8. ✓

15.6K 1.6K 32
                                    


Sore ini Adelin dan Satria berniat untuk mengunjungi rumah Om mereka yang merupakan Adik dari sang Ayah yang kebetulan juga tinggal di Jakarta, sebenarnya hampir keluarga besar Adelin tinggal di Jakarta hanya Kakek dan Nenek dari Ayah yang tinggal di Bandung.

Janjiannya mereka akan berangkat sekitar jam 3 sore, tapi Adelin tak menepati janjinya, Satria sudah siap dari 1 jam yang lalu namun Adelin masih belum kelar siap-siap sampai sekarang.

Satria sibuk mondar-mandir di depan pintu kamar Adelin layaknya setrikaan, jika dihitung sudah 7 kali dia mondar-mandir seperti itu, mulutnya juga tak berhenti menggerutu.

"Adelin buruan dong bocah!" Satria berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar Adelin yang dikunci dari dalam.

"Bentar BangSat!" balas Adelin didalam kamarnya.

BangSat, bukan maksudnya Adelin berkata kasar pada sang Abang melainkan itu panggilan untuk Satria, Bang+tiga kata namanya(Sat) jika digabung menjadi BangSat.

Satria menggerutu sambil bersandar di pintu kamar Adelin yang tertutup rapat, karena si pemilik kamar masih sibuk mempercantik diri.

"Nunggu Adelin make up udah kaya nunggu Dedy cobuzer tumbuh rambut, lama!"

Adelin membuka pintu kamarnya setelah menyuruh Satria menyingkir.

"Ayok BangSat!" ajaknya sambil tersenyum tanpa dosa.

Satria memperhatikan penampilan sang adik dari mulai rambut hingga kaki, "Cuman dandan kaya gini doang lo lama?! Perasaan nggak ada yang berubah anjirr,"

Adelin menyengir, "Maklum cewek!"

"Lain kali waktu nungguin lo dandan mungkin gue bisa nguras air kolam pake kulit jengkol, terus nanam ubi dua hektar sendirian," oceh Satria melebih-lebihkan.

"Lebay!" cibir Adelin, dan langsung berjalan lebih dulu meninggalkan Satria.

"Ngeselin banget jadi adik, gue capek nungguin dia eh dia malah ninggalin gue," gerutu Satria dan langsung menyusul Adelin.

Sekitar 1 jam lebih perjalanan mereka sampai di rumah Om Ontra, nama adik dari Ayah mereka.

Adelin dengan riang turun dari mobil yang dikendarai Satria, tanpa mempedulikan sang Abang yang berteriak minta ditunggu.

"Tante sayangg!" Adelin berteriak sambil berlari kecil menuju Dinar-istri Omnya yang sedang menyiram tanaman.

Dinar menoleh sambil tersenyum

"Hai Adel!" sapanya ramah.

"Hai tante!" yang menjawab bukan Adelin, melainkan Satria yang sudah berdiri disamping sang adik tersayang, iya sayang kalo nggak dibuang.

Adelin menatap kesal kearah Satria, dan dengan kasar menepis tangan Satria dari bahunya, "Apa sih main rangkul-rangkul aja!"

Satria menatap malas, "Asal lo tau ya Del, di luar sana banyak cewek yang berharap gue rangkul, bahkan ngacak rambutnya, tapi lo dengan nggak tau dirinya malah nggak suka gue gituin, Abang lo ini populer di kampus tau nggak?!"

Memutar bola matanya malas, Adelin langsung ngacir masu ke dalam rumah mengikuti Dinar yang mempersilahkan mereka masuk, tanpa peduli dengan Satria yang masih mengoceh membanggakan dirinya.

"Om-nya mana tan?" tanya Adelin, sambi menatap sekitar ruang tamu karena belum nenemukan keberadaan Om tersayangnya yang selalu membelikannya hadiah.

"Di taman belakang, lagi ngasih makan peliharaan barunya," kata Dinar.

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang