah membuka hati. Cuman gue rasa gue belum mendapatkan orang yang tepat."

"Lo beneran gak ada perasaan sama Arvano?"

Alina menoleh. Kenapa gue degdegan sih. Gak gak, mungkin ini cuma kaget biasa doang.

Alina hanya menggeleng dengan tatapan ke depan.

"Kalau Arvano suka sama lo, gimana?"

"Apaan sih lo, Arvano tuh sukanya sama cewek lain, Gra." Ucap Alina dengan tawa hambar entah kanapa lidahnya terasa keluh saat mengatakannya.

"Sok tau lo." Cibir Agra.

"Lo yang sok tau."

"Tapi gimana kalau itu beneran terjadi?"

Alina terdiam sejenak.

"Sebenarnya gue peka sama perasaannya Arvano, tapi gue coba untuk ngalihin semua itu. Gue cuma mau anggap itu biasa aja." Gumam Alina pelan namun masih bisa didengar Agra.

"Tega banget sih lo kak gituin sahabat gue." Ucap Agra sedikit rada kecewa.

"Gue gak tau kenapa." Balas Alina pelan.

Agra menghela napas. "Berarti lo ada perasaan dong sama Arvano?"

"Gak tau juga. Gue masih rada belum percaya sama dia."

"Itu alasan lo gak mau peka sama perasaanya?"

"Maybe. Gue juga gak mau geer."

Gue harap lo bisa balas cintanya Arvano kak, gue dukung banget lo sama dia. Gue udah kenal banget sama sifatnya Arvano. Gue rasa dia bisa jadi yang terbaik buat lo.

Jangan lupa Vote&Komen

ALINA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang