13. ✓

14.1K 1.5K 7
                                    


Adelin beserta kedua temannya kini tengah menonton anak basket yang sedang latihan, kata Sesil hitung-hitung cuci mata. Bagaimana Adelin bisa tobat jika temannya setan semua macam Sesil, saat dirinya ingin berhenti menjadi play girl Sesil malah mengajaknya untuk melihat anak basket yang visualnya tak kalah tampan dari Kafka bisa-bisa jiwa buayanya meronta-ronta.

Nanad yang memang bucin rela tak melanjutkan acara mencatatnya demi menonton Rizal yang sedang latihan basket. Iya Rizal bagian dari anak basket, udah ganteng jago basket lagi gimana nggak bucin si Nanad.

"SEMANGAT BEB!" Nanad terus bersorak menyemangati sang kekasih ditengah lapangan sana.

Adelin melirik sinis kearah gadis itu, "Bucin banget!"

Nanad menoleh kearah Adelin sambil memeletkan lidahnya meledek.

Rizal mendekat ke arah Nanad untuk mengambil minum yang telah sang pacar belikan.

"Capek banget yah, sampe keringatan gini," ujar Nanad sambil mengelap keringat Rizal dengan penuh perhatian.

Adelin melirik sinis dua orang itu, "Sopan lo berdua bucin depan jomblo hah?"

Rizal dan Nanad kompak menoleh ke arah gadis itu, dengan jahilnya Rizal merangkul pundak Nanad sambil mengelus puncuk kepalanya.

"Rizal setan!"

Mereka kembali duduk setelah Rizal kembali ketengah lapangan untuk lanjut bermain. Adelin yang sedang bermain ponsel terganggu karna senggolan dari Sesil.

"Apaan sih anjir ganggu aja deh!" omelnya.

Sesil mencabikkan bibirnya kesal, "Au ah! Ngambek gue,"

"Dih ambekan, gue doain lo putus sama Nino tau rasa!" perkataan Adelin sukses membuat Sesil mendelik tajam ke arahnya.

Tak jauh dari tempat Adelin dan ketiga sahabatnya duduk, ada Kafka yang sedang berjalan bersama Naufal dan Rendy tujuan mereka bertiga adalah untuk ikut main bersama Rizal dan timnya, sebenarnya ini atas ajakan Rendy katanya dia ingin tebar pesona dengan cara main basket untuk memikat hati salah satu Adik kelas yang dia naksir sejak beberapa hari lalu.

Kedatangan Kafka ditengah-tengah anak basket yang sedang latihan sukses membuat para gadis yang sedari tadi menonton bersorak kegirangan dan Adelin tak ketinggalan ikut bersorak, ya gimana aura Kafka hari ini beda mungkin karna rambutnya setengah basah karna habis sholat.

Dan saat Kafka memasukan bola kedalam ring seketika para gadis langsung bersorak heboh, Sesil bahkan sampai ikut-ikutan heboh, sedangkan Nanad dia sebenarnya ingin meneriaki nama Kafka namun takut Rizal cemburu jadi dia memilih diam, Nanad cari aman bos!

"Kafka yang masukin bola kedalam ring, kok lo yang tebar pesona," cibir Naufal, melihat Adrian yang dengan sok gantengnya memberikan ciuman jauh seakan-akan dia yang tadi memasukan bola.

Adrian menyengir, "Itu namanya gue pansos,"

Permainan kembali berlanjut dan dimenangkan oleh tim Kafka. Kini mereka semua langsung duduk selonjoran tepi lapangan, Adrian langsung membuat insta story.

"Ayo ke sana gue mau nyamperin Bubu!" Adelin mengajak kedua sahabatnya, untuk menghampiri mereka yang baru saja selesai bermain.

Ketiganya mendekat kearah mereka semua. Nanad langsung mengambil tempat di samping Rizal, sedangkan Sesil memilih mengikuti Adelin.

"Bubu!"

Kafka menoleh, dengan alis terangkat.

Tanpa ijin Adelin langsung duduk disamping Kafka, sehingga membuat Naufal yang duduk didekat Kafka terpaksa menyingkir. Dengan Sesil yang langsung mengambil duduk samping Naufal, tak kuat jika dekat-dekat dengan Adelin.

"Tempat gue itu bocah!" protes Naufal namun tak dihiraukan Adelin.

Adelin menatap kearah Kafka yang sedang minum, tanpa berkedip sama sekali, mengapa ciptaan tuhan yang satu ini selalu membuatnya terpesona dan tergila-gila setiap hari, pantas saja modelan seperti Bianca sampai menyukai Kafka orang modelannya mirip idol korea begini.

"Ganteng banget Bunda!"

Kafka menoleh dan Adelin belum menyadari itu, gadis tengil itu masih tersihir oleh pesona seorang Kafka Pratama.

Tanpa memperdulikan Adelin, Kafka langsung beranjak dari duduknya dikuti Naufal, dan Adrian.

"Kedip woy kedip!"

Sindiran dari Naufal membuat Adelin tersadar matanya memandang lekat punggung tegap Kafka yang sudah mulai menjauh. Sebelum Kafka menjauh dia berteriak mengatakan sesuatu yang sukses membuat orang-orang disekitarnya geleng-geleng takjub.

"BUBU, I LOVE YOU!"

...

"Temen lo tuh maunya apa sih?"

Adrian yang sedang mengechat Naufal, agar sekalian membelikan basreng menoleh ke arah Kafka, "Teman gue? Naufal? Dia kenapa?"

Kafka berdecak, "Lupain!"

Adrian tertawa pelan, Kafka memang tipe orang yang malas berbicara dua kali.

"Adelin tuh suka sama lo, bukan bercandaan doang tapi emang kenyataannya gitu,"

Kafka menoleh karena ucapan Adrian barusan, sedikit tertarik membahas Adelin.

"Kenapa lo percaya kalo dia suka gue?" tanyanya.

"Karena waktu sama lo dia beda, tatapannya setiap natap lo tuh tatapan penuh cinta. Lo nggak bakalan paham karena lo nggak liat," jelas Adrian sambil mengupas kulit kuaci.

Istirahat ke-dua mereka habiskan dengan nongkrong di tangga rooftop, awalnya bertiga tapi Naufal sudah ke kantin untuk beli minum.

Kafka jarang menghabiskan waktu bersama sahabatnya jika jam istirahat ke-dua karena dia akan langsung menuju perpustakaan, tapi kali ini dia bolos ke perpus karena malas menemui Bianca.

Akhir-akhir ini selain Adelin, Bianca juga suka mengganggu ketenangannya padahal olimpiade telah berakhir.

"Repot banget sih lo!"

Kafka dan Adrian menoleh, muncul Naufal sambil mengomel dengan Adelin yang mengikuti di sampingnya.

"Lo kenapa sensi banget sama gue akhir-akhir ini, kalah saing?" balas Adelin.

Naufal membuang muka, dengan kesal duduk di samping Adrian dan melempar basreng pesanan cowok itu dengan kasar. Adelin tak peduli banyak, ia segera mengambil duduk di samping Kafka tanpa menunggu persetujuan dari sang empu.

"Aku cariin tau dari tadi, untung tadi nemu Naufal," oceh Adelin.

"Untung di lo, tapi nggak ada untungnya bagi gue," sahut Naufal jutek di tempatnya.

Adelin menoleh sambil melotot sebal, Kafka menghela nafas lelah ketenangan kembali di usik.

"Lo sih, Bubu jadi kesal, kan!" gerutu Adelin menyalahkan Naufal.

"Bacot, lo berdua sama aja," potong Adrian sebelum pertengkaran dua orang ini berlanjut.

...

Hai, Bubu! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang